Belajar dari Keberhasilan Desa Wisata Curah Cottok

Irwan Setiawan

Oleh :
H Irwan Setiawan M.AP
Anggota DPRD Jawa Timur Dapil periode 2009/ 2014 dan 2014/2019
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera Jawa Timur periode 2020 – 2025

Masyarakat Desa Curah Cottok Kabupaten Situbondo membuktikan bahwa perubahan bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Perubahan adalah keniscayaan dan bahkan keharusan asalkan menuju arah lebih baik. Tanpa kesadaran tersebut, sebuah bukit yang terbilang tandus di desa tersebut hanya akan menjadi lahan untuk menggembalakan kambing tanpa pernah memberikan nilai tambah untuk desa dalam perspektif ekonomi.

Berbekal gagasan progresif dan kerja kolaboratif antara Badan Usaha Milik Desa dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat setempat, Desa Curah Cottok sekarang sudah bertransformasi menjadi desa wisata dengan destinasi andalannya berupa Cottok Innovation Park.

Berdasarkan catatan yang tertulis di aplikasi Jejaring Desa Wisata, kerja kolaboratif untuk menjadikan Curah Cottok sebagai desa wisata sudah dimulai sejak tahun 2017. Menariknya, pada tahap perataan tanah, selain menggunakan alat-alat berat, masyarakat desa sudah mulai dilibatkan dengan alat sederhana. Hal ini dilakukan untuk mengukur keantusiasan warga terhadap proyek tersebut.

Selain memberdayakan masyarakat desa dan melibatkan berbagai institusi dalam proyek kolaboratif tersebut, BUM Desa Curah Cottok juga menggandeng pihak eksternal, seperti mahasiswa jurusan geofisika ITS Surabaya untuk pencarian titik sumber air.
.
Menariknya, kerja kolaboratif untuk mengembangkan potensi bukit Desa Curah Cottok masih terjalin pasca terbangunnya Cottok Innovation Park. Bahkan jangkauan kerjasamanya semakin luas dengan menggandeng Lembaga Pusat Pesantren Pangan dan Energi, civitas akademika Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya dan juga National Taiwan University Science and Technology (NTUST) untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bukit Desa Curah Cottok.

Berdasarkan hasil sebuah riset, Cottok Innovation Park sempat “panen” kunjungan dengan menembus angka 5000 pengunjung di tahun 2019. Karena efek domino pandemi covid-19, angka kunjungan menukik tajam di tahun 2020 dengan mencatatkan sekitar 1550 pengunjung. Setelah melalui masa-masa yang berat, destinasi wisata tersebut kembali menggeliat dengan menembus angka kunjungan di atas 2000 pengunjung pada tahun 2021 dan 2022.

Dari sisi pendapatan, sektor wisata memberi kontribusi lumayan, meski grafiknya flutuatif untuk Pendapatan Asli Desa Curah Cottok. Pada tahun 2019, Cottok Innovation Park berkontribusi lebih dari Rp 15 juta. Seiring dengan angka kunjungan yang menurun, pemasukan dari sektor tersebut juga terkontraksi dengan hanya berkontribusi sekitar Rp 4.700.000 pada tahun 2021. Selama dua tahun sesudahnya, terjadi peningkatan kontribusi sekitar 2 sampai 3 juta rupiah.

Untuk bisa meningkatkan angka kunjungan yang berdampak pada peningkatan pendapatan daerah, keberadaan Cottok Innovation Park dengan segala fasilitasnya bukan hanya membutuhkan pembenahan infrastruktur ataupun pembaharuan sarana. Strategi branding dan juga marketing yang efektif dan efisien juga diperlukan, termasuk dengan memanfaatkan media-media sosial.

Publik tentunya akan menantikan gebrakan selanjutnya dari BUMDes Dharma Murtajaya selaku pengelola untuk menguatkan branding sebagai sebuah taman inovasi. Sangat tidak diharapkan kalau Cottok Innovation Park sebagai representasi sebuah desa wisata hanya ramai di awal namun sunyi kemudian.

Meski demikian, spirit bertranformasi dengan mengoptimasi potensi Desa Curah Cottok sangat patut diapresiasi dan dijadikan inspirasi oleh desa-desa lainnya, khususnya di Jawa Timur. Diharapkan, bermunculannya destinasi-destinasi wisata baru berbasis potensi desa akan dapat mendongkrak pendapatan daerah sekaligus memicu perputaran roda ekonomi masyarakat. Sebagaimana lazimnya destinasi wisata yang memiliki daya tarik datangnya pengunjung, akan membuka jalan juga untuk hadirnya pelaku-pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).

Untuk bisa menjaga eksistensi agar terus berkembang, sebuah Badan Usaha Milik Desa seperti BUMDes Dharma Murtajaya tidak bisa dibiarkan sendirian dalam menopang perjalanan sebuah desa wisata sebagaimana Desa Curah Cottok. Perlu kerja kolaboratif yang melibatkan banyak pihak, terutama pemerintah (daerah maupun pusat) dan juga para pelaku industri. Adanya dukungan kedua unsur tersebut akan membuat sebuah destinasi wisata di desa akan bisa mendapatkan sentuhan modernisasi dan akan meringankan beban masyarakat desa, khususnya pengelola, dalam tiga aspek.

Sebagaimana tertulis dalam buku “Pedoman Desa Wisata” yang diterbitkan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, ada tiga aspek penting dalam pengembangan potensi desa hingga menjadi desa wisata unggul. Ketiga aspek tersebut adalah infrastruktur, higienis, kebersihan dan kesehatan, serta kesiapan informasi teknologi.

Tak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah pemenuhan kriteria Community Based Tourism (CBT) ASEAN, diantaranya kontribusi terhadap kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas lingkungan. Sebuah kewajaran jika destinasi wisata yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat diharapkan akan dapat memberikan kemanfaatan untuk masyarakat sendiri dan tidak berdampak negatif berupa kerusakan ekologi.

Dalam konteks ini masyarakat desa, khususnya di Jawa Timur, yang ingin mengoptimasi potensi desanya menjadi desa wisata, perlu belajar dari Desa Curah Cottok. Sebagaimana telah disebutkan di awal, Cottok Innovation Park tidak dibangun dengan merusak alam dalam bentuk deforestasi dan sebagainya. Sebaliknya, destinasi wisata tersebut justru diadakan dengan mendayagunakan sebuah bukit tandus.

Selain itu, keberadaan BUMDes Dharma Murtajaya telah membuka kesempatan kepada masyarakat desa untuk aktif mengelola Cottok Innovtion Park dan mendapatkan manfaatnya. Perencanaan program pengelolaan destinasi wisata tersebut memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bisa membangun usaha yang meningkatkan keberdayaan ekonominya. Dengan demikian, status sebagi desa wisata bisa berkontribusi nyata dan signifikan dalam pengurangan angka pengangguran terbuka.

————- *** ————–

Tags: