Manasik Haji Pakai Metaverse, Pakar Ekonomi Islam UNAIR: Sah!

Ilustrasi Manasik Haji dengan Menggunakan Metaverse.

Surabaya, Bhirawa
Canggihnya teknologi semakin memudahkan masyarakat untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Baru-baru ini pemerintah melalui Tim Inovasi, Pengembangan dan Harmonisasi Layanan, serta Aplikasi SPBE Direktorat Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan Kominfo menyebut teknologi metaverse akan disediakan untuk layanan manasik haji.

Manasik haji adalah simulasi langsung bagi seseorang sebelum melakukan ibadah haji yang sesungguhnya. Seseorang akan latihan praktik melakukan ritual atau serangkaian amalan ibadah haji. Mulai tawaf, sai, wukuf, hingga amalan lainnya.

Rencana penggunaan teknologi metaverse atau dunia virtual daring untuk pelaksanaan manasik haji bagi calon jemaah memunculkan pro dan kontra di tengah masyarakat.

Terkait hal tersebut, pakar ekonomi Islam dari Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Imron Mawardi SP MSi, menegaskan, manasik haji tidak termasuk dalam rangkaian ibadah haji. Manasik haji hanyalah latihan yang bertujuan untuk membantu calon jemaah memahami dan mempraktikkan tata cara haji yang benar.

“Manasik ini hanyalah suatu cara bagaimana calon jemaah haji dapat memahami dan tahu kondisi yang benar saat pelaksanaan ibadah haji. Mulai ihram, wukuf, mabit, melempar jamrah, tahalul, hingga tawaf,” terang Dr Imron, Kamis (14/3).

Menurutnya, pelaksanaan manasik haji menggunakan metaverse termasuk sah dan boleh. Melalui metaverse, calon jemaah haji dapat lebih memahami kondisi pelaksanaan ibadah haji dengan lebih nyata sekaligus berlatih tata cara ibadah haji dengan lebih mudah.

Imron menilai penggunaan metaverse dalam manasik haji tidak hanya memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam persiapan spiritual. Tetapi juga membuka peluang untuk mengurangi biaya pengeluaran yang terkait dengan pelatihan fisik dan logistik. Adopsi metaverse memberikan kontribusi positif terhadap aspek ekonomi dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya secara efisien.

“Boleh dikatakan jarang sekali jemaah haji melaksanakan ibadah haji secara mandiri. Mayoritas, melalui Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), yang juga sebagai penyelenggara manasik haji,” ujarnya.

Lebih lanjut, pelaksanaan manasik tersebut dapat memakan waktu hingga berbulan-bulan. Sehingga dengan menggunakan metaverse dapat lebih menghemat waktu sekaligus biaya yang diperlukan.

Dosen ekonomi Islam tersebut juga menekankan bahwa tidak tertutup kemungkinan, keberadaan metaverse dalam manasik haji dapat membuka peluang bagi sektor industri lainnya. Termasuk industri pariwisata dan bisnis. Dengan metaverse, masyarakat yang berencana mengunjungi objek wisata dapat dengan mudah mengetahui kondisi nyata destinasi tujuan sebelum benar-benar berkunjung.

Selain itu, adanya metaverse dalam manasik haji akan membuka peluang sektor industri lainnya untuk menggunakan juga metaverse. Salah satunya dalam industri pariwisata dan bisnis. Masyarakat yang ingin berkunjung ke salah satu wisata dapat dengan mudah mengetahui kondisi nyata destinasi tujuannya sebelum tiba. [ina]

Tags: