Kepemimpinan Digital Tantangan Pendidikan di Era Milenial

Catatan Pendidikan Akhir Tahun 2023

Oleh:
Susanto, M. Pd
Kepala SMAN 1 Sugihwaras-Bojonegoro.

Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk generasi muda, terutama di era milenial yang diwarnai oleh kemajuan teknologi dan transformasi digital. Kepemimpinan digital menjadi salah satu elemen kunci yang harus diintegrasikan dalam pendidikan, seiring dengan penerapan kurikulum merdeka. Namun, tantangan-tantangan yang muncul dalam perjalanannya tidak bisa diabaikan.

Kepemimpinan digital bukan sekadar menguasai teknologi, tetapi juga kemampuan untuk mengelola informasi, berkolaborasi secara daring, dan memiliki literasi digital yang tinggi. Guru dan pendidik perlu beralih dari peran konvensional menjadi fasilitator pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilan digital siswa. Namun, hal ini bukan perkara mudah karena memerlukan pembaruan pemahaman dan keterampilan para pendidik.

Tentunya kepemimpinan digital sangat erat dengan kurikulum Merdeka. Artinya dengan adanya kurikulum merdeka menjadi sebuah terobosan untuk memberikan keleluasaan kepada guru dalam menyusun materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Namun, tantangan muncul dalam implementasinya. Guru perlu memahami dengan baik esensi kurikulum merdeka dan mengembangkannya secara kreatif, sejalan dengan perkembangan zaman.

Perilaku Generasi
Lantas bagaimana agar kepemimpinan digital bagi generasi milenial dapat secara efektif dan berdampak bagi penguatan karakter seperti saat ini. Pertama, Literasi digital yang tinggi.Kepemimpinan digital dimulai dengan literasi digital yang kuat. Remaja yang sekarang duduk dibangku SMA dengan kepemimpinan digital memiliki pemahaman mendalam tentang teknologi, kemampuan untuk menggunakan perangkat dan aplikasi digital dengan efisien, serta kesadaran akan etika online. Hal-jal itu tentunya harus mendapatkan perhatian maksimal.

Kedua, kemampuan berkolaborasi secara daring. Pelajar SMA yang memimpin secara digital mampu berkolaborasi secara daring melalui berbagai platform. Mereka aktif dalam proyek-proyek bersama, berbagi ide, dan belajar melalui interaksi daring untuk mempersiapkan diri menghadapi lingkungan kerja yang kolaboratif di masa depan. Dalam konteks ini, siswa SMA harus digelorakan karakter untuk saling menguatkan dalam berkolaborasi.

Ketiga, inovatif dan kreatif. Kepemimpinan digital melibatkan kemampuan untuk berpikir inovatif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Karakter siswa SMA yang memiliki kepemimpinan digital mampu menghadirkan ide-ide segar, solusi kreatif, dan kontribusi yang berarti dalam konteks pembelajaran. Guru dalam hal ini harus melibatkan siswa dalam pembelajaran yang orientasi pada siswa dalam pengambilan Keputusan.

Keempat, kritis terhadap Informasi. Kepemimpinan digital mencakup kemampuan untuk menilai dan menganalisis informasi secara kritis. Pelajar SMA sebagai generasi milenial yang memimpin secara digital dapat mengidentifikasi sumber informasi yang dapat dipercaya, memahami dampak teknologi terhadap masyarakat, dan mengembangkan pemikiran kritis sesuai profil pelajar Pancasila (P-5). Dengan kata lain, kepemimpinan digital mampu menggunakan teknologi sebagai alat untuk pembelajaran mandiri. Mereka dapat mencari informasi secara mandiri, mengakses sumber daya pembelajaran online, dan mengembangkan keterampilan baru dengan bantuan teknologi.

Kelima, pemahaman tentang keamanan digital. Pelajar SMA yang memiliki kepemimpinan digital memahami pentingnya keamanan digital. Mereka mampu melindungi privasi mereka sendiri, mengenali potensi risiko online, dan bertindak secara bijak dalam menggunakan teknologi. Kepemimpinan digital mencakup kesadaran etika dalam penggunaan teknologi. Dengan demikian, secara digital bertindak secara etis dalam interaksi daring, menghormati hak privasi, dan menghindari perilaku online yang merugikan.

Sinergi Guru-Orang Tua
Pada era milenial, anak-anak remaja khususnya jenjang SMA lebih cenderung terpapar oleh pengaruh digital dan media sosial. Pemantauan perkembangan mereka menjadi tantangan tersendiri bagi guru dan orang tua. Perubahan perilaku, kecenderungan ke arah konten negatif, atau bahkan kecanduan media sosial menjadi risiko yang perlu diwaspadai. Guru perlu memiliki keterampilan untuk memahami kebutuhan individual setiap siswa, tidak hanya dalam hal akademis, tetapi juga aspek sosial dan emosional. Ada beberapa Langkah mendesak bagi guru dan orang tua. Pertama, pelatihan kepemimpinan digital untuk Guru. Sekolah dan lembaga pendidikan harus menyediakan pelatihan intensif untuk guru agar dapat mengembangkan kepemimpinan digital. Ini mencakup pemahaman teknologi terkini, penerapan metode pembelajaran berbasis teknologi, dan pengelolaan kelas yang responsif terhadap kebutuhan digital siswa. Dalam konteks yang demikian, pengembangan keterampilan literasi digital dapat meningkat. Tentunya kalau sudah demikian, guru dituntut untuk mengintegrasikan literasi digital dalam kurikulum, membantu siswa memahami etika digital, keamanan online, dan kemampuan kritis untuk menilai informasi di era informasi yang berlebihan.

Kedua, partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Digital harus maksimal. Orang tua perlu terlibat secara aktif dalam mendampingi anak-anak mereka di dunia digital. Ini melibatkan pemantauan aktif terhadap aktivitas online anak, mendiskusikan pengalaman mereka secara terbuka, dan memberikan bimbingan terkait penggunaan teknologi. Kalau fenomena di atas dapat maksimal memungkinkan guru dan orang tua memantau perkembangan siswa secara online dapat menjadi solusi efektif. Namun, perlu diterapkan dengan prinsip-prinsip privasi yang ketat untuk melindungi keamanan informasi pribadi.

Nah, dalam menghadapi tantangan pendidikan di era milenial, integrasi kepemimpinan digital dan kurikulum merdeka menjadi langkah krusial. Guru dan orang tua memiliki peran sentral dalam memastikan bahwa pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan akademis, tetapi juga membekali siswa dengan keterampilan yang relevan dalam menghadapi kompleksitas dunia digital. Dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan generasi milenial yang tangguh, kreatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan tetap memiliki karakter kuat sesuai spirit P-5 yang ada pada kurikulum Merdeka.

————– *** —————-

Tags: