Kisah Dibalik Pemberian Gelar Bangsawan kepada Wali Kota Risma

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menerima Nawala Kakancingan dari Sinoehoen Pakoe Boewono XIII di Sasana Handrawina, Keraton Surakarta Hadiningkrat.

Diberikan Setelah Sinoehoen Pakoe Boewono XIII Mendapat Wangsit
Kota Surabaya, Bhirawa
Tak semua tokoh di negeri ini yang mendapat gelar bangsawan dari Keraton Surakarta Hadiningkrat. Salah seorang yang mendapat keistimewaan itu adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Wali kota perempuan pertama Kota Surabaya itu mendapat gelar bangsawan, sama seperti yang pernah diterima Presiden Joko Widodo.
Sore itu, Rabu (4/3), langit di atas Kota Solo tengah diselimuti awan tebal. Tak menunggu lama, hujan deras pun membasahi Kota Budaya termasuk di komplek Keraton Surakarta Hadiningkrat. Seolah ingin ikut menjadi saksi prosesi pemberian gelar bangsawan kepada salah seorang putri terbaik Indonesia.
Sementara di dalam keraton, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terlihat mendapat arahan singkat dari abdi dalem. Usai mendapat penjelasan itu, Wali Kota Risma lantas menuju Sasana Handrawina. Lokasi pemberian gelar bangsawan dari Sinoehoen Kangjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono XIII.
Sesampai di Sasana Handrawina, Wali Kota Risma didampingi putra sulung Fuad Bernardi dan beberapa pejabat di lingkungan Pemkot Surabaya, telah disambut gending-gending Jawa yang dibawakan para waranggana. Wali Kota Risma yang memakai kebaya warna orange pada kesempatan itu terlihat sangat anggun. Senyumnya selalu merekah mendengarkan gending-gending Jawa.
Setelah menunggu beberapa saat, Sinoehoen Pakoe Boewono XIII bersama istri Gusti Kanjeng Ratu Pakoe Boewono memasuki Sasana Handrawina dan langsung duduk di singgasananya. Setelah dibuka pembawa acara, penyerahan sertifikat bangsawan atau Nawala Kakancingan pun diserahkan langsung Sinoehoen Pakoe Boewono XIII kepada Wali Kota Risma.
Nawala Kakancingan yang diterima Wali Kota Risma itu berbahasa Jawa dengan dua versi. Yakni versi dengan huruf Jawa dan huruf latin. Dalam Nawala Kakancingan bernomor : PB XIII.A3.001.2020 itu, Wali Kota Risma diberi pangkat Sentana Riya Inggil dan mendapat gelar Kanjeng Mas Ayu Dr (HC) Ir Tri Rismaharini Kelaswari MT.
Dalam Nawala Kakancingan yang terdapat foto Wali Kota Risma tersebut, telah dibumbui tanda tangan Sinoehoen Pakoe Boewono XIII dan setempel kerajaan berwarna merah. Nawala Kakancingan tersebut dikeluarkan pada 4 April 2020 atau 9 Rejeb Wawu 1953.
Prosesi pemberian gelar bangsawan kepada Wali Kota Risma ini berlangsung sederhana dan singkat. Sebab acara sempat akan batal setelah Sinoehoen Pakoe Boewono XIII dipanggil Presiden Joko Widodo ke Jakarta. Dari acara semula dijadwalkan berlangsung pukul 14.00 WIB, akan diundur pukul 18.00 WIB. Namun karena Wali Kota Risma harus segera kembali ke Surabaya, akhirnya acara dimajukan menjadi pukul 16.00 WIB.
Makanya, Sinoehoen Pakoe Boewono XIII dalam prosesi tersebut tidak sempat mengenakan pakaian kebesaran seorang raja. Hanya mengenakan batik lengan panjang dan blangkon dipadu dengan celana warna hitam. Sebab usai turun dari pesawat, Sinoehoen Pakoe Boewono XIII langsung menuju Sasana Handrawina.
Ditemui usai prosesi, salah seorang kerabat Keraton Surakarta Hadiningkrat, Kanjeng Pangeran Aryo mengatakan, pemberian gelar bangsawan kepada Wali Kota Risma atas inisiatif Sinoehoen Pakoe Boewono XIII setelah mendapat wangsit. Sehingga pemberian gelar ini tidak melewati proses dialog masukan dari para abdi dalem.
“Kami tidak tahu Sinoehoen Pakoe Boewono XIII mendapat wangsit dan sasmita apa. Tiba-tiba beliau memanggil saya dan berkata mendapat wangsit. Lalu beliau meminta saya untuk membuat surat kepada Bu Risma agar diberikan gelar bangsawan ini. Jadi pemberian gelar bangsawan ini karena krenteknya Sinoehoen Pakoe Boewono XIII,” kata Kanjeng Pangeran Aryo.
Kanjeng Pangeran Aryo menyampaikan, salah seorang tokoh yang mendapat penghargaan serupa adalah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pemberian pangkat dan gelar yang diterima Presiden Jokowi dan Wali Kota Risma memiliki strata yang sama.
“Pak Jokowi juga dapat, stratanya juga sama. Jadi kalau penghargaan ini termasuk kerabat lebih dalem. Kalau masih ada Kanjeng Mas Ayu Tumenggung, itu masih abdi dalem. Tapi kalau sudah Kanjeng Mas Ayu, itu sudah pangkat bangsawan dan dianggap family (keluarga) raja,” tuturnya.
Sementara itu, Wali Kota Risma mengaku, tidak pernah sekalipun membayangkan akan mendapat gelar kehormatan tersebut. Sebab, ia merasa masih banyak memiliki kekurangan dalam mengemban tugas sebagai kepala daerah. “Terima kasih banyak. Matur nuwun sanget saya diberikan gelar dari Keraton Surakarta, meskipun itu tidak pernah ada dalam bayangan saya,” ungkapnya.
Kendati demikian, Wali Kota menyampaikan rasa terima kasih karena sudah dipercaya mengemban amanah dari Keraton Surakarta. “Matur nuwun telah diberikan kepercayaan ini. Mudah-mudahan ini bisa memberikan kebanggan untuk warga kota saya,” tuturnya.
Menurutnya, penganugerahan gelar Kanjeng Mas Ayu dari Keraton Surakarta ini pastinya bukan tanpa alasan. Karena itu, ia pun mengaku takjub dan merasa bangga mendapat kehormatan tersebut. “Pasti bukan tanpa alasan saya dipercaya untuk mendapatkan ini. Tapi saya sungguh sangat kaget dan saya sangat takjub luar biasa,” ungkapnya.
Selain mendapat gelar Kanjeng Mas Ayu, selama menjabat Wali Kota Surabaya, dia telah mendapat sekitar 300 penghargaan. Namun bagi dia, pemberian gelar Kanjeng Mas Ayu adalah hal yang paling luar biasa. “Di Kota Surabaya kami mendapatkan 300 penghargaan selama saya menjabat wali kota. Tapi ini penghargaan yang luar biasa,” katanya.
Presiden UCLG Aspac ini menambahkan, undangan penganugerahan gelar ini sebetulnya telah diterima sejak dua bulan yang lalu dan berlangsung pada 20 Maret 2020. Namun karena pada Rabu, 4 April kemarin ada agenda di Kota Solo, sehingga kemudian Wali Kota Risma menerima anugerah gelar kehormatan di hari yang sama.
“Jadi undangan ini kalau tidak salah dua bulan lalu (diterima). Jadi seharusnya (penganugerahan) tanggal 20, jadi Sinuwun (Sinoehoen Pakoe Boewono XIII, red) tahu bahwa saya lagi di Solo. Perasaan saya senang, terus terang tidak pernah mimpi dan tak pernah bayangkan saya jadi kerabat di sini. Jadi saya lebih dekat,” pungkasnya. [Zainal Ibad]

Tags: