Gunung Bromo Dilanda Badai Pasir dan Debu

Badai pasir dan debu di gunung Bromo.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Gunung Bromo, di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo, memasuki musim kemarau. Sejak 3 hari ini, Gunung Bromo dilanda badai pasir dan debu. Akibat angin kencang terjang lautan pasir, di Kaldera Gunung Bromo terjadi badai pasir, debu dan pasir vulkanik dari erupsi Gunung Bromo, berterbangan kesana kemari tergantung arah angin. Senin (28/9).

Sejak dibuka, kunjungan wisatawan ke salah satu gunung tercantik di dunia ini, terus ramai memenuhi kuota kunjungan uji coba dengan protokol kesehatan super ketat, setelah 6 bulan ditutup oleh pemerintah karena pandemi Corona.

Fenomena tahunan angin kencang atau badai pasir ini, biasanya terjadi di saat musim kemarau, di bulan Agustus hingga akhir September nanti.

Guna mengantisipasi risiko paparan debu dan pasir yang kurang baik bagi kesehatan, pihak TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) selaku pengelola dan petugas wisata Gunung Bromo, menghimbau para wisatawan wajib memakai masker dan membawa kacamata saat berkunjung.

Susi salah satu pengunjung wisata Gunung Bromo, asal Surabaya, angin terlalu kencang dan banyak debu dan pasir berterbangan saat di lautan pasir, seperti badai pasir jadi agak cepat berada di lautan pasir, dan segera pergi ke lokasi titik wisata lain Puncak Seruni Point.

“Anginnya kencang banget di lautan pasir Gunung Bromo, banyak debu berterbangan, mirip badai pasir, jadi enggak terlalu lama berada di lautan pasir, dan pergi ke titik wisata lain di Puncak Seruni Point Bromo” ujar Susi.

Juga dikatakan Subur Hari Handoyo, Kepala Resort Lautan Pasir Gunung Bromo, diharapkan bagi pengunjung di musim kemarau angin kencang terjadi saat ini dilutan pasir, bagi pengunjung wajib memakai masker dan kacamata, agar tidak mengganggu bagi kesehatan.

“Pesan kami untuk pengunjung wajib pakai masker dan kacamata, karena saat ini musim kemarau anginnya besar dan pasir berterbangan, dan juga dilarang menyalakan api berbahaya bisa terjadi kebakaran” tegas Subur.

Selain itu petugas Lautan Pasir Gunung Bromo dan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), selaku pengelola wisata Gunung Bromo, musim kemarau dilarang membuang puntung rokok atau menyalakan api di Padang Savana Bromo, bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.

Kawasan Laut Pasir Bromo, kembali diterjang badai pasir. Wisatawan maupun warga, diimbau menggunakan masker dan kacamata, melindungi diri dari terpaan angin bercampur debu. Fenomena badai pasir ini sebenarnya lumrah, sering terjadi di kawasan laut pasir Bromo, jelang musim kemarau berakhir.

Penyebabnya, suhu panas meningkat sehingga kandungan air di pasir cepat menguap. Tentu, struktur permukaan pasir menjadi sangat kering dan dapat diterbangkan angin. Di kawasan laut pasir, diakui ada tiupan angin lokal. Kencangnya tiupan angin, membuat debu di permukaan pasir terangkat.

“Fenomena ini sudah sering terjadi. Bagi masyarakat sudah menjadi hal biasa,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi, Senin (28/9).

Kendati demikian, wisatawan diimbau tidak panik. Sepatutnya melindungi diri dengan kacamata dan masker, mengantisipasi agar tidak terpapar debu. “Kami juga siap menyuplai masker untuk warga maupun wisatawan, apabila memang dibutuhkan,” tegas Anggit.

Selain di kawasan Laut Pasir Bromo, terpaan angin kencang juga melanda wilayah Probolinggo. Hal ini sesuai dengan tipikal angin yang bergerak secara sporadis.

Di kawasan Probolinggo juga terkenal dengan sebutan angin lokal, yakni angin gending. Kemunculannya, juga terjadi tiap musim kemarau, tambahnya.(Wap)

Tags: