Merajut Asa “Bonus Demografi Kedua” Kota Delta

Oleh :
Munari Kustanto
Peneliti Ahli Muda Bappeda Kabupaten Sidoarjo dan Pengurus Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) Provinsi Jawa Timur Periode 2022-2025

Tahun 2024 menjadi tahun yang sangat sibuk bagi bangsa Indonesia. Media nasional hingga kedai kopi selalu mendiskusikan calon pemimpin negeri lima tahun ke depan. Di tengah hiruk pikuk pesta demokrasi, pemerintah pusat hingga daerah juga tengah berkutat merancang sebuah masa depan.Demikian pula dengan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yang sedang menyusun RPJPD Tahun 2025-2045. Seiring dengan akan berakhirnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) di tahun 2025.

Penyusunan dokumen perencanaan pembangunan 20 tahun kali ini terasa istimewa jika dibandingkan periode sebelumnya.Mengingat pada tahun 2045, Indonesia sebagai negara merdeka genap berusia satu abad.Mengusung visi “Indonesia Emas 2045” guna mewujudkan Indonesia sebagai Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan.Sebagai bagian dari NKRI, maka arah pembangunan Kabupaten Sidoarjo 20 tahun mendatang harus mendukung upaya pencapaian visi tersebut.

Banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPJPD 2025-2025, salah satunya aspek demografi.Mengingat dalam pembangunan yang berwawasan kependudukan, penduduk ditempatkan sebagai subjek sekaligus objek pembangunan.Orientasinya tentu adalah mewujudkan kesejahteraan penduduk.

Fenomena Feminisasi Lansia
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Provinsi Jatim) pada pertengahan tahun 2023 telah merilis Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2020-2035. Memanfaatkan data hasil Sensus Penduduk Tahun 2020, BPS Provinsi Jatim memproyeksikan perkembangan penduduk di seluruh Jawa Timur, termasuk Kabupaten Sidoarjo. Terdapat fakta yang sangat menarik dari data yang dirilis tersebut.Apabila pada satu dasawarsa sebelumnya Kabupaten Sidoarjo sedang menanti bonus demografi, yang ditandai dengan rasio ketergantungan yang terus menurun.Pada tahun 2020-2035 Kabupaten Sidoarjo tengah mengalami transisi demografi. Hal ini terlihat dari nilai rasio ketergantungan yang diproyeksi semakin meningkat dari 38,91% pada tahun 2020 menjadi 45,47% pada 2035.

Peningkatan rasio ketergantungan pada satu sisi menunjukkan Kabupaten Sidoarjo telah melewati era bonus demografi. Pada sisi lain, rasio ketergantungan yang meningkat menunjukkan Kabupaten Sidoarjo tengah mengalami penuaan penduduk (ageing population).Banyak parameter untuk mengukur terjadinya penuaan penduduk. Salah satunya dikemukakan Mundiharno (1997), di mana penuaan penduduk terjadi ketika persentase penduduk lanjut usia (lansia) (65 tahun ke atas) telah melebihi 7%. Merujuk sumber data yang sama, persentase lansia di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2025 diproyeksi sebesar 7,47% dan meningkat menjadi 12,72% di tahun 2035.

Membaiknya kualitas kesehatan di Kabupaten Sidoarjo melalui peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah lansia. BPS Provinsi Jatim memproyeksi bahwa jumlah lansia Kabupaten Sidoarjo sebesar 112,56 ribu jiwa pada tahun 2020 akan meningkat 168,98% pada tahun 2035. Pada sisi lain, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) pada kurun waktu yang sama hanya meningkat 9,40%. Bahkan jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) mengalami penurunan sebesar 6% pada kurun waktu yang sama.

Fakta menarik lain yang terdapat pada data BPS Provinsi Jatim adalah terjadinya fenomena feminisasi lansia di Kabupaten Sidoarjo. Sebuah kondisi di mana jumlah lansia perempuan lebih banyak dibanding lansia laki-laki. Pada tahun 2020, jumlah lansia laki-laki tercatat 52,40 ribu jiwa sedangkan jumlah lansia perempuan 60,15 ribu jiwa. Jumlah tersebut diproyeksikan meningkat menjadi 137,45 ribu jiwa lansia laki-laki dan 165,31 ribu jiwa lansia perempuan pada tahun 2035. Dalam 15 tahun, jumlah lansia laki-laki diproyeksi meningkat sebesar 162,31% sedangkan lansia perempuan meningkat 174,83%.

Merajut Asa Bonus Demografi Kedua
Penuaan penduduk menjadi sebuah keniscayaan tatkala jumlah penduduk usia produktif melimpah. Kualitas kesehatan yang semakin baik menjadikan mereka dapat memasuki usia lanjut dalam beberapa tahun.Meskipun penuaan penduduk bukan merupakan masalah yang mendesak.Pemerintah Kabupaten Sidoarjo perlu mempersiapkan diri menyambut era penuaan penduduk. Suatu era di mana para penduduk usia produktif akan menanggung beban yang semakin berat. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tentu sedini mungkin mendesain kebijakan kependudukan yang population responsive.

Respon negara-negara maju yang telah terlebih dahulu menghadapi penuaan penduduk perlu diambil sebagai pelajaran.Mereka jauh hari telah mempersiapkan program-program pembangunan sebelum kondisi tersebut terjadi.Dampaknya ketika negara maju berada pada era penuaan penduduk, perekonomian mereka justru mendapatkan keuntungan.Hal ini dikarenakan penduduk lansia negara maju masih sehat dan produktif.Mereka masih memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.Program pembangunan yang dirancang dengan demikian mampu menjadikan lansia dapat beraktivitas ekonomi lebih lama. Keberadaan lansia tidak menjadi tanggungan bagi penduduk usia produktif. Sebuah kondisi yang dikenal dengan bonus demografi kedua.

Berbeda dengan bonus demografi pertama yang menjadikan penduduk usia produktif sebagai pemeran utama. Bonus demografi kedua menjadikan peran tersebut bertransformasi kepada penduduk lansia. Hal ini relevan dengan studi yang dilakukan Cai (2022) dengan judul The Second Demographic Dividend as a Driver of China Growth. Disebutkan bahwa keberhasilan memetik bonus demografi kedua terletak pada kemampuan mentransformasikan lansia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.

RPJPD Kabupaten Sidoarjo Tahun 2025-2045 yang tengah disusun tentunya harus memberikan perhatian terhadap penuaan penduduk dan feminisasi lansia. Harapannya Kabupaten Sidoarjo dapat memetik bonus demografi kedua.Sebuah kondisi yang menurut Cicih dan Agung (2022) dalam buku Lansia di Era Bonus Demografi dapat diupayakan dengan beberapasyarat.Lansia Kabupaten Sidoarjo harus sehat, mandiri, sejahtera, dan bermartabat sehingga mampu berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memastikan bahwa penduduk usia produktif saat ini dalam 20 tahun mendatang tetap sehat, sejahtera, dan bermartabat tanpa diskriminasi gender.Mengingat banyak studi yang menunjukkan bahwa lansia perempuan lebih rentan mengalami perlakuan salah dan kekerasan.Dengan demikian diharapkan lansia Kabupaten Sidoarjo tetap memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

———— *** ————-

Tags: