Ranggalawe Sang Anti Mainstream

Judul Novel : Ranggalawe Sang Penakluk Mongol
Penerbit : Javanica
Penulis : Makinuddin Samin
Peresensi : Pengajar dan Mahasiswa Pascasarjana Unesa.
Tebal : 505 halaman
Tahun Terbit : 2018

Berangkat dari kegelisahan penulis, sebuah karya sastra lahir. Demikianlah seharusnya karya sastra ada untuk mencerminkan bagaimana perspektif penulis di dalamnya. Seperti buku yang telah kita lihat sekarang, dari judul kiranya sudah dapat diketahui bahwa buku ini merupakan buku yang akan mengisahkan sejarah.

Ranggalawe Sang Penakluk Mongol, tercetak jelas nama seorang tokoh sejarah di Indonesia yang kerap kali nasibnya masih diperdebatkan dengan pergantungan bahwa sosok Ranggalawe adalah Pahlawan atau Pemberontak.

Makinuddin Samin, sebagai penulis yang berasal dari Bumi Ranggalawe itu dengan berani mengklaim dan menuliskannya bahwa Ranggalawe adalah seorang Pahlawan. Dari apa yang telah banyak didengar, Makinuddin Samin selalu mendapatkan kabar miring mengenai sosok Ranggalawe dengan tanpa terkecuali dari tanah kelahirannya sendiri, yaitu Tuban. Dari situlah penulis gelisah untuk mencari sudut padang lain mengenai Ranggalawe.

“Pemenang akan bebas menuliskannya dengan selalu menjelekkan pihak yang kalah,” kata Makinuddin Samin pada suatu kesempatan di Cirebon. Menurutnya, jika kita semua tahu sosok Minak Jinggo-sosok yang kalah, itu juga dituliskan dengan sosok yang buruk rupa, pincang, dan berangasan. Hal lain juga terjadi pada Arya Penangsang yang dituliskan dari pihak yang menang, sosoknya dituliskan dengan sosok yang pemarah serta kudanya digambarkan dengan kuda yang sering berahi bahkan ketika di medan perang sekali pun. Itu semua, kemudian menurut Makinuddin Samin yang dapat menjadikan sosok yang kalah akan mendapatkan perlakukan buruk dari pihak pemenang.

Ranggalawe merupakan satu di antara banyaknya tokoh tersebut, dan karena sebab itu mereka dari pihak yang kalah adalah sosok yang tidak tertulis dalam sejarah mainstream. Dengan itu, kemudian Makinuddin Samin memanfaatkannya sebagai karakter tokoh Ranggalawe yang anti mainstream.

Anti Mainstream, bukan saja kisahnya menyimpang dalam alur sejarah yang telah ada, namun Makinuddin Samin menggambarkan sosoknya dengan sosok yang lain dengan apa yang telah banyak dimiliki oleh para tokoh-tokoh sejarah. Ranggalawe digambarkan oleh penulis sebagai tokoh yang cerdik sekaligus nasionalis dengan tidak mengacu pada sosoknya yang dikenal sebagai pemberontak pada sejarah mainstream.

Hal ini tercermin pada salah satu ucapannya:”Tuan Ike Mese yang terhormat, pulanglah ke negerimu!”teriak Ranggalawe. “Catatlah apa yang Tuan alami di tanah ini. Kabarkan kepada bangsa Tuan bahwa tanah Jawa tak akan tunduk pada bangsa asing!” (2018: 346).Demikian karangan Makinuddin Samin yang mampu menarasikannya dengan nada kepahlawanan dari bentuk tokoh yang mencintai Tanah Airnya.

Dalam sejarah mainstream, selain menyatakan bahwa Ranggalawe bukanlah pahlawan-pemberontak, tapi juga mencatat bahwa Khubilai Khan tewas bukan di Tanah Jawa. Namun bukan pengarang namanya jika tidak dapat mempercayakan pembaca dengan tulisannya. Pengarang, dengan berani menuliskan sosok Ranggalawe sebagai pahlawan yang telah mengusir penjeajah sekaligus pendobrak sejarah mainstrem yang telah adadengan penulisannya yang piawai dengan dilengkapi bukti riset sebelum menuliskan novelnya.

Sehingga dengan begitu, menurut Samin sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi setelah novelnya terbit. Pembaca yang masih meragukan tulisannya hanya perlu membaca hasil risetnya terlebih dulu di akun media sosialnya. Lalupada akhirnya, melalui novel ini, apakah sosok Ranggalawe akan segera tercatat pada sejarah mainstreamsebagai Pahlawan, atau tetap dengan ke-anti mainstream-annya-sebagai Pemberontak? Sejarah Menunggu!

———– *** ———–

Rate this article!
Tags: