Menghadirkan Makna Hidup dalam Pembelajaran

Oleh:
Slamet Yuliono
Guru SMP Negeri 1 Turen Kabupaten Malang

AKHIR-AKHIR ini, kasus kekerasan terhadap anak kembali mencuat, baik yang terjadi di lingkungan rumah tangga, di lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.

Kasus kekerasan terhadap anak di Jakarta International School (JIS) dapat dijadikan contoh dari fenomena ini. Hal ini bisa dikatakan sebagai bentuk penjajahan terhadap anak. Ironis, di tengah usia kemerdekaan bangsa Indonesia yang mencapai 69 tahun masih banyak anak-anak bangsa yang belum merdeka seutuhnya. Beragam bentuk penjajahan telah menghilangkan hak-hak dasar anak untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.

Dari beberapa kasus kekerasan terhadap anak dapat dilihat bahwa masih banyak anak yang terampas kemerdekaannya. Bahkan, kondisi tersebut telah terjadi setiap tahunnya. Akibatnya, banyak di antara mereka yang merasa sudah tidak mempunyai masa depan lagi untuk hidup. Tidak jarang dari korban kekerasan tersebut menjadi pribadi yang tertutup karena merasa malu dan tertekan.

Dan masih banyak lagi tayangan di televisi yang membuat setiap orang yang melihatnya akan merasa sangat sedih, geram dan bertanya tanya, salah siapa ini ? Dan salah satu yang disalahkan adalah dunia pendidikan. Bila diurut lebih spesifik kemudian menyalahkan guru-guru mata pelajaran yang berhubungan erat dengan tingkah laku seseorang misalnya mata pelajaran agama dan PKn. Dua mata pelajaran ini yang kemudian dijadikan kambing hitam dan dipertanyakan kontribusinya dalam membangun karakter bangsa ini. Mereka beranggapan bahwa konsep yang diberikan terlalu kaku dan teksbook semata, kering akan makna pembelajaran dan tidak membumi.

Pertanyaannya adalah : Kemana pelajaran yang lain ? Bukankah mata pelajaran biologi, kimia, matematika, sejarah, bahasa inggris dan yang lainnya mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap pembentukan karakter anak. Salah besar jika hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama dan PKn.

Kalau kita mau mengkaji lebih dalam lagi dengan penuh kesabaran maka di setiap mata pelajaran selalu ada pelajaran kehidupan yang tersirat ataupun tersurat yang bisa kita munculkan tatkala kita berada di dalam kelas.

Misalnya matematika, di dalamnya tersirat filosofi yang sangat bagus untuk mengajarkan pelajaran kehidupan kepada siswa. Angka nol ternyata kalau kita telusuri lebih dalam mempunyai filosofi yang sangat dalam. Apa itu ? Satu dibagi nol sama dengan tak terhingga. Seratus dibagi nol sama dengan tak terhingga. Seribu dibagi nol sama dengan tak terhingga. Satu juta dibagi nol sama dengan tak terhingga. Berapapun bilangan jika dibagi nol hasilnya tak terhingga.

Sedikit atau banyak jika dibagi dengan bilangan nol hasilnya adalah tak terhingga. Pelajaran kehidupan apa yang dapat kita ambil ? Angka nol melambangkan rasa ikhlas dan rasa syukur. Jika seseorang sudah bisa berlaku seperti angka nol maka dia akan bernilai tak terhingga (sangat mulia) di hadapan Tuhan. Dianugerahi sedikit atau banyak tidak mempengaruhi rasa syukurnya pada Tuhan, sehingga dia selalu bernilai mulia dihadapan Tuhan. Betapa sangat indahnya, ketika kita belajar matematika, pembicaraan kita berujung pada kebesaran Tuhan.

Tuhan menciptakan alam semesta ini dengan sempurna. Di dalamnya tersirat dan tersurat keilmuan yang tiada pernah habis untuk dipelajari, dianalisa dan diambil manfaat dan hikmahnya bagi umat manusia persis seperti firman Tuhan : Bacalah !.

Dengan membaca alam ini seharusnya semakin mendekatkan diri kita kepada Tuhan dan di alam ini kalau kita kaji lebih dalam ternyata didalamnya banyak mengandung pelajaran kehidupan. Dan ilmu yang mempelajari semua gejala alam ini adalah kimia, fisika, biologi.

Dalam kehidupan ini, setiap dari kita diberikan kesempatan oleh Tuhan pada sebuah situasi yang mirip dengan aksi reaksi. Suatu ketika saat kita di jalan, datang seorang pengemis mendekati dan meminta sedekah kepada kita. Tuhan sedang memberikan peluang kepada kita, apa aksi kita ? Mungkin kita diam saja atau malah mengusirnya, atau kita memberikan sedikit uang , atau kita memberikan uang yang banyak kepada pengemis itu. Setiap aksi dari kita pada situasi itu akan menghasilkan reaksi. Aksi yang baik akan menghasilkan reaksi yang baik pula, sedangkan aksi yang tidak baik juga akan menghasilkan reaksi yang tidak baik pula. Reaksi yang terjadi pada kita terkadang datang saat itu juga, tetapi juga terkadang reaksi akan datang setelah beberapa waktu kemudian.

Hal hal seperti inilah yang harus kita sampaikan pada siswa sehingga kebermaknaan suatu materi pelajaran sangat terasa dalam kehidupan sehari hari mereka. Sampai disini, saya yakin bahwa semua guru bisa menyampaikan hal tersebut pada siswa.

Misalnya, pada tayangan video yang diunggah dari Youtobe memperlihatkan seorang anak kecil mencuri obat di sebuah apotik, tapi anak tersebut tertangkap oleh yang punya apotik kemudian dimaki maki. Ternyata obat tersebut akan diberikan pada ibunya yang sakit, padahal si anak tidak mempunya uang untuk membelinya. Kemudian muncul seorang penjual mie yang menolong anak tersebut dan membeli obat tersebut. Ditambah dengan sebungkus mie penjual mie tersebut memberikan pada si anak. Tiga puluh tahun kemudian penjual mie mengalami sakit berat dan harus dioperasi dengan biaya yang sangat mahal. Anak penjual mie sudah tidak punya cara untuk mendapatkan biaya pengobatannya kecuali harus menjual rumahnya. Beberapa hari kemudian ternyata tagihan yang diberikan rumah sakit adalah nol rupiah. Ternyata sudah dibayari oleh seorang dokter yang merawat ayahnya. Dan ternyata dokter tersebut adalah anak yang tiga puluh tahun lalu ditolong oleh penjual mie tersebut.

Ada makna yang sangat dalam dari tayangan video tersebut yaitu bahwa setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang pasti suatu ketika akan kembali pada orang tersebut. Dan inilah kebermaknaan dari hukum aksi – reaksi yang bisadipaelajari di mata pelajaran fisika.

Adalah tidak mungkin mengatur kehidupan ini, karena hanya Tuhan mempunyai kuasa untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Tetapi sangat mungkin untuk mendesain simulasi kehidupan. Apalagi jika desain yang kita buat adalah desain kebaikan, pasti sangat mungkin Tuhan akan menerimanya dan bahkan merealisasikan desain tadi dalam kehidupan nyata.

Akan lebih menarik lagi, bila konsep pembelajaran yang lain juga memberi ruang yang luas kepada peserta didik. Penulis yakin, kepandaian anak-anak dalam melakukan editing dan pengaturan video yang diunduh dari youtobe untuk kemudian disimulasikan kehidupan dalam bentuk video atau film pendek durasi 2 atau 3 menit maka mereka bisa belajar cepat bagaimana memahami kebermaknaan hidup. Siswa tidak lagi diisi ilmu yang bersumber dari guru yang kadang-kadang sudah out-of-date.

Pertanyaan yang muncul, seandainya setiap mata pelajaran bisa menciptakan desain simulasi kehidupan, bisa kita bayangkan berapa banyak tontonan bagus yang dapat disuguhkan pada siswa maka hati dan mental mereka akan terasah.

Enyahkan pernyataan dari rekan guru anda yang mencibir, memaki dan memojokkan anda pada suatu sudut situasi yang akan membuat anda sakit hati, marah , geram dan masih banyak lagi perasaan yang sangat tidak enak untuk anda terima. Dan pukulan telak yang akan mendarat ke hati anda adalah : Apakah metode anda akan bisa meningkatkan nilai hasil belajar ? Dan saya yakin anda akan kebingungan untuk menjawabnya. Kalau anda bisa bertahan, maka bersyukurlah karena anda akan banyak menemukan keajaiban pengalaman hidup, anda akan banyak mendapatkan pelajaran ekstra langsung dari Tuhan dan anda akan menjadi guru kehidupan buat siswa.

Dan percayalah bahwa anda tidak perlu menyalahkan kurikulum yang sudah dibuat dengan ” susah payah ” dan justru kita harus lebih terbuka dan kritis dengan kurikulum itu, karena pendidikan fisika itu bukanlah pendidikan yang hanya mengukur kejadian kejadian alam dengan angka angka, mencatat, menganalisa, menghitung, menghapal dan menyelesaikan soal soal, tetapi kalau kita buka satu lapis lagi dibawahnya, pendidikan adalah konsep mempelajari tentang nilai, tentang kemungkinan berpikir, tentang sikap, tentang berpikir kreatif, tentang ” cara melihat yang berbeda “. Dan inilah yang menyebabkan Pendidikan berpotensi besar untuk membuka cakrawala pengetahuan dan kearifan pribadi para siswa.

Tentu kita sangat merindukan sosok guru yang memiliki kemampuan berimajinasi sehingga pengetahuan yang diajarkan dapat membuka keluasan wawasan , menginspirasi gagasan dengan tujuan agar murid menjadi manusia yang peka terhadap makna gejala alam, mampu mengapresiasi pada banyak perbedaan. Dengan pendidikan yang humanis dapat dikondisikan ke arah yang lebih baik, sensitif dan berkarakter mulia.

——– *** ———

Tags: