Andalkan BOS Danai Operasional USBN

Dindik Jatim Dorong SMA/SMK Gunakan Metode CBT

Dindik Jatim, Bhirawa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah mengumumkan format Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) 2018 untuk jenjang SD, SMP, SMA dan SMK. Kendati belum memiliki Prosedur Operasional Standar (POS), pelaksana di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan satuan pendidikan terus mematangkan persiapan.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jatim Dr Saiful Rachman menuturkan, pelaksanaan USBN sepenuhnya menjadi wewenang sekolah. Termasuk anggaran pelaksanaannya dan penilaian hasil ujiannya. “Teknis dan lainnya mutlak diserahkan pada sekolah masing-masing. Dua minggu lagi dikumpulkan, jadi Februari sudah memantapkan soal melalui MGMP masing-masing,” tutur Saiful dikonfirmasi kemarin, (11/1).
Saiful menuturkan pendanaan USBN, sepenuhnya akan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Karena itu, pihaknya akan mengusulkan ke pemerintah pusat agar format pembelanjaan BOS lebih disederhanakan. “Tahun lalu pakai belanja langsung yang harus detail, ada kontrak dan prosesnya macam-macam. Ini kami usulkan jadi hibah agar lebih sederhana,”urainya.
Ia juga menegaskan, BOS yang dicairkan di awal triwulan hingga kini belum dapat dicairkan. Sebab, dari pemerintah pusat belum turun petunjuk teknis terkait pencairan dana BOS. Namun ia memperkirakan juknis tersebut akan diterima pada Februari. “Sekolah yang mengatur pendanaan untuk pengadaan kertas dan lainnya, kalau BOS belum cair kan ada komite.Tapi Februari kita upayakan sudah bisa proses pencairan,”jelasnya.
Terkait sejumlah perubahan dalam USBN, Saiful menjelaskan, format USBN telah diumumkan kemendikbud meskipun sampai saat ini belum dikeluarkan POS. Ia mengungkapkan, USBN tahun ini dipastikan memuat soal esai sebanyak 10 persen dari total soal.
Hal ini tentunya berbeda dengan tahun lalu yang jenjang SD sepenuhnya pilihan ganda, dan tingkat SMP, SMA, SMK sederajat yang memuat lima soal esai dengan 30 sampai 40 soal pilihan ganda. ” Pemerintah pusat akan memberi 20 sampai 25 persen soal untuk tingkat SD, dan 25 persen untuk tingkat SMP, SMA dan SMK,”jelasnya.
Sementara itu sisanya disiapkan oleh guru mata pelajaran pada satuan pendidikan. Rumusan soal itu lalu dikonsolidasikan dengan Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Soal esai dibuat guru di daerah, termasuk perakitan soal USBN 100 persen dilaksanakan guru-guru mata pelajaran di tingkat KKG atau MGMP. “Untuk Jatim yang tahun lalu sudah UNBK akan kami dorong untuk USBN nya berbasis komputer. Soal esai nanti dijawab di kertas, pendanaan sepenuhnya dari BOS,”urainya.
Untuk menguatkan USBN di ranah Jatim, Saiful berencana mengundang sekolah untuk sosialisasi terkait format USBN yang memiliki sejumlah perbedaan dengan tahun lalu. Tak hanya SMA/SMK yang menjadi wewenang Pemprov Jatim, tetapi juga SD dan SMP yang berada di Jatim.
Kepala SMAN 1 Surabaya Johanes Mardijono menuturkan, USBN sejak tahun lalu telah menggunakan metode CBT (Computer Based Test) menggunakan aplikasi milik sekolah sendiri. Namun, tahun ini pihaknya menunggu kepastian terkait aplikasi yang tengah dirancang provinsi. “Untuk esai tahun lalu kita masih menggunakan manual. Tapi belum tahu tahun ini seperti apa. Karena kita juga belum try out,” tutur Johanes.
Lebih lanjut Johanes mengaku, USBN menjadi penentu bagi kelulusan siswa. Karena itu selain membentuk tim teknis pelaksanaan, sekolah juga membentuk tim penilai. Setiap mata pelajaran yang diujikan, akan dinilai atau dikoreksi tiga orang guru. “Itu hanya untuk koreksi jawaban dari soal esay. Karena pilihan ganda sudah masuk dalam sistem,” pungkas Johanes. [tam]

Rate this article!
Tags: