Menanti ‘Guru’ di Yayasan Yatim Piatu

Oleh:
Yogyantoro
Guru SMPN 2 Suruh, Trenggalek

Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang harus dapat diperoleh oleh semua kalangan. Oleh karena itu, pemberdayaan di bidang pendidikan dianggap sebagai hal yang sangat penting bagi diri kita sendiri dan orang lain agar dapat merasakan pengalaman belajar dan meraih kesuksesan dalam hidup. Namun permasalahan dalam bidang kesejahteraan sosial yang menimpa anak-anak yatim dan duafa yang disebabkan oleh faktor rendahnya ekonomi keluarga dapat menyebabkan mereka tidak mendapatkan pemenuhan terhadap pendidikan yang layak. Padahal, salah satu perhatian terbesar Islam di bidang sosial adalah orang-orang miskin dan anak-anak yatim piatu.

Inisiasi layanan program pendidikan untuk anak yatim piatu di yayasan akan memberikan dampak positif untuk kehidupan anak yatim dan duafa. Yayasan yatim piatu sebagai lembaga sosial kemasyarakatan didedikasikan untuk memberdayakan, mengurus, mengasuh, memberikan perhatian, dan kasih sayang terhadap anak-anak yatim dan duafa. Mereka akan mendapatkan bekal untuk hidup mandiri dengan penanaman nilai-nilai keagamaan yang tinggi dan ilmu pengetahuan yang memadai sehingga etika dan perilaku mereka akan berubah menjadi lebih baik. John W Santrock, penulis buku Psikologi Pendidikan mengemukakan tentang 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi kemandirian yaitu lingkungan, pola asuh dan pendidikan. Anak yatim dan duafa selain membutuhkan pendidikan yang bermanfaat untuk dirinya juga membutuhkan kasih sayang dari orang tua atau pengasuh mereka yang mendukung mereka agar bisa bersekolah dan menerima pendidikan yang layak.

Kita dapat memahami bahwa anak panti asuhan identik dengan anak-anak yang rendah diri, minder, kurang percaya diri, inferior, tertekan dan memiliki masalah psikologis lainnya. Anak-anak panti tidak hanya terdiri dari mereka yang yatim saja. Namun ada juga anak-anak yang memang memiliki problematika sosial. Bentuk motivasi belajar yang dapat diberikan pengasuh atau pengajar di yayasan yatim piatu diantaranya adalah bercerita mengenai artikel perjalanan orang-orang sukses dan juga sejarah. Namun, saat ini kita masih dapat menemukan beberapa hambatan pendidikan di yayasan yatim piatu diantaranya: pertama, kurangnya tenaga pengajar atau guru yang dapat mengajar dan mendidik anak-anak di yayasan yatim piatu.

Kedua, kurangnya komunikasi antara anak-anak panti asuhan dengan pengasuh yayasan. Apabila anak-anak asuh sedang mengalami kebingungan atau terjadi masalah pribadi baik itu di sekolah atau di panti, anak panti asuhan tidak langsung berkonsultasi atau terbuka bercerita masalah mereka dengan pengasuh yayasan, tetapi mereka terlebuh dahulu menceritakan hal itu kepada teman-temannya di panti. Ketiga, pengasuh mengalami hambatan disebabkan karena beberapa anak masih tidak peduli dengan pentingnya belajar. Keempat, masalah keterbatasan ruang yang umum terjadi di yayasan yatim piatu yang menyebabkan pelaksanaan kegiatan seperti layanan konseling Islam, mengaji, salat berjamah, proses belajar mengajar dan konsultasi anak-anak asuhan dengan pengasuh yang dilaksanakan terpusat di ruangan yang sama. Lebih-lebih jumlah anak-anak panti yang tidak sedikit, ruangan akan menjadi panas dan pengap

Ada beberapa solusi yang dapat kita laksanakan untuk mengatasi beberapa hambatan yang muncul diantaranya:

a. Pemenuhan fasilitas dan operasional asrama, sarana prasarana pendididikan, gizi, sarana bermain dan rekreasi untuk memaksimalkan pengembangan potensi anak yatim dan duafa.

b. Pemberian kasih sayang, dukungan dan motivasi belajar yang diberikan pengasuh sangat dibutuhkan bagi anak-anak untuk memperoleh semangat dalam belajar dan menggapai masa depan. Tren menekankan pada proses mendorong, memotivasi orang dengan kemampuan dan otoritas untuk menentukan peluang hidupnya. (Fitriyandi Putra, dkk. 2015, 53)

c. Penyelenggaraan program pendidikan formal maupun nonformal berupa penyediaan sarana dan prasarana pendidikan serta beasiswa untuk membantu anak-anak yatim dan duafa meraih cita-cita.

d. Peningkatan kuantitas tenaga pengajar, ustaz dan ustazah baik penuh waktu maupun paruh waktu serta menambah sarana dan fasilitas pembelajaran yang mendukung keberhasilan program ini.

e. Penetapan dan pencarian para donatur untuk keterlaksanaan program yayasan.

f. Peningkatan kerja sama antara pimpinan yayasan dan pengurus untuk duduk bersama untuk membicarakan perkembangan anak-anak asuhan, kendala, serta rencana kedepannya agar dapat meminimalisasi permasalahan yang terjadi pada anak-anak asuhan.

g. Pembuatan kurikulum pendidikan yang berbasis keberagaman dan kemandirian di panti asuhan. Pemerintah dapat membuat standar kurikulum pendidikan di panti asuhan yang baku. hal ini mengingat bahwa standar nasional pengasuhan anak (SNPA) hanya sebatas memberikan penjelasan tentang media yang harus diberikan kepada anak asuh saat belajar.

h. Peningkatan pendekatan keagamaan karena nilai-nilai agama selain mengatur kehidupan pribadi juga memiliki kaitan dengan fungsi sosial. Dalam perspektif mental, agama mampu memberikan ketentraman jiwa dan batin individeu sehingga dapat menjadi solusi dalam menghadapi masalah. Hal ini artinya bahwa agama dapat pula berfungsi membantu permasalahan sosial seseorang.

i. Pembuatan aplikasi berbasis online oleh pemerintah pusat untuk mendata anak-anak panti asuhan seluruh Indonesia.

j. Praktik kewirausahaan atau proyek di panti asuhan yang dilaksanakan waktu liburan sekolah atau blocking time dengan durasi waktu tertentu.

k. Penguatan jaringan alumni dan kemitraan serta tetap melakukan pendampingan kepada alumni.

l. Pengadaan program beasiswa duafa yaitu program yang dirancang untuk membantu anak-anak sekolah yang berada dalam kesulitan keuangan dan akan putus sekolah. Selain itu perlu juga adanya pemberian beasiswa kuliah yaitu program pendanaan yayasan pendidikan bagi siswa berprestasi untuk melanjutkan studi mereka di perguruan tinggi atau universitas.

m. Pendirian Rumah Alquran di panti asuhan yaitu program pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan dan karakter anak melalui pengajaran Alquran melalui pelaksanaan kegiatan utama berdasarkan nilai-nilai tahsin, tahfidz, tafsir dan taklim.

Akhirnya, semoga solusi-solusi yang penulis sampaikan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di yayasan yatim piatu dan mampu mewujudkan peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM).

———– *** ————-

Tags: