Koordinasi TPID Solid, Inflasi Kota Malang Bulan Maret Tetap Terjaga

Kerja keras TPID Malang berhasil menekan Inflasi, Kepala BI Malang Febrina dan Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat terjun langsung ke lapangan beberapa waktu lalu.

Kota Malang, Bhirawa.
Berkat Koordinasi solid yang dilakukan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), maka inflasi Kota Malang selam bulan Maret tetap terjaga.

Kepala Bank Indonesia (BI) Malang, Febrin mengemukakan, sinergitas yang kolaboratif pada momentum Ramadhan dan jelang HKBN Idul Fitri oleh TPID membuahkan hasil yang positif.

“Koordonasi terus kita lakukan, ini berdampak pada keterjangkauan harga bagi masyarakat,”tutur Febrina.

Ia menyebut salah satu koordinasi yang diimplementasikan melalui Warung Tekan Inflasi di Kota Malang, sejak awal bulan Maret dan akan terus dibuka hingga H+7 Idul Fitri di 3 lokasi pasar (Pasar Blimbing, Pasar Besar, Pasar Dinoyo).

“Wartek Inflasi ini menjual komoditas pangan seperti beras SPHP, minyak goreng, dan gula pasir dengan harga di bawah rata-rata harga pasar,”tuturnya.

BI Malang berkontribusi dengan memberikan bantuan berupa subsidi ongkos angkut.

Selain itu, pelaksanaan Sidak Pasar yang dilakukan oleh Pemkot Malang beserta TPID pada tanggal 6 dan 19 Maret 2024 untuk monitoring perkembangan harga yang dilakukan di tiga titik lokasi di Kota Malang meliputi dua pasar tradisional (Pasar Tawangmangu & Pasar Blimbing), dua pasar modern (Superindo dan Hypermart), dan pemantauan stock di Depo Pertamina

Pelaksanaan HLM TPID Kota Malang tanggal 4 & 13 Maret 2024 dipimpin oleh Pj. Wali Kota Malang Wahyu Hidayat juga berperan besar dalam upaya pengendalian harga.

“Gerakan Pangan Murah (GPM) yang diselenggarakan oleh Pemkot Malang pada Bulan Maret-April, sangat efektif menekan inflasi,”tandasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan Maret 2024 mengalami inflasi sebesar 0,66% (mtm), lebih tinggi dari Nasional yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,52% (mtm) maupun Jawa Timur yang mengalami inflasi sebesar sebesar 0,64% (mtm). Secara tahunan, menurut Febrina Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,90% (yoy) dan 0,94% (ytd).

Selanjutnya, inflasi periode Maret 2024 didorong terutama oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,48% (mtm). Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil -0,02% (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, sambungnya, inflasi yang terjadi di Kota Malang terutama didorong oleh kenaikan harga pada komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, emas perhiasan, tarif rumah sakit dan jeruk dengan andil 0,21%, 0,11%,0,05%, 0,04% dan 0,04% (mtm).

“Inflasi pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras seiring meningkatnya permintaan pada momentum Ramadhan di tengah melonjaknya biaya pakan,”urai dia.

Sementara harga emas perhiasan terpantau meningkat seiring dengan peningkatan harga emas dunia yang didorong oleh berlanjutnya tensi geopolitik dan prospek pemotongan suku bunga The Fed pada bulan Juni mendatang. Selanjutnya tarif rumah sakit meningkat seiring diterapkannya kebijakan kenaikan tarif RS di Kota Malang sesuai dengan Perda Provinsi Jawa Timur No. 8 tahun 2023 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi terutama terjadi pada komoditas cabai merah dan cabai rawit seiring dengan panen raya cabai pada bulan ini.

“Untuk harga beras terpantau mengalami penurunan seiring dengan relaksasi HET beras premium oleh Bapanas tanggal 10 Maret hingga 23 April 2024 serta telah dimulainya musim panen padi di beberapa sentra produksi,”timpalnya.

Febrina memastikan sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan BI Malang akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1%. [mut.bb]

Tags: