Dinkes Jatim dan FK Unair Sosialisasikan Deteksi Mandiri TBC Lewat Aplikasi

Dinkes Jatim bersama FK Unair memulai kerjasama dalam sosialisasi deteksi mandiri penderita TBC.

Surabaya, Bhirawa
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim) bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Unair (FK Unair) Surabaya, mensosialisasi aplikasi E-TIBI ke masyarakat. Aplikasi ini merupakan aplikasi deteksi mandiri untuk menemukan penderita TBC sebagai upaya percepatan eliminasi TBC di Jatim. FK Unair ditunjuk sebagai pendamping dan membantu dalam proses sosialisasi kepada masyarakat di Jawa Timur.
Dekan FK Unair, Prof Dr Budi Santoso dr SpOG (K) mengatakan, kesiapannya dalam mensukseskan program ini. Apalagi, FK Unair di bawah bimbingan Bidang III memiliki banyak program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan baik dosen dan mahasiswa.
“Melalui jembatan ini, kami siap mendukung dinkes jatim dalam percepatan tracing TBC di Jawa Timur,” terang dekan di Dinkes Jatim, Rabu (27/4).
Dekan yang akrab disapa Prof Bus ini menyebut, beberapa kegiatan pengabdian masyarakat yang bisa dimaksimalkan FK Unair dalam sosialisasi ini antara lain pengabdian masyarakat tahunan bagi semester IV mahasiswa kedokteran FK Unair.
Selain itu, FK Unair juga memiliki Badan Koordinasi Kesehatan Masyarakat (BKKM) yang juga berperan dalam memberikan edukasi dan pendampingan kesehatan kepada masyarakat dan dijalankan dosen dan mahasiswa.
“Monggo jika aplikasi self assesment ini dititipkan kepada adik – adik (para mahasiswa). Karena saya yakin sesuatu yang baru perlu sosialisasi dan pendampingan,” lanjut dekan.
Kepala Dinkes Jatim, Dr Erwin Ashta Triyono dr Sp PD KPTI FINASIM menambahkan, Dinkes Jatim menggandeng FK Unair untuk memperluas kolaborasi. Bukan hanya praktisi kesehatan yang turun tangan, namun juga memaksimalkan peran mahasiswa kedokteran.
“Apalagi Prof Budi mempunyai banyak program – program pengabdian masyarakat di bidang kesehatan. Sehingga nanti diharapkan lebih optimal lagi dalam penemuan kasusnya,” tambahnya.
Semakin banyak kasus ditemukan, lanjut Erwin semakin besar dinkes jatim bisa melakukan intervensi perilaku sehingga tidak menular ke orang berikutnya. Kemudian intervensi pengobatan agar pengobatan lebih dini bisa digalakkan.
Kadinkes mentargetkan, per 2024 ditemukan kasus 90 ribu di Jawa Timur. Ini sesuai target yang ditentukan pemerintah. Hingga saat ini, temuan di Jatim masih berada di angka 45 ribu.
“Target 85% ditemukan di 2024. Saat ini belum mencapai itu, karenanya kami berinovasi menggunakan aplikasi ini,” tambahnya.
Sebagai gerakan awal, Dinkes akan menyasar ke komunitas penderita HIV. Karena kerentanan mereka mengidap TBC tinggi. Jika ini sudah berjana, baru akan menyasar masyarakat secara umum. [ina.fen]

Tags: