Evaluasi Pendidikan Karakter di Masa Pandemi

Oleh :
Dr H. Subhan, MSi
Kepala MTsN 2 Kota Malang.

Pendidikan karakter akan selalu urgent dan menarik untuk selalu dibahas dalam dunia pendidikan, terlebih di masa pandemi Covid-19. Implementasi pendidikan karakter melalui pembejaran jarak jauh (PJJ) bukanlah perkara yang mudah untuk dipraktekan. Pasalnya, penilaian yang biasanya dilakukan secara tatap muka, observasi langsung serta penilaian jurnal untuk peserta didik semua berubah.

Pembelajaran secara daring menjadikan guru tidak bisa melihat langsung peserta didik dan tidak ada ikatan emosional diantara kedua belah pihak. Sehingga, selama pandemi ini pendidikan karakter peserta didik bisa dibilang sedikit banyak telah terabaikan. Nah, melalui tulisan ini penulis mencoba untuk mempotret pelaksanaan pendidikan karakter, dengan mengevalusi sekaligus mencari solusi penguatan pendidikan karakter dalam PJJ selama pandemi Covid-19.

Dilema Guru dalam Pendidikan Karakter

Kondisi pandemi Covid-19 saat ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan formal dalam upaya pendidikan karakter bangsa. Pembelajaran dominan tidak dilakukan dengan tatap muka, sehingga menjadi tantangan guru dalam proses pendidikan karakter tersebut. Disisi lain akan memberikan kesempatan bagi peserta didik dalam mengaktualisasikan nilai-nilai karakter di masyarakat dalam upaya keikutsertaan pencegahan dan penanggulangan Covid-19.

Selebihnya, pendidikan karakter yang dilakukan pada pembelajaran daring diharapkan dapat mengakomodir sesuai dengan prinsip-prinsip Belajar Dari Rumah (BDR) yang di jelaskan dalam Surat Edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, No. 4 tahun 2020 dan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor 285.1 Tahun 2020 tentang Upaya Pencegahan Virus Covid-19, serta mempertimbangkan prioritas keselamatan, kesehatan lahir dan batin warga madrasah, maka disampaikan ketentuan mekanisme pembelajaran dan penilaian madrasah dalam masa darurat pencegahan penyebaran Covid-19.

Berangkat dari aturan tersebut itulah, semua guru di satuan pendidikan dituntut bisa memberikan pemahaman bagaimana teknik dan startegi dalam pendidikan karakter pada pembelajaran daring yang merupakan pengejewanatahan belajar dari rumah. Kemudian, guru dituntut untuk bisa lebih berusaha kreatif dalam menggali informasi dan karakteristik peserta didik dalam menentukan model-model pembelajaran dengan hasil belajar yang diharapkan pada pembelajaran daring. Tuntutan-tuntutan tersebut, tentu bukan hal yang mudah untuk direalisaikan, sehingga tidak sedikit tantangan pelaksanaan pendidikan karakter di era pandemi menjadi dilema bagi guru-guru. Detailnya, berikut ini beberapa dilema guru beserta tantangannya dalam menanamkan pendidikan karakter.

Pertama, pemberian penilaian yang biasanya dilakukan secara tatap muka, observasi langsung serta penilaian jurnal untuk peserta didik. Sekarang harus dibiasakan untuk melakukannya secara daring tanpa melihat langsung peserta didik dan tidak ada ikatan emosional diantara kedua belah pihak.

Kedua, pembelajaran berbasis online membuat siswa kehilangan role model dan sosok yang menjadi panutan. Karena pada prinsipnya seorang anak adalah peniru. Peserta didik akan mudah mengembangkan karakternya dengan meniru atau menyaksikan perilaku gurunya. Guru yang berkarakter akan mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai ajaran agama dalam kesehariannya sehingga dapat ditiru oleh peserta didik.

Ketiga, pembelajaran dengan metode e-learning yang terhubung dengan layanan internet tidak selamanya menjamin peserta didik aman dari pengaruh negatif dunia digital. Media digital dengan segala kebebasannya menyajikan beragam informasi baik positif maupun negatif. Peserta didik yang tidak siap dengan informasi yang begitu deras dan berlimpah, berpotensi terpapar konten-konten negatif yang berakibat pada persoalan moralitas dan krisis karakter.

Keempat, pengaruh dari kecanduan internet juga membuat siswa malas berpikir, kurang bertanggung jawab sehingga tidak maksimal dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.

Keempat dilema dan tantangan guru dalam menanamkan pendidikan karakter tersebut di atas, sejatinya tidak harus mutlak menjadi tanggungjawab guru, namun harus tersadari sebagai bentuk tanggungjawab bersama. Keberhasilan pendidikan karakter bangsa pada masa Covid-19 membutuhkan peran utama orang tua siswa dan lingkungan rumah sebagai mitra sekolah dalam usaha Nation and Character Building.

Penguatan Pendidikan Karakter di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada awal tahun 2020, dengan cepat mengubah tatanan kehidupan masyarakat, termasuk Indonesia. Dunia pendidikan terpaksa menggantikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online/daring. Melalui berbagai macam aplikasi seperti, whatsApp (WA), google classroom, zoom meting dan sejenisnya.

Oleh karena itu, pemerintah yang diwakili oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan surat edaran No. 369/MPK.A/HK/ 2020 tentang pelaksanaan proses pembelajaran melalui non tatap muka atau daring pada masa darurat wabah pandemi Covid-19, langkah tersebut merupakan upaya pemerintah dalam memenuhi hak peserta didik untuk dapat menikmati pendidikan dan mencegah penularan penyakit yang semakin tinggi (Kemendikbud, 2020).

Merujuk dari surat edarat tersebut, kegiatan proses belajar dan pembelajaran dilakukan di rumah dengan didampingi oleh orang tua masing-masing. Sejalan dengan pelaksanaan aturan tersebut, muncul persoalan selanjutnya yakni penurunan nilai karakter peserta didik. Otomatis orang tua memiliki peran besar dalam pemaksimalan pendidikan karakter bagi anak. Namun, kendati demikian pendidikan karakter di masa learn from home (belajar dari rumah) ini harus tetap dikawal dan diawasi oleh guru.

Mengingat pentingnya penanaman karakter bagi anak walapun dalam kondisi pandemi, berbagai upaya harus tetap dilakukan dengan satu kunci yaitu kerjasama yang baik antara trisental pendidikan yakni orang tua, sekolah dan juga masyarakat karena pendidikan karakter tidak bisa berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan yang harus dikelola dengan baik. Pendidikan karakter diharapkan mampu memberikan dampak baik bagi kemajuan kehidupan masyarakat bangsa dan negara dalam menjawab degradasi moral pada remaja terutama pada peserta didik. Pendidikan karakter menjadi sebuah langkah yang harus ditempuh dalam membentuk karakter peserta didik yang berbudi pekerti luhur.

Sejatinya, banyak cara dan media untuk menanamkan karakter pada siswa diantarnya dengan menanamkan enam nilai yang harus dimiliki Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, dan kreatif. Merujuk Kemendiknas (2011:14), implementasi pendidikan karakter disatuan pendidikan meliputi beberapa langkah, salah satunya adalah: integrasi dalam mata pelajaran. Setiap mata pelajaran terdapat muatan nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Hal tersebut senada dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3, yang mengamanatkan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas secara intelektual, tetapi juga harus mampu mencetak generasi yang bermoral dan berkarakter sesuai dengan nilai, norma dan ajaran agama (cerdas spiritual dan emosional).

Menurut hemat penulis, setidaknya ada tiga prinsip pembelajaran dalam penguatan pendidikan karakter di masa pandemi, yaitu sajikan, internalisasi dan terapkan. Sajikan adalah tahap memberikan pemahaman tentang nilai-nilai agama, pengetahuan dan keterampilan melalui dimensi akal, rasio atau logika dan kinestetik dalam setiap bidang studi. Sedangkan, internalisasi adalah penghayatan atau tahap menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai kebaikan melalui dimensi emosional, hati atau jiwa. Sementara, terapkan adalah tahap mempraktekan nilai-nilai kebaikan melalui dimensi prilaku kegiatan ibadah dan amal-amalan nyata serta berupaya untuk menebar kebaikan. Selebihnya karakter akan terbentuk jika rukhiyah, fikhriyah dan amalan dari tiga prinsip tersebut diterapkan oleh guru, siswa dan juga peran orang tua. Melalui dasar dan evaluasi pembelajaran selama pandemi, besar kemungkinan pendidikan karakter akan terkuatkan di tengah pandemi.

——— *** ———

Tags: