Gelontor Beras Impor

Pemerintah wajib melakukan segala-galanya untuk mencegah inflasi sektor pangan. Terutama harga beras. Antara lain menggelontor beras impor memenuhi pasar. Harga beras yang merambat naik sejak akhir tahun, kini telah kembali turun. Periode bulan Desember hingga Janjuari, biasa menjadi spekulasi kenaikan harga beras. Karena tanaman padi baru tegak, belum menguning. Juga spekulasi cuaca ekstrem yang merendam berbagai kawasan sentra pangan di Jawa. Diduga akan mengurangi hasil panen.

Di sentra beras Jawa Timur, sejak awal tahun, harga beras medium eceran naik rata-rata Rp 600,- menjadi Rp 12.100,- per-kilogram. Sedangkan beras premium tertinggi sudah mencapai Rp 90 ribu per-kantong (isi 5 kilogram). Di Pasar Induk Jakarta, harga beras medium eceran sudah seharga Rp 12.500,- per-kilogram. Serta beras premium (tertinggi) Rp 100 ribu per-kantong. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat kenaikan harga beras sejak pertengahan Desember 2022. Spekulasi dagang dengan menaikkan harga beras, kini telah reda.

Pemerintah telah memiliki “jurus jitu” mempertahankan harga pangan. Tak lain, melalui impor beras. Realitanya, beras dari Vietnam jauh lebih murah dibanding beras dalam negeri. Biaya produksi beras dalam negeri sebesar Rp 4.079,- per-kilogram. Sedangkan di Vietnam hanya Rp 1.679,-. Begitu pula di Thailand senilai Rp 2.291,-, serta di India Rp 2.306, dan di Filipina Rp 3.224,- bahkan harga produksi beras di Indonesia tergolong paling mahal di dunia. Terutama disebabkan harga sewa lahan mencapai Rp 1.716,-, dan ongkos kerja Rp 1.115,-.

Pada rantai pasok, Bulog telah gencar melakukan operasi penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP). Gudang Bulog sudah mulai dikuras. Kini CBP eks impor juga sudah mulai disalurkan. Operasi pasar khusus beras menjadi program super prioritas, untuk mencegah inflasi. Pemerintah secara sistemik (dan kukuh) mencegah laju inflasi sebagai pertahanan ekonomi rakyat menghadapi gelombang resesi global tahun (2023) ini. Sektor pangan, dan energi akan menjadi “pertaruhan” utama.

Semula, berbagai Kawasan sentra pangan menolak impor beras. Termasuk Jawa Timur, karena produksi beras hasil panen masih melimpah. Daerah lain penyangga per-beras-an (Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat) juga sedang mengalami peningkatan hasil panen. Hasil panen selama tahun 2022 akan menghasilkan beras sebanyak 32,07 juta ton. Masih surplus. Beras impor juga dikhawatirkan mengganggu stabilitas ke-ekonomi-an harga hasil panen.

Tetapi realita pasokan beras selalu diliputi spekulasi (yang masuk akal). Sehingga pemerintah memiliki kewajiban menjaga harga beras tidak naik meliar. Terutama tren spekulasi tengkulak (pedagang besar) beras. Produktifitas areal sawah juga meningkat, seiring perbaikan alsintan (alat dan mesin pertanian), dan perbaikan irigasi. Produktifitas per-hektar saat ini mencapai 62,77 kuintal (naik tipis 27 kilogram dibanding tahun 2021). Walau beberapa sentra padi terendam banjir dampak cuaca.

Pemerintah wajib menjaga stabilitas harga beras yang biasa anjlok pada musim panen raya, dengan menyerap sebanyak-banyaknya beras rakyat. Pembukaan keran impor, konon, hanya untuk beras premium (yang mahal, di atas Rp 18 ribu per-kilogram) untuk kebutuhan khusus horeka (hotel, restoran, dan katering). Walau masih terdapat perbedaan data beras. Berdasar catatan Badan Pangan Nasional, CBP yang dikelola Perum Bulog, telah berkurang separuh dari batas aman stok beras.

CBP seharusnya mencapai 1,2 juta ton, tapi saat ini tinggal 652 ribu ton (54,25%). Persis tahun lalu, sampai pemerintah berencana impor beras. Harga beras tinggi, biasanya tidak dinikmati petani, melainkan hanya spekulasi pedagang besar.

——— 000 ———

Rate this article!
Gelontor Beras Impor,5 / 5 ( 1votes )
Tags: