Perjuangan Oktara Geovanny Saroza Meraih Gelar Dokter FK Unair

Dekan Fakultas Kedokteran Unair, Prof Dr Budi Santoso dr SpOG(K) melantik Oktara Geovanny Saroza menjadi dokter FK Unair Periode 1 tahun.

Sempat Gentar dengan Background Keluarga, jadi Guru Les hingga EO untuk Biaya Hidup
Kota Surabaya, Bhirawa
Berasal dari keluarga yang sederhana tak berarti putus asa untuk menggapai cita-cita. Ada seribu jalan bagi orang-orang yang gigih memperjuangkan mimpinya itu. Salah satunya Oktara Geovanny Saroza yang sukses menjadi dokter FK Unair.
Mata Ibu Oktara Geovanny Saroza berkaca-kaca melihat anaknya dilantik menjadi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Periode 1 Tahun 2022, Rabu (26/1) lalu. Bagaimana tidak, di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya, Oktara mampu mewujudkan cita-citanya semasa kecil untuk menjadi seorang dokter.
“Saya bangga sekali, sampai tidak bisa berkata-kata,” ungkap Rini Kuswanti lirih saat melihat anaknya dilantik menjadi dokter FK Unair.
Oktara merupakan anak yang lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah supir pengangkut batubara di Kalimantan. Sementara ibunya adalah ibu rumah tangga. Namun kegigihannya mengantarkannya menjadi dokter Ksatria Airlangga.
Oktara adalah salah satu penerima beasiswa bidikmisi. Beasiswa kepada putra putri Nusantara yang berprestasi namun memiliki keterbatasan ekonomi. “Saya sangat bersyukur kepada pemerintah yang telah membiayai saya selama kuliah. Bahkan dari SMP dan SMA sekolah saya dibiayai negara,” ujar Okatara.
Sulung dari 5 bersaudara ini memang sudah bercita-cita menjadi dokter sejak kecil. Oktara kecil melihat dokter sebagai profesi yang mulia dan keren. Semakin beranjak dewasa, ia melihat kondisi di Kalimantan yang masih kekurangan dokter, karenanya tekadnya makin bulat.
Namun ia juga sempat gentar, dengan background keluarganya. Dia pernah ragu untuk menjadi seorang dokter. Ditambah biaya belajar kedokteran tidaklah murah.
Beruntung, dia punya orang tua yang suportif. Yang mendukung cita-cita anak sepenuhnya. Meskipun dengan keterbatasan dana, orang tuanya sama sekali tak melarang. Malah sebaliknya memberikan doa dan mendorong agar terus berprestasi sehingga mudah mendapatkan beasiswa.
Meski begitu, Okatara juga menyisahkan waktu untuk menjalani berbagai pekerjaan mulai dari menjadi guru les hingga terlibat menjadi event organizer. Dari situ biaya hidupnya tersokong.
“Kalau diceritakan sebenarnya banyak struggle yang saya alami selama menjalani pendidikan. Namun saya bersyukur punya dukungan dari teman dan senior yang sering membantu saya. Baik meminjamkan buku-buku dan lainnya,” tambahnya.
Ia juga menceritakan pernah tinggal di asrama gratis milik komunitas mahasiswa dari Bontang, Kalimantan untuk menekan biaya hidup.
Apa yang dicapai Oktara saat ini, bukanlah hal yang membuatnya puas. Justru, inj menjasi langkah awal agar ia terus bisa memberika yang terbaik bagi orang-orang disekitarnya, terutama bagi keluarga yang mendukung dia. Bahkan ia berharap bisa menjadi inspirasi bagi adik-adiknya untuk menggapai cita-cita dan pendidikan setinggi mungkin.
Ke depan, dokter Kelahiran Tahun 1997 ini berencana untuk mencari beasiswa lagi guna melanjutkan sekolah. Ia mengatakan, jika ingin menjadi peneliti di bidang kesehatan atau bekerja di birokrasi kesehatan.
“Apa yang saya lakukan ini, selain untuk masa depan saya sendiri saya juga ingin memotivasi adik-adik saya. Bahwa meski kami dari keluarga sederhana kalau kita berusaha dan mengambil semua kesempatan yang ada, kita pasti bisa,” tambahnya.
Pesannya kepada yang memiliki latar belakang ekonomi keluarga sepertinya, tidak perlu takut bermimpi menjadi dokter. Karena beasiswa banyak. Tidak hanya bidikmisi, bukan hanyadari pemerintah. Bahkan swasta juga banyak. “Ekonomi bukan penghalang. Yang penting semangat untuk belajar dan berdoa, insyaallah ada jalan,” tambahnya.
Untuk sampai ke titik ini, tentu proses yang ditempuh Oktara panjang. Ia sudah mempersiapkan diri sejak SD. Ia menjaga nilai agar tetap bagus. Bahkan sempat mengantongi medali perunggu dalam kompetisi sains nasional. [Diana Rahmatus]

Tags: