Menyimak Einstein Bercerita

Judul : Hidup ini Seperti Merokok: Kumpulan Esai dan Renungan tentang Kebebasan Pendidikan, Cinta, dan Kehidupan
Penulis : Albert Einstein
Penerjemah : An Ismanto
Penerbit : Penerbit Circa, Yogyakarta
Tahun terbit : 2021
Tebal : xvi + 242 hlm., 12x 18 cm
ISBN : 978-623-7624-56-1
Kategori : Non Fiksi
Cetakan : Pertama
Peresensi : Muhammad Farhan Azizi
Penulis lepas di beberapa media massa cetak maupun digital

Albert Einstein, peraih nobel fisika, ilmuwan kenamaan asal Jerman, memutuskan tidak berdiam diri di atas pohon seperti kalangan intelektual pada umumnya. Turun dari puncak pohon dan meninggalkannya, bahkan merobohkan. Perasaan tinggi dari masyarakat awam sangat dihindariEinstein untuk menjalani hidup sebagai seorang humanitarian.

Einstein pun hidup bersama kepulan asap dan memanjangkan rambutsebagai manifestasi altruisme (abai pada diri sendiri demi mengutamakan “kebahagiaan” orang lain).Keputusan ini membuatnya lebih mudah, dan tidak terbata-bata untuk mengucapkan kata “terima kasih” kepada siapapun.

Menurut Einstein, setiap orang bertindak bukan lantaran desakan dari luar, melainkan sesuai dengan kebutuhan batinnya. Ia mendapatkan kesimpulan itu karena terinspirasi dari ucapan Schopenhauer; “Seseorang dapat melakukan apa yang diinginkan, tetapi tidak dapat menginginkan apa yang diinginkan”.Ucapan tersebut menurut Einstein secara khusus memberi ruang humor agar mencagah diri kita untuk menanggap diri sendiri dan orang lain secara serius. Karena itu, kebebasan manusia dalam pengertian filosofis sama sekali tidak dipercayainya.

Meskipun demikian, Einstein nampak agak serius mengemban tanggung jawab secara individu. Tentang politik, ia mengatakan bahwa karakter dan kecerdasan massa akan dikalahkan oleh karakter dan kecerdasan individu, sebab akal sehat bangsa-bangsa telah dikorupsi oleh kepentingan-kepentingan (komersial dan politik) melalui pers dan sekolah. Oleh sebab itu, yang benar-benar berharga dalam kehidupan manusia bukan negara politik, melainkan individu-individu yang hidup.

Menurut Einstein, misteri adalah stimulus bagi kesadaran dan akal. Ia merasa sangat puas dengan misteri keabadian hidup. Karenanya, keberhasilan seseorang dalam menyelamatkan diri dari kematian fisik sama sekali tidak ingin dan tidak akan ia coba pahami.

Pada tulisan-tulisan Einstein tidak jarang ditemukan kelegahan pikiran yang disertai kesuksesan penemuan. Einstein hampir 100% sukses melancarkan semua eksperimennya, kecuali satu; mendebat kekuatan politik yang membuat mahasiswa dan pengajar di salah satu Universitas di Jerman melemah sebagai poros pengawal kebenaran.Einstein tidak menyesali kegagalannya,sebab menurutnya kegagalan tersebut amat sangat disertai oleh ketakutan terhadap suatu kekuatan besar (komersial dan politik), yang mustahil bisa dikalahkan secara individu.

Einstein hanya menengada ke langit-langit ditemani kepulan asap yang ia ciptakan dari hisapan rokok pipa kesayangan.Bahkan setelah dinobatkan sebagai penemu teori terkemuka di bidang fisika sekalipun, Einstein masih merasa tidak mungkin menang mendebat kekuatan yang besar itu. Kali ini bukan karena ketakutan, melainkan ketidakseimbangan kepribadian dan kecerdasan yang musti dilawan.

Sebagai seorang humanitarian, ketika menuliskan tentang Amerika, Einstein tidak kuasa memikul beban penghargaan itu, sehingga takut menyakiti hati orang lain di tengah kondisi yang mengharuskannya memberi pandangan objektif.

Walhasil, Einsteinjuga hampir 100% percaya bahwa imajinasi lebih penting dari pengetahuan. Pengetahuan itu terbatas. Imajinasi mengedari dunia.Imajinasi membuat pikiran-pikiran Einstein terhubung dengan individu lain secara mudah. Perdebatan secara sangat halus bisa dimenangkan melalui imajinasi yang ia miliki.

Lantas pikiran tentang imajinasi itu juga membuat Einstein tidak setuju terhadap sekolah yang bekerja dengan metode rasa takut, paksaan, dan otoritas superfisial. Karena, sebuah masyarakat berisi individu-individu yang terstandarisasi tanpa orisinalitas personal dan tujuan personal akan menjadi masyarakat yang tidak memiliki kemungkinan untuk berkembang. Di mana kondisi inihanyalah terbentuk dari semacam perlakuan yang menghilangkan sentimen waras, ketulusan, dan kepercayaan diri seorang murid, sehingga mutlak akan menghasilkan subjek patuh.

Penutup
Buku kumpulan esai terjemahan yang bersumber dari”Out of My Later Years, (New York: Philosophical Library, 1950) Ideas and Opinions, (New York: Crowo Publisher, 1954) Alice Calaprice, (ed.), The Ultimate Quotable Einstein, (Princeton dan Oxford: Princeton University Press, 2011)” berhasil mencari inti masalah penting kehidupan bagi Einstein, disertai dengan solusi.

Tentang dunia secara luas namun sederhana, mulai dari kepribadian, kebebasan, politik, ekonomi, pendidikan, cinta, hingga kehidupan individu tokoh-tokoh dunia, secara sistematis dijelaskan dan bahkan lebih dari judul yang mengikat buku “Hidup ini Seperti Merokok: Kumpulan Esai dan Renungan tentang Kebebasan Pendidikan, Cinta, dan Kehidupan” terjemahan An Ismanto.

Pasalnya aspek-aspek remeh-temeh; pesan Einstein kepada anak cucu, keluarga, kerabat dekat, teman, sampai pada individu-indivu seantero jagad mampu dikemas menjadi sebuah narasi yang berarti. 120 halaman penjelasan berupa narasi tersebut begitu berharga, sayang untuk dilewati. Karena, kutipan-kutipan pendek yang diikat pada bagian akhir (percikan permenungan Einsteinā€¦), mulai dari halaman 122-241 sebenarnya masih terpaut dengan bagian sebelumnya.

Sekali lagi buku “Hidup ini Seperti Merokokā€¦” terjemahan Ismanto bermaksud menyuguhkan pikiran seorang tokoh dunia kebangsaan Jerman bernama Albert Einstein dari bermacam sisi namun dikemas dengan sangat sederhana dan berisi, sehingga sangat layak dikonsumsi oleh berbagai kalangan maupun generasi. Seperti menyimak Einstein bercerita secara langsung.

———– *** ———–

Rate this article!
Tags: