Hadapi Bencana Hidrometereologi 2024, BPBD Nganjuk Gelar Rapat Sambil Tunggu Bedug Magrib

BPBD Nganjuk jalin Silahturohim dan koordinasi dengan relawan di halaman kantor BPBD, Rabu (03/04/2024) sore.

Nganjuk, Bhirawa.
BPBD Nganjuk jalin Silahturohim dan koordinasi dengan relawan hadapi bencana hidrometereologi 2024

Moment bulan suci romadhon ini di manfaatkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk untuk beramah tamah, menjalin silaturahmi antara BPBD selaku pemangku kepentingan kebencanaan dengan puluhan organisasi relawan yang bergerak dalam bidang kebencanaan.

Dikatakan oleh Kepala pelaksana harian BPBD, Suharono bahwa:”Sebenarnya ini merupakan rapat koordinasi dan dukungan operasional penanganan darurat bencana hidrometeologi d Kabupaten Nganjuk pada tahun 2024 ini, dan karena bertepatan dengan puasa bulan romandhon, maka ala jadikan sebagai momen untuk silaturohim untu menjaga kekompakan para penggiat yang konsisten bergerak di binda kebencanaan”, terang Suharono.

“Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan. Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas Pulau Jawa rentan terdampak bencana banjir dan longsor akibat kondisi anomali cuaca-iklim serta penurunan permukaan tanah”, lanju Suharono dalam pembukaan acara yang di gelar di halaman kantor BPBD, Rabu (03/04/2024) sore.

“ Pemerintah melalui BPBD tidak bisa melakukan pengurangan resiko bencana sendirian, untuk itu perlu adany komunikasi dan koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan yang bergerak dalam bidang kebencanaan, baik pada tahap pencegahan, tahap mitigasi, tahap kesiapsiagaan, tahap tanggap darurat, bahka sampai pada tahap pemulihan dan rehabilitasi, tetap di perlukan bantuan dan sokongan tenaga dari para relawan relawan tersebut” ungkap Suharono.

Tercatat 20 organisasi nirlaba yang menjadi mitra BPBD yang hadir dalam acara tersebut, tent tidak semua anggota dari organisasi organisasi itu dapat hadir karena keterbatasan tempat.

Suasana akrab penuh kekeluargaan nampak dalam acara yang di gelar oleh BPBD ini, kesan ego sektoral sekilas hilang, belajar dari banjir di Demak dan Semarang, bencana longsor dan gerakan tanah tahun ini tantangan ancaman perubahan iklim yang ekstrim terlihat nyata dan ada di depan mata, sudah bukan ancaman lagi.

“Pembangunan berwawasan kebencanaan sudah perlu dimadukkan dalam rencana pembangunan daerah terlebih Nganjuk juga mempunyai gunung Wilis di Selatan dan gunung Pandan di utara”, demikian dikatakan Haikal ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) kabupaten Nganjuk.

Perlu adanya sinergisitas antar stakeholder dalam upaya pengurangan resiko bencong untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa, bahkan di beberapa daerah kebencanaan sudah masuk ke dalam kurikulum pendidikan dan di ajarkan sejak dini”, ucap Haikal pria yang akrab di panggil Ical ini mengakhiri wawancara.

Adzan magrib pertanda untuk berbuka puasa mula terdengar, Suharono mempersilahkan para undangan untuk berbuka seadanya, dan acara makan bersama di bawah tenda BPBD, suasana terasa seperti pengungsi bencana, kaya miskin, tua muda semua tak berdaya di hadapan bencana, Mendapat jatah makanan yang sama di bawah tenda yang sama. (dro.hel).

Tags: