Lebih Dekat dengan Ganif Rojikin, Pencentus Inovasi ‘Dewa Otedora’

Ganif Rojikin dengan piagam penghargaan sebagai peserta terbaik Kategori Pengawas Sekolah Inspiratif tingkat nasional. [wiwit agus pribadi]

Raih Penghargaan Kemendikbud-Ristek, Melanglang Buana Berbagi Ilmu hingga Luar Jawa
Probolinggo, Bhirawa
Tugas pasti memiliki tanggung jawab. Dibutuhkan inovasi agar tugas itu lebih mudah. Seperti yang dilakukan Ganif Rojikin, Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo yag menciptakan strategi ‘Dewa Otedora’ agar tugasnya lebih mudah. Inovasinya itu pun diganjar penghargaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Riset Teknologi (Kemendikbud dan Ristek).
Di hadapan laptop yang tidak pernah di tinggalkannya di kesehariannya, Ganif Rojikin terlihat sibuk menyusun program pengawasan sekolah. Satu persatu tugas yang menjadi tanggung jawabnya diselesaikan. Beberapa berkas yang sebelumnya menumpuk, mulai berkurang. Begitulah aktivitasnya saat tidak melakukan pekerjaan di luar kantor.
Ganif mengawali karirnya di dunia pendidikan sejak 1984. Mengabdi menjadi seorang guru Matematika di SMPN 1 Gending. Guru yang identik dengan wajah dan perangai disiplin dan pekerja keras. Namun, hal itu tidak tercermin dalam dirinya. Pembawaannya kalem dan begitu bersahaja.
Suka duka menjadi guru mata pelajaran dialaminya. Misalnya, beberapa kali dimutasi. Mulai di sekolah yang berada di jalur pantura, hingga sekolah yang berada di pelosok desa. Kenyang dengan pengalaman, kemudian pada 2000 hingga 2008 dirinya dipercaya menjadi kepala sekolah. Dalam kurun waktu itu, empat sekolah jenjang SMP dipimpinnya diantaranya SMPN Tiris, SMPN Gading, SMPN 2 Gending dan SMPN Tegalsiwalan. Selanjutnya pada 2008 dirinya dipercaya menjadi pengawas sekolah. Posisi itu dilakukannya sampai saat ini.
“Kalau berbicara tentang pengalaman, mungkin pengalaman saya sudah banyak. Jadi ditempatkan dalam posisi pengawas sekolah menjadi tantangan tersendiri, sejak itu pulalah dirinya melanglang buana atas perintah dari atasannya,” ungkapnya.
Berada di posisi pengawas, dirinya pun beradaptasi dengan cepat. Apa yang menjadi tanggung jawabnya dilakoninya dengan penuh rasa tanggung jawab. Seperti menyusun program pengawasan, melaksanakan pembinaan guru, memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar penilaian. Mulai penilaian kinerja guru dan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan.
Karena tugasnya yang seabrek, pria yang memiliki ketertarikan di bidang IT ini mulai berpikir untuk membuat inovasi khusus. Tujuannya, dengan inovasi itu pekerjaan dan tugasnya akan lebih mudah diselesaikan.
Dia pun mempunyai ide membuat inovasi pembinaan kepada sekolah. Impiannya, pembinaan dilakukan dengan mudah. Namun, hasil yang diperoleh dapat mencakup seluruh poin yang menjadi tanggung jawabnya.
Maka, sejak masa pandemi Covid-19, dirinya mengotak-atik aplikasi gratis yang ada di Playstore. Selanjutnya, dia menginput poin penilaian. “Namanya juga untuk mempermudah tugas, apapun dilakukan. Jika dulunya dilakukan secara manual, di zaman IT yang sudah berkembang ini akhirnya saya coba-coba membuat aplikasi,” kata pria yang istrinya juga seorang guru matematika itu.
Puluhan aplikasi dari PlayStore pun dicoba. Namun, selalu gagal tidak sesuai dengan yang diinginkan. Hingga pada akhirnya dirinya menemukan sebuah aplikasi yang cocok dengan lembar kerja yang dibuatnya. Dari situlah kemudian dirinya mulai menggunakan aplikasi tersebut dan menamainya dengan Dewa Otedora. “Aplikasi yang saya pakai didesain secara portabel dengan menggunakan HP berbasis android. Jika menginput data akan diperoleh poin yang diinginkan,” tuturnya.
Setelah beberapa bulan melakukan uji coba, dirinya pun mencoba ikut lomba yang diadakan Kemendikbud Ristek. Tanpa persiapan khusus, dia mengirim video dan naskah yang diberi judul Inovasi Pembinaan Kepada Sekolah dengan Strategi Dewa Otedora. Akronim dari Desain, Wawancara, Observasi Telaah Dokumen, dan Rencana Aksi.
Inovasi ini merupakan desain instrumen yang dipakai oleh pengawas secara portabel. Memanfaatkan aplikasi dasar yang tersedia di PlayStore dan tidak memerlukan coding. Di dalam aplikasi tersebut ada indikator yang nantinya dapat dilihat hasil dan nilainya. Berbekal aplikasi tersebut, dia melalukan wawancara pada guru. Selanjutnya, melakukan observasi telaah dokumen. Lalu, data langsung diinput ke HP tanpa harus mengolah lagi.
Nantinya akan muncul grafik serta informasi yang dibutuhkan. Kemudian akan disusun rencana aksi untuk memperbaiki nilai yang kurang. Tak disangka inovasi tersebut membuat Kemendikbud Ristek tertarik. Hingga akhirnya Ganif lolos 5 besar tingkat nasional dan diundang ke kementerian untuk penilaian lanjutan, tandasnya.
Pada saat penilaian lanjutan rupanya inovasi buatannya menang. Karena itulah dirinya mendapatkan piagam penghargaan sebagai peserta terbaik Kategori Pengawas Sekolah Inspiratif. Penghargaan itu bukan yang pertama baginya. Dia pernah mendapatkan piagam penghargaan pengawas prestasi nasional 2012; juara best practice untuk kategori pengawas SMA/SMK tahun 2015; serta juara best practice untuk kategori pengawas SMP tahun 2018.
“Baru 24 November kemarin mendapat piagam penghargaan sebagai peserta terbaik Kategori Pengawas Sekolah Inspiratif. Perlu disyukuri, namun selama masih bisa berinovasi akan saya lakukan, yang terpenting bias bermanfat untuk dunia pendidikan dan orang lain,” tandasnya. [wiwit agus pribadi]

Tags: