Gelar ToT, Tingkatkan Peran PKK Turunkan Angka Stunting

Ketua TP PKK Jawa Timur Arumi Bachsin Emil Dardak

Pemprov Jatim, Bhirawa
Ketua TP PKK Jawa Timur Arumi Bachsin Emil Dardak terus mengajak seluruh kadernya untuk memaksimalkan peran dalam menurunkan angka stunting di Jatim. Langkah tersebut salah satunya dilakukan melalui Training of Trainers (ToT) bertajuk #MelajuKuatBersamaIbuPKK yang diselenggarakan di Mercure Grand Mirama Hotel Surabaya, Selasa (8/11).
Menurut Arumi, TP PKK memiliki kekuatan yang luar biasa untuk memberikan edukasi pada keluarga mulai dari tingkat dasawisma, RT hingga RW. Dimana pada program kerjanya terdapat 4 pokja yang memiliki tugas dan fungsi yang bersinambung dengan kesejahteraan masyarakat dari usia lahir hingga lanjut usia.
Materi yang diberikan pada peserta, dikatakan Arumi baik terkait nutrisi gizi, pengolahan sampah maupun finansial planing memiliki keterkaitan yang luar biasa. Menurutnya, materi ini memiliki ketekaitan dengan penanganan stunting yang saat ini tengah menjadi fokus program TP PKK Jawa Timur. “Saat ini di Jatim stunting kita sudah mencapai angka 23,5 persen. Kita diharapkan bisa menurunkan angka stunting di angka 14 persen pada 2024,” ujarnya.
Untuk menurunkan angka stunting di Jatim, Arumi menambahkan diperlukan kolaborasi di segala sektor baik pemerintah, swasta, serta orang tua yang diharapkan memiliki kesamaan visi dan misi terkait menurunkan angka stunting secara signifikan.
“Di PKK kami baru-baru ini memiliki program yakni minum susu dan telur di beberapa SD. Mudah-mudahan kita biasakan sejak kecil, sehingga kebiasaan tersebut terbawa hingga dewasa. Dimana salah satu penanganan stunting yakni dilakukan dengan meningkatkan makanan begizi. Itu yang paling baik,” jelasnya.
Selain itu, untuk menekan angka stuntimg diperlukan pula akses mendapatkan makanan bergizi haruslah mudah. Apalagi, Jawa Timur merupakan penghasil susu dari sapi perah dengan presentase yang cukup tinggi.
“Uniknya, masih banyak ditemukan anak peternak susu sapi perah yang stunting. Penyebabnya karena orang tua yang sibuk memerah susu sapi dipagi hari, dan hasilnya 100 persen dijual tidak diberikan kepada anaknya,” kata Arumi.
Selain itu, materi pengolahan sampah yang akan diberikan juga berkaitan dengan penanganan stunting. Arumi menambahkan, kesalahan pengolahan sampah berdampak pada timbulnya kurang gizi yang ternyata dapat mengakibatkan infeksi tinggi. “Apalagi 1000 hari kehidupan, antibodi anak masih lemah. Itu awal masuknya infeksi dan seterusnya menjadi lingkaran hitam,” imbuhnya.
Terkait materi financial planning, Arumi mengatakan materi tersebut merupakan salah satu cara mengelola keuangan secara komperhensif menuju keluarga yang sejahtera.
“Bagaimana kita merencanakan uang, karena ini memiliki peranan penting. Banyak sebetulnya keluarga yang mampu, tapi ada juga orang mampu yang anaknya masuk kategori stunting karena kurangnya edukasi dan prioritas dalam rumah tangga,” jelasnya.
Terakhir, Arumi berharap usai pelatihan para peserta dapat menyampaikan pesan ini kepada masyarakat luas. Dimana nantinya, juga akan dilakukan monitoring untuk memastikan keefektifan pelatihan yang telah diberikan. [tam.wwn]

Tags: