Menguatkan Ekosistem Pendidikan

Oleh:
Susanto
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Mengajar di SMAN 3 Bojonegoro

Pandemi Covid-19 yang terjadi secara global sangat mempengaruhi dunia pendidikan dari jenjang SD sampai PT. Baik yang menyangkut tata kelola model pembelajaran dan bentuk evaluasinya. Selama wabah Covid-19 sekolah harus mengubah strategi belajar dari tatap muka ke pola pembelajaran dalam jaring (daring) yang dilaksanakan di rumah. Siswa yang terbiasa belajar selalu ketemu dengan guru dan temannya satu kelas kini hanya satu arah dan belajar mandiri. Begitu juga dengan gurunya melakukan pembelajaran jarak jauh berbasis dalam jaringan dengan menfaatkan tehnologi. Hal ini, dilakukan semata-mata untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 sesuai standar yang direkomendasikan oleh WHO.

Seiring dalam fenomena Covid-19 yang hampir setahun bagaimana idealnya insan pendidikan dan juga orang tua memaknainya?

Tetap Berkarakter

Esensi pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Pemahaman karakter diri yang tangguh akan menjadikan seorang individu berkarakter yang sesungguhnya. Peran orang tua, guru, dosen, dan juga pemimpin untuk kembali meneguhkan kembali nilai-nilai karakter pada anak-anak, pelajar, mahasiswa, para pegawai selama di rumah, disekolah, di kampus, dan juga di tempat kerja adalah sebuah langkah mendesak seperti saat mewabahnya Covid-19.

Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.

Sudah saatnya orang tua yang saat ini menjadi pendamping dalam belajar di rumah untuk selalu mengedepankan sikap dan jiwa yang berkarakter dan menyenangkan. Sebagaimanapun belajar dengan model daring juga menyisakan kelemahan. Hal ini sebagai konsekuensi logis belajar satu arah dan tidak adanya bimbingan langsung dari guru. Dalam konteks yang demikian, saat Covid-19 harus terjadi sinergitas. Jalinan peran guru dan orang tua harus tetap pada formulasi pembelajaran yang menumbuhkan karakter untuk bisa mandiri dan memacu menemukan maslah yang terjadi di sekelilingnya.

Belajar Mandiri

Lantas bagaimana agar pendidikan sesuai ekosistem dan berkualitas di tengah Covid-19 seperti saat ini? Pertama, terbangunnya budaya secara mandiri dalam menemukan konsep diri secara merdeka dan menyenangkan. Artinya, ada sinergi antara sekolah, siswa, dan orang tua dengan dalam pembelajaran daring. Selama ini, sebelum terjadinya Covid-19 siswa selalu belajar dalam pendampingan guru. Namun, justru sebaliknya kini orang tua sebagai “guru” yang selalu melakukan pendampingan. Keberhasilan pendidikan sejatinya terjalinnya sebuah konsep membangun karakter secara bersama-sama antara sekolah dan orang tua dalam sebuah keluarga dengan semangat menyenangkan.

Arief Rahman (2015:4) adalah dengan konsep 10 S. Senyum, Salam, Sapa, Sabar, Syukur, Sehat, Sugih, Semangat, Sukses, dan Surga. Disamping itu juga, keberhasilan dalam pembelajaran di sekolah apabila pembelajaran berjalan efektif. Pembelajaran dalam prosesnya merupakan pembelajaran yang berfokus kepada kebutuhan siswa. Kekuatan pembelajaran efektif, bila memenuhi persyaratan mengembangkan potensi knowledge, skill, behaviour, dan values setiap peserta didik. Artinya, pembelajaran era Covid-19 ternyata menggugah kesadaran para siswa dan guru untuk belajar menyesuaikan kondisi nyata berdasarkan kompleksitas yang ada tanpa adanya tekanan psikologis.

Kedua, guru selalu mengedepankan inovasi pembelajaran khususnya dalam metode dan cara mengajarnya dalam berbagai situasi termasuk era Covid-19. Guru harus selalu untuk mengubah dirinya dan gaya mengajarnya. Meraka harus bisa merespon perkembangan dan mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif berbasis tehnologi. Pembelajar dalam hal ini siswa dapat mempeoleh sesuatu dengan cermat dan tidak membosankan. Guru senantiasa mengembangkan 4 P. Artinya, guru harus senantiasa menjadi pengajar, pendidik, penginspirasi, dan penggerak bagi sebuah kemajuan dalam proses pembelajaran dan juga kemajuan bangsa.

Dalam konteks yang demikian, guru tetap dalam jalurnya untuk tetap mengajar ilmu yang dapat dijadikan pedoman bertahan hidup di dunia baru yang berdaya saing global. Guru dalam melakukan proses pembelajaran harus bisa memberikan pemahaman bagaimana agar bisa memiliki daya saing di pentas yang serba global dan kompleks. Hal itu bermakna manakala siswa untuk selalu berjiwa kreatif sehingga para siswa nantinya bisa menemukan kreativitas.

Nah, membangun konteks pendidikan sesuai eksosistem sudah saatnya sekolah sebagai satuan pendidikan berkonsentrasi dalam memberikan layanan lebih berkualitas dalam pembelajaran bimbingan dan layanan. Proses pembelajaran selama pandemi baik PTM atau daring di rumah harus dimaknai sebagai upaya menguatkan agar para siswa tetap berprestasi. Siswa akan terlatih mencari pemecahan masalah tanpa ketergantungan dengan guru dan kecanggihan tehnologi sekalipun. Dalam situasi dan bentuk apapun pembelajaran di era pandemi harus selalu menyenangkan tanpa ada beban psikologis. Saling menguatkan dalam komunikasi seluruh elemen baik siswa, orang tua, guru sebuah langkah konkrit untuk membangun pola interaksi yang bermartabat sesuai konsep merdeka belajar.

———- *** ———-

Rate this article!
Tags: