Wali Kota Surabaya Jadikan Bulan Maret sebagai Bulan Padat Karya

Surabaya, Bhirawa
Untuk menggerakkan kembali roda perekonomian, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi melakukan terobosan, dengan menjadikan Maret 2022 sebagai bulan padat karya.

“Saya memiliki tekad untuk bisa menggerakkan ekonomi Surabaya kembali, yang sempat lesu akibat pandemi. Tentunya tekad saya itu tidak bisa saya gerakkan sendirian. Saya membutuhkan gotong-royong untuk bersama-sama menggerakkan ekonomi Surabaya,” ujar Wali Kota Eri.

Eri Cahyadi menjelaskan, salah satu sektor yang bakal digerakkan dan diyakini akan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, adalah pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Untuk itu, nantinya akan banyak intervensi yang diberikan Pemkot Surabaya untuk UMKM.

“UMKM selama ini telah menjadi denyut nadi perekonomian Indonesia, termasuk Surabaya. Akan ada banyak program bantuan yang akan kami berikan ke UMKM nantinya, seperti bantuan pelatihan manajemen,” kata mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini.

Contoh UMKM yang sudah dikembangkan saat ini, jelas Eri, adalah memaksimalkan potensi wisata yang ada di perkampungan. Seperti Kampung Wisata Kue di Jalan Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kalirungkut, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.

Eri menambahkan, ada banyak UMKM yang tersebar di sudut-sudut kota. Mereka ada yang sudah memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk penjualannya, dan ada pula yang masih berkonsep konvensional seperti PKL (pedagang kaki lima).

Untuk yang PKL, Eri berjanji tidak akan melakukan penggusuran tanpa ada solusi. Sebab akibat pandemi COVID-19, perekonomian sedang menurun drastis dan menjadikan pendapatan PKL-PKL ikut menurun. Olah karena itu, pihaknya akan menghindari penertiban yang tanpa ada solusi.

“Saya tidak akan asal gusur. Sebelumnya pasti akan saya carikan solusi seperti tempat berjualan yang representatif, agar PKL ini bisa berjualan dan bergerak ekonominya. Tapi setelah diberi tempat berdagang yang representatif, aturan-aturannya harus dipatuhi,” ungkapnya.

Aturan-aturan itu, lanjutnya, seperti mematuhi waktu jualan yang sudah ditentukan, tidak keluar lagi jualan di jalan setelah diberikan tempat yang representatif.

“PKL ini adalah bagian perekonomian Surabaya. Makanya harus juga diberikan perhatian. Akan kami tata dengan baik, agar dagangan mereka menjadi lebih laku,” kata Eri.

Eri mengatakan, sebelum ada solusi maka penataan yang akan dikedepankan. Bagaimanapun mereka adalah warga Surabaya yang mencari makan, itu jauh lebih baik dari pada tidak mau berusaha dan minta masuk data MBR.

“Mereka adalah pejuang-pejuang tangguh dalam melewati masa pandemi ini,” pungkasnya. [iib.dre]

Tags: