Bulog Bondowoso Raih Penghargaan Pengadaan Beras Terbaik se-Jatim

Pemimpin Cabang Perum Bulog Bondowoso Rudy Prasetya bersama Abdul Karim Kepala Gudang Bulog Kembang memaparkan strategi pengadaan beras selama tahun 2020 sehingga menjadi terbaik se-Jatim. [sawawi/bhirawa]

Alami Surplus, karena Piawai Merangkul para Mitra dan Gapoktan
Bondowoso, Bhirawa.
Tahun 2020 ini, Perum Bulog Cabang Bondowoso (Situbondo dan Bondowoso) patut berbahagia. Ini karena BUMN yang kini dipimpin Rudy Prasetya itu berhasil mendapatkan penghargaan terbaik pertama dalam bidang pengadaan beras se-Provinsi Jawa Timur.

Capaian ini diraih tidak hanya karena faktor kepemimpinan Rudy Prasetya semata, melainkan berkat adanya kerja keras keluarga besar Perum Bulog Bondowoso bersama tiga gudang yakni Gudang Kembang, Gudang Klatakan dan Gudang Lamongan Kecamatan Arjasa Situbondo.

Menurut Rudy Prasetya, target beras yang harus dipenuhi Perum Bulog Bondowoso sebenarnya 10 ribu ton, namun dalam kenyataan saat ini mampu menghimpun beras sebanyak 18 ribu ton. Prestasi ini, lanjut Rudy, jika ditaksasi mengalami kenaikan prosentase sebesar 180 persen. “Kami sangat bersyukur, pengadaan tersebut bisa menempatkan Perum Bulog Bondowoso di rangking pertama se-Provinsi Jawa Timur,” ujar Rudy Prasetya.

Ada beberapa upaya yang dilakukan Perum Bulog Bondowoso, sehingga mampu menjadi terbaik pertama se-Jatim. Satu diantaranya, sebut Rudy, Perum Bulog Bondowoso melakukan pendekatan kepada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan para mitra kerja Bulog. “Kemudian kami juga fokus pada program ramah lingkungan dan juga rajin terjun kelapangan mendatangi para petani. Sehingga mereka berlomba lomba memasukkan berasnya ke Perum Bulog Bondowoso,” terang Rudy.

Pria asli Surabaya itu menegaskan, keberadaan 18 ribu beras tersebut kini disimpan tersebar di tiga gudang miliki Perum Bulog Bondowoso. Khusus gudang Kembang, akunya, tersimpan sedikitnya 9 ribu ton dan sisanya ada di Gudang Klatakan dan Gudang Lamongan Arjasa Situbondo.

“Capaian prestasi membanggakan ini juga berkat adanya kerjasama yang baik dengan pemilik penggilingan padi yang tergabung dalam mitra pengadaan Perum Bulog Bondowoso. Kami memang melibatkan semua kalangan dan kami selalu rajin mendatangi petani sehingga mereka memasukkan semua berasnya ke Perum Bulog Bondowoso,” urai Rudy.

Rudy sebenarnya memahami di kalangan petani harga beras yang dipatok Inpres dianggap terlalu murah oleh petani Bondowoso dan Situbondo. Akan tetapi, sambung Rudy, mereka para petani menjual ke Perum Bulog Bondowoso karena alasan membutuhkan uang cash yang cepat.

“Ketika petani atau kalangan mitra dan Gapoktan memasukkan beras jam 10.00 WIB, maka jam 12.00 WIB sudah dibayar. Uang itu sudah langsung ditransfer ke masing masing rekening petani dan mitra. Tentunya sebelumnya kami timbang dan harus memenuhi kualitas baru dibayar. Termasuk kadar kering dan basah beras harus sesuai dengan standart 14 persen terpenuhi,” beber Rudy.

Masih kata Rudy, angka pengadaan beras yang mengalami surplus hingga 180 persen ini diyakini baru pertama kali diraih oleh Perum Bulog Bondowoso. Sebelumnya, tegasnya, capaian serupa juga pernah diraih namun angka surplusnya mentok di 100 persen saja.

Untuk mempertahankan prestasi ini, Rudy mengaku ada terobosan lain yang harus dipegang teguh dimasa mendatang. “Stock beras yang lama harus cepat dihabiskan sehingga kami bisa melakukan langkah lain yakni mengejar target penyerapan gabah dan beras dari petani,” tutur Rudy dengan didampingi Kepala Gudang Bulog Kembang Bondowoso Abdul Karim.[awi]

Tags: