Dua Wajib dalam Komunikasi di Era Society 5.0

Oleh:
Muhammad Farhan Azizi
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab, UMM dan Pegiat Literasi

Komunikasi adalah sesuatu yang dapat membuat manusia berintegritas. Meski tidak bisa diklaim bahwa, komunikasi adalah satu-satunya kunci integritas, namun komunikasi begitu berperan dalam suatu peristiwa penting perjalanan sejarah Hitler. Jalaludin Rakhmat atau Kang Jalal dalam Retorika Modern: Pendekatan Praktis (2011) menceritakan sosok Hitler, sedikit banyaknya didongkrak kuat oleh kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Hal ini diceritakan sedemikian rupa, namun pada intinya adalah kemampuan tersebut telah membawa seorang Kopral pada Perang Dunia pertama itu menjadi Kaisar pada Perang Dunia kedua.

Kehidupan sosial kita sekarang sudah sampai pada era society 5.0, yakni interaksi sosial yang kini dilakukan tidak lagi melulu belangsung secara fisik namun juga secara virtual. Karena itu, ruang maya atau media sosial juga telah menjadi ruang publik bagi kita sekarang. Boleh jadi kemampuan berkomunikasi yang dimiliki Hitler pada masa itu tidak berlaku lagi di era society 5.0. Karenanya, melakukan pengulasan ulang terhadap komunikasi dalam arti kemampuan tersebut adalah penting dilakukan.

Ide dan gagasan bagi seorang komunikator adalah harga mati

Keduanya wajib. Menjadi wajib karena berlangsungnya komunikasi tidak lepas dari tujuan komunikasi itu sendiri. Komunikasi sangat mustahil tercapai apabila tidak berdasarkan pada ide dan gagasan yang terencana, terstruktur, dan matang. Walaupun, komunikasi (suatu pembicaraan) tentu tetap bisa berjalan tanpa ide dan gagasan. Tapi, kegiatan tersebut tidaklah dinamakan komunikasi melainkan hanya ritual basa-basi. Karena jika tidak ada pesan dan tujuan terlebih ide dan gagasan, pembicaraan antara dua individu bukan disebut dengan komunikasi.

Artinya, komunikasi tidak dapat disamakan dengan “bicara, ngomong, gosip, dan lain-lain”. Komunikasi adalah terjadinya suatu hubungan antar individu dengan individu lain atau kelompok dengan kelompok lain untuk saling menyampaikan pesan dengan tujuan-tujuan tertentu. Seperti yang dikatakan Evert M. Rogers dalam Suranto (2005) bahwa, komunikasi adalah proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, komunikasi merupakan proses dipindahkannya pengetahuan dari seseorang kepada orang lain, dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.

Menurut Effendy (2003) istilah komunikasi berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti memiliki makna yang sama. Effendi mengatakan, berbicara mengenai definisi komunikasi tidak ada definisi yang salah dan benar secara absolut, namun definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi pada orang lain dengan maksud agar orang lain tersebut memiliki kesamaan informasi, pesan atau gagasan dengan pengirim pesan.

Pengertian-pengertian komunikasi dari para ahli tersebut memberikan pemahaman bahwa, ide dan gagasan dalam suatu komunikasi berguna untuk mengatur pesan yang ingin kita sampaikan agar tercapai dengan baik. Dua hal ini sangat mampu membuat kegiatan komunikasi kita menjadi lebih efektif. Konflik yang mungkin saja terjadi pada saat komunikasi berlangsung juga sangat mungkin untuk dapat ditangkal, atau minimal dikurangi karena adanya ide dan gagasan yang menjiwai komunikasi tersebut.

Kehidupan sosial di era society 5.0 sangat membutuhkan komunikasi yang di dalamnya terdapat ide dan gagasan ini. Komunikasi yang terjadi di era ini tidak lagi harus bertatap muka. Kondisi ini membuat gerak tubuh dalam komunikasi sedikit banyaknya berkurang. Juga, ekspresi mungkin akan berkurang. Hanya ide dan gagasan yang tidak mungkin berkurang dalam pelaksanaan komunikasi di era ini. Ide dan gagasan inilah yang harus diperkuat oleh para komunikator dalam menyanpaikan pesannya kepada penerima.

Dengan membawa pengertian komunikasi kepada konteks penjelasan yang aplikatif ini, saya kira akan sangat membantu kita dalam mendesain komunikasi yang efektif, efisien, dan optimal guna tersampaikannya pesan-pesan dalam suatu komunikasi. Selain itu, pengaplikasian ide dan gagasan dalam komunikasi ini tentu tidak hanya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan saja, namun dalam ruang lingkup instansi, institusi, serta lembaga-lembaga yang sekarang melaksanakan metode WFH (Work From Home), PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), atau aktifitas lain yang semisalnya akan sangat terbantu dengan adanya pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan pembahasan komunikasi ini.

Menafsirkan pesan dari lawan bicara

Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang mesti kita lakukan apabila ide dan gagasan telah bermuara dalam suatu komunikasi. Tugas kita adalah, menafsikan pesan dalam suatu komunikasi. Menafsir pesan ini tujuannya agar tidak terjadi miss-komunikasi antara penyampai pesan dengan penerima pesan.

Terkadang, kita bingung dengan kata, kalimat, atau simbol bahasa tertentu yang dimaksud oleh lawan bicara kita. Oleh karena manusia merupakan hayawan an-natiq (hewan yang berbicara), maka kemampuan bahasa yang digunakan dalam berbicara (komunikasi) serta didukung oleh fitrahnya sebagai Insan (makhluk psikologis) sudah barang tentu memuat puluhan makna, atau bahkan ribuan maksud. “Ngomong apa, sih?” Ucapan ini setidaknya mewakilkan kondisi seseorang yang gagal paham dalam menafsirkan pesan yang dimaksud lawan bicaranya.

Menurut Bovee dan Thill, menafsirkan pesan adalah salah satu tahap komunikasi yang sangat penting. Berdasarkan hasil penafsiran terhadap pesan yang diterima, penerima pesan dapat memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim pesan atau lawan bicaranya (Purwanto, 2011). Selain itu, yang juga sama pentingnya dari maksud penafsiran pesan ini adalah untuk menghindari adanya fitnah yang tidak benar. Mungkin, ada penerima pesan yang salah tafsir, kemudian meneruskan pesan (dengan status salah tafsir) kepada orang lain.

Wilbur Schramm juga mengemukakan bahwa, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima (Suranto, 2005). Itu sebabnya, tafsiran dalam proses komunikasi merupakan hal yang penting di era society 5.0.

———– *** ————

Tags: