Cuaca Ekstrim, Nelayan PPP Mayangan Probolinggo Sebagian Tetap Melaut

Cuaca ekstrim sebagain nelayan sandarkan kapal motornya.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Harga Ikan Laut di Pasar Mayangan Naik Signifikan

Probolinggo, Bhirawa.
Nelayan di PPP Mayangan Probolinggo tetap melaut meskipun ada potensi gelombang ekstrem hingga Daerah Pesisir Utara Probolinggo.

“Hingga saat ini Jum’at (18/2), nelayan yang tengah melaut masih aman-aman saja. Kami belum mendapatkan informasi dari nelayan yang tengah melaut terkait dengan adanya gelombang ekstrem,” kata petugas Pelabuhan, Adi.

Menurutnya hingga saat sekarang banyak kapal yang sedang mencari ikan di daerah pesisir, sejauh ini belum ada laporan terkait gelombang ekstrem tersebut.

“Demikian pula dengan nelayan tradisional yang biasa mencari ikan di jalur satu area pencarian ikan. Mereka juga tetap beraktivitas seperti biasa meskipun ada peringatan dini jika tinggi gelombang di wilayah perairan utara,” ujarnya.

Sementara itu, Ka.UPT PPP Mayangan Probolinggo, M.Ichsan Budianto menghimbau kepada nelayan dengan memperhatikan Stasiun Meteorologi BMKG ketika mengeluarkan peringatan dini titik koordinat lokasi-lokasi yang berpotensi terjadi gelombang tinggi, sangat tinggi, maupun ekstrem.

“Inti pada pokoknya ciptakan rasa aman dan nyaman ketika melaut disaat cuaca ekstrim dan gelombang tinggi.Secara umum tanpa menyebutkan koordinat yang berpotensi terjadi,” pintanya.

Dalam hal ini, kata Ichsan, hembusan angin yang cenderung searah dengan kecepatan tinggi berpotensi mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang. Menurut dia, kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan utara, perairan hingga selatan Jawa Timur,” tutur Ichsan.

Akibat cuaca ekstrem sejak dua pekan terakhir, membuat para nelayan enggan melaut, sehingga memicu kenaikan harga ikan laut. Seperti harga ikan tongkol dari Rp 20 ribu menjadi Rp 27 ribu perkilogram, di Pasar Ikan Mayangan, Kota Probolinggo.
Menurut Rahmat, salah seorang pedagang ikan mengatakan, naiknya harga ikan laut tersebut dikarenakan hantaman cuaca buruk berupa ombak besar, dan angin kencang di kawasan perairan Utara Probolinggo saat ini.

“Ini terjadi sudah sejak beberapa pekan terakhir, karena terjadinya cuaca ekstrem. Para nelayan tak melaut, namun juga ada beberapa nelayan saja yang melaut,” ungkap Rahmat.

Sementara itu, harga ikan laut lain yang naik yakni harga ikan mangla, dari Rp 13 ribu menjadi Rp 17 ribu perkilogram, dan harga ikan salem dari Rp 17 ribu menjadi Rp 22 ribu perkilogramnya.

“Rata-rata mengalami kenaikan sepuluh ribu dari harga biasanya, bahkan stok ikan di pasar saat ini sangat terbatas,” kata Sumiyati pedagang ikan di Pasar Ikan Mayangan.

Jika cuaca buruk tak segera mereda, dikhawatirkan stok ikan laut semakin tipis, sehingga akan memicu harga ikan laut bertambah mahal, keluhnya.

Akibat dilanda cuaca buruk dalam sebulan terakhir, yang terjadi di wilayah perairan Probolinggo, membuat sejumlah nelayan di Pelabuhan Tanjung Tembaga enggan melaut. Mereka takut akan resiko yang kerap terjadi. Cuaca buruk berupa angin barat, disertai gelombang tinggi ini juga menyebabkan hasil tangkapan ikan nelayan menurun.

Haji Arifin Pemilik KM. Sutra Mas menjelaskan, dirinya bersama para anak buah kapal (ABK) tidak berani melaut, karena mengancam keselamatan seluruh awak kapalnya.

“Jelas berpengaruh mas, saya beserta awak kapal disini nggak berani berlayar jauh -jauh, resikonya terlalu besar. Seperti pekan lalu, tetangga saya hilang sampai sekarang nggak ketemu di perairan Paiton,” kata Arifin.

Arifin juga menambahkan, beberapa kapal nelayan yang mencoba berangkat melaut akhirnya kembali ke dermaga, karena khawatir cuaca ekstrem tiba-tiba terjadi. Khususnya mereka para nelayan yang menggunakan kapal berukuran kecil.

Berdasarkan keterangan dari para nelayan, musim angin barat ini akan berlangsung hingga maret mendatang. Para nelayan berharap agar cuaca buruk ini segera berakhir, supaya aktivitas menangkap ikan kembali normal.

“Sudah satu bulan ini cuaca buruk mas, karena sekarang sedang puncaknya musim angin barat, arus dan angin sama-sama kencang, gelombang laut tinggi,” tandasnya.

Menurut nelayan setempat, biasanya di awal tahun ikan jenis layur, bawal, krisi melimpah di laut. Namun karena cuaca buruk, hasil tangkapan nelayan menjadi minim. Untuk mengisi waktu luang selama nelayan dan para ABK tidak melaut, mereka sibuk membenahi bagian kapal dan jaring, tambahnya.(Wap.hel)

Tags: