Waspada Wisata Nataru

Wisata libur sekolah akhir semester sebaiknya dilakukan di kawasan aglomerasi, tak jauh dari rumah. Tidak perlu menempuh perjalanan jauh, karena musim hujan mulai memuncak, disertai gejala La-Nina. Hujan dengan intensitas lebih 20% hingga 70% lebih deras, berpotensi menggenangi jalan, tak terkecuali di ruas tol. Tebing di perbukitan juga rawan longsor tergerus hujan. Serta cuaca di laut (dan udara) bisa mendadak berubah ekstrem, membawa badai. Ombak di laut setinggi 6 meter bisa “menelan” kapal.

Tahun ini dipastikan tiada perayaan malam jelang pergantian tahun. Tiada arak-arakan malam tahun baru, dan tiada kembang-api yang disulut menghiasi langit. Suasana akhir tahun (2021) ini akan dihadapi dengan keprihatinan masa pandemi. Walau tidak diberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level 3, dan level 2. Namun kewaspadaan tinggi penularan CoViD-19 (dengan berbagai varian) tetap disiagakan.

Satgas gabungan (TNI, Polri, dan Pemerintah Daerah) telah siaga mengendalikan perjalanan jarak jauh. Khusus di area terminal bus antar kota antar propinsi (AKAP), seluruh pelabuhan, dan Bandara, telah terdapat pos pantau. Perjalanan jarak jauh, luar negeri, dan lintas propinsi, diberlakukan persyaratan protokol Kesehatan (Prokes) ketat. Terutama memastikan seluruh pelaku perjalanan telah memiliki sertifikat vaksinasi dosis lengkap, serta pemeriksaan hasil negatif tes antigen.

Pemerintah telah berpengalaman membendung arus lalulintas libur panjang, seperti larangan mudik lebaran. Pada periode Idul Fitri 1443 H (2021) ribuan kendaraan (mobil, dan motor) di-instruksikan putar balik, gagal melanjutkan perjalanan mudik. Begitu pula ratusan perjalanan melalui kereta-api, dan ratusan jadwal penerbangan dibatalkan. Pada jalan-jalan (protokol, arteri, sampai “jalan tikus”) dilakukan check point petugas gabungan TNI, Polri, dan Dinas Perhubungan Pemerintah Daerah.

Pengetatan perjalanan periode akhir tahun (2021) ini, sebenarnya tidak merisaukan benar. Karena tempat hiburan, dan lokasi rekreasi tetap buka. Sehingga peregarakan ekonomi kreatif ke-wisata-an masih bisa memetik “panen” peak-seasson (musim sibuk). Wisata pantai, wana wisata (rekreasi Kawasan hutan), dan wisata budaya, masih terbuka. Walau seluruh lokasi wisata perlu peningkatan mitigasi bencana.

Terutama perubahan cuaca mendadak di lokasi wisata. Hujan deras bisa tiba-tiba datang mengguyur, berpotensi banjir bandang, tanah longsor, dan aru sungai sangat deras. Begitu pula area wisata pantai, bisa terancam ombak besar. BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) telah me-warning ekstremitas cuaca disebabkan perubahan iklim global. Memicu peningkatan curah hujan hingga 70% lebih deras, dan ditambah angin kencang.

Daerah yang biasa dijuluki “kota hujan” niscaya perlu waspada. Antara lain, Kawasan Puncak (Cipanas) Bogor, dan Lembang (kabupaten Bandung Barat), akan diguyur hujan sepanjang hari, pagi hingga malam, nyaris tanpa jeda. Sehingga ke-wisata-an tidak bisa dinikmati. Begitu pula wisata dataran tinggi di Jawa Timur, kawasan Pacet, dan Trawas (di Mojokerto), keindahan seantero Kota Batu (Malang Raya), sudah sering longsor.

Telah terjadi banjir dan longsor di kecamatan Bumiaji, Kota Batu (4 November 2021), menyebabkan korban jiwa 7 orang, 51 rumah rusak, dan 32 rumah tergenang lumpur. Serta kerusakan infrastruktur jalan, dan jembatan. Sedangkan di Pacet, terjadi longsor tebing goa Gembyong (30 November 2021), menutup akses jalan Pacet- Trawas. Musibah lebih tragis, terjadi pada 12 Desember 2002, tebing di pusat rekreasi Padusan Pacet, longsor. Menyebabkan 24 korban jiwa.

Kecelakaan saat wisata yang biasa menyertai pergantian tahun patut dicegah. Seyogianya rekreasi terdekat rumah, sekaligus berhemat pada masa pandemi yang telah menekan perekonomian setiap keluarga.

——— 000 ———

Rate this article!
Waspada Wisata Nataru,5 / 5 ( 1votes )
Tags: