Biaya Dapur Melonjak

Riuh putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK), direspons pelaku ekonomi dengan was-was. Menyebabkan spekulasi harga pangan terus berlanjut. Harga beras terus membubung. Disusul kenaikan harga bawang merah, cabai merah, cabai rawit, daging ayam, dan telur. Komoditas pangan yang lain tak mau kalah. Tepung terigu, jagung dan kedelai turut naik. Ikan (hasil tangkapan nelayan, kembung, dan tongkol) juga naik. Rakyat mengharap pemerintah segera melaksanakan operasi pasar, dan Bansos (Bantuan sosial).

Dampak “cuaca ekstrem politik,” tidak kalah dengan cuaca ekstrem akibat El-Nino. Sama-sama menyebabkan kenaikan harga bahan pangan. Saat ini tiada ladang yang gagal panen. Bahkan konon, dilaporkan surplus. Tetapi realitanya harga beras terus naik. Saat ini beras medium sudah seharga Rp 13.500,- per-kilogram. Sudah jauh di atas HET beras medium (sebesar Rp 10.900,-). Selama 6 bulan beras bertahan mahal. Seolah-olah pemerintah tidak mampu mengendalikan harga beras. Bisa dianggap abai.

Sekitar 98,35% masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebanyak 6,81 kilogram per-orang per-bulan. Tetapi hasil panen masih mencukupi. Konon selama Januari hingga Mei 2023, masih surplus 4,35 juta ton. Tetapi sejak Juli 2023 telah terjadi defisit. Sampai bulan September, defisit diperkirakan mencapai 420 ribu ton. Menyebabkan CBP (Cadangan Beras Pemerintah) yang dikelola Bulog terkuras hampir separuh (45,75%) dari batas aman stok beras. Termasuk yang digelontor sebagai Bansos.

Sekilas Bansos beras, sukses membendung ke-liar-an kenaikan harga. Tetapi tidak lama, beras kembali terdongkrak spekulasi (seiring Menteri Pertanian menjadi tersangka korupsi). Harga saat ini (Rp 13.500 ribu, sampai Rp 16.200,- per-kilogram) makin terasa menghimpit perekonomian, selama setahun terakhir. Pemerintah wajib melakukan segala-galanya untuk mencegah inflasi sektor pangan. Terutama harga beras.

Sehingga pemerintah telah menambah lagi kuota impor sebanyak 1,5 juta ton, mulai akhir Oktober. Walau konon, tidak mudah berburu komoditas beras pada pasar global. Karena beberapa negara menyelamatkan stok pangan domestik masing-masing negara. Operasi pasar, bersama Bansos, menjadi cara pemerintah memenuhi kewajiban, sesuai UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.

Seluruh bahan Sembako sudah menunjukkan kenaikan harga. Hanya gas Elpiji, dan garam, yang tidak naik. Kenaikan cukup mencemaskan, bukan hanya beras. Melainkan juga kedelai, membubung mahal (naik sekitar 24%) seharga Rp 13 ribu per-kilogram. Tidak dapat dianggap sepele. Karena kedelai menjadi bahan baku utama tahu dan tempe, yang biasa menjadi menu utama keluarga Indonesia.

Sejak dahulu, panen kedelai tidak pernah mencukupi kebutuhan. Bahkan impor jauh lebih besar. Berdasarkan prognosa pangan nasional Januari hingga Desember 2023, produksi kedelai dalam negeri sekitar 355 ribu ton. Sedangkan kebutuhan mencapai 2,7 juta ton! Pengrajin tahu, tempe, dan pedagang gorengan sudah kelimpungan.

Jagung, juga masih impor. Pada pertengahan November ini akan datang sebanyak 20 ribu ton, di Surabaya. Khusus untuk pakan peternakan ayam. Jagung akan dijual kepada peternak dengan sekitar Rp 5 ribu per-kilogram. Perkiraan neraca jagung, sesungguhnya surplus. Yakni produksi jagung nasional tahun 2023 mencapai 18,15 juta ton. Sedangkan kebutuhan tahun 2023 diperkirakan sebanyak 16,98 juta ton. Salah prognosis lagi!

Kendali distribusi pangan tercantum pada pasal 25 ayat (1). Secara tekstual dinyatakan, “Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengendalikan ketersediaan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, dan harga yang terjangkau.” Nyata-nyata terdapat frasa kata “harga yang terjangkau” wajib direalisasi pemerintah.

——— 000 ———

Rate this article!
Biaya Dapur Melonjak,5 / 5 ( 1votes )
Tags: