Tanggapi Tantangan Masyarakat, Mahasiswa Arsitektur Untag Optimalkan Lab Outdoor

Suasana laboratorium SSB yang dimiliki Prodi Arsitektur Untag Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Guna menunjang softskill dan hardskill mahasiswa, Program Studi Arsitektur memiliki empat jenis laboratorium, yaitu Lab Pemukiman, Perancangan Kota dan Lanskap, Lab Sains, Struktur, dan Budaya Arsitektur, Lab Arsitektur Digital, serta Lab Perancangan Akhir.

Fasilitas ini berperan krusial dalam mendukung pembelajaran mahasiswa dan mengintegrasikan pengetahuan mereka dengan kebutuhan masyarakat.

Kepala Laboratorium (KaLab) Sains, Struktur, dan Budaya Arsitektur (SSB), Dr. Ir. Ibrahim Tohar, MT., menjelaskan terdapat tiga kegiatan utama dalam praktik Lab. SSB.

“Pertama, melibatkan struktur konstruksi bangunan, mencakup konstruksi dasar, struktur bentang lebar, dan struktur bangunan tinggi. Kedua, melibatkan pendekatan budaya atau arsitektur tradisional. Dan ketiga, fokus pada building science,” jelasnya, Senin (22/1).

Ketiga aspek ini merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan saling berkesinambungan dalam ranah arsitektur secara keseluruhan.

“Itu adalah tiga aspek besar yang terintegrasi, karena kita melihatnya secara holistik. Keseluruhan arsitektur merupakan bagian dari konsep tersebut, saling berkesinambungan mulai dari aspek budaya, munculnya produk, hingga pengembangan sistem struktur dan penerapan ilmu bangunan,” tandas KaLab SSB.

Ia melanjutkan, praktikum tidak hanya terbatas pada laboratorium dalam ruangan (indoor) tetapi juga melibatkan laboratorium di luar ruangan (outdoor). Outdoor class atau yang dikenal sebagai Moving Studio menjadi kegiatan praktik yang melibatkan mahasiswa langsung berinteraksi dengan masyarakat di luar lingkungan kampus.

Ditambahkan Ka Lab Pemukiman, Perancangan Kota dan Lanskap, Dr. Ir. R.A. Retno Hastijanti, MT melalui praktikum outdoor mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam masyarakat.

“Saat ini terdapat tujuh kampung, seperti Kampung Maspati, Peneleh, Candi Rejo Genteng, Ketandan, Tambak Sumur, Jambangan, dan Simoketawang, menjadi outdoor lab untuk kegiatan lapangan seperti simulasi untuk FGD, pemetaan kampung, dan stakeholder mapping,” tukasnya

Hasti, sapaan akrabnya, menekankan kerjasama dengan kampung-kampung tersebut mencerminkan pendekatan Outcome-Based Education (OBE) dengan pemberdayaan masyarakat.

“Mahasiswa diajak berhadapan dengan kasus di masyarakat dan mencari solusi yang dapat diterapkan. Ini menegaskan bahwa produk arsitektur harus dapat diterima oleh masyarakat, dan hal ini diuji melalui konfirmasi dengan lab di luar kampus yang melibatkan aspek sosial,” kata Hasti

Sejalan dengan konsep Tri Darma Perguruan Tinggi, Teknik Arsitek Untag Surabaya terus berupaya menjalin kerja sama dengan pihak eksternal, untuk memastikan kelangsungan program ini dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi pengembangan ilmu arsitektur di masa depan. [ina]

Tags: