Kampanyekan Wisata Inklusif Lewat Video Tourism

Titis Anganten

Surabaya, Bhirawa
Terbatas secara penglihatan (netra) tak membuat Titis Anganten untuk berprestasi. Justru, keterbatasan itu menjadi tantangan bagi dia untuk menorehkan prestasi yang membanggakan. Meski tidak mudah bagi Titis sapaan akrabnya, namun ia berhasil meraih Juara 1 Video Tourism pada gelaran Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Creative Camp (GCC) Batch 4 tahun 2023.

Diceritakan guru SDLB A Negeri Banyuwangi ini, video tourism ini dibuat selain untuk keperluan lomba juga untuk mengajak teman-teman difabel netra khususnya dan masyarakat luas untuk berkunjung ke Museum Geopark Banyuwangi. Museum tersebut, cerita Titis adalah Museum inklusif karena dilengkapi dengan media informasi ramah difabel.

“Jadi saat saya mengunjungi Museum Geopark Banyuwangi, saya menemukan hal-hal menarik. Misalnya bebatuan Geopark sebagai bukti peristiwa jutaan tahun lalu yang disertai barcode. Sehingga bisa diakses dengan piranti gawai untuk mengetahui informasinya. Kadangkan kalau di Museum laim hanya tulisan. Tapi juga dilengkapi suara. Bagi difabel netra bisa memahami display yang ditampilkan,” terangnya, Selasa (5/12).

Di video ini, lanjut Titis, ia juga bisa merasakan dan menikmati keindahan alam walaupun tidak bisa melihat. Sebab, Museum juga dilengkapi dengan media brailer.

“Walaupun belum bisa jalan ke destinasi wisata lain di Banyuwangi seperti Kawah Ijen, Alas Purwo tapi bisa menikmati keindahan lain lewat Museum Geopark ini. Ini yang ingin saya sampaikan pada penyandang difavel netra lainnya,” jabarnya.

Diakui Titis, karena mengalami keterbatasan netra, proses pembuatan video ini dibantu oleh rekannya yang juga satu komunitas sinematografi dengan Titis. Butuh waktu setidaknya selama 1 bulan agar video yang disuguhkan sempurna.

“Untuk ide atau konsep pembuatan semuanya saya. Hanya bantuan teman untuk pengambilan video dan menerjemahkan apa yang sama mau. Saya akui memang menyamakan persepsi saya dengan editing suara dan gambar ini kesulitan saya. Tapi bisa terbantu oleh teman saya,” tambah dia.

Perempuan kelahiran Banyuwangi, 2 September 1984 ini berharap kedepan semakin banyak konten video informatif yang dibuat olehnya untuk memberikan edukasi sekaligus sosialisasi terhadap lingkungan sekitar.

“Yang ingin saya tekankan bahwa hidup ini harus inklusif. Memberikan semangat pada teman-teman difabel kalau kita juga bisa menikmati dan melakukan apa yang kita mau selama ada upaya,”pungkasnya. [ina.why]

Tags: