Ramadan dan Media Sosial

Oleh :
Diana Kholida Hasan, S.Sos
Penulis adalah Pranata Humas Pertama di Sekretariat DPRD Kabupaten Sidoarjo.

Bulan Ramadhan 1442 H telah tiba di 10 hari terakhir. Ramadhan adalah bulan yang sangat dirindukan oleh setiap orang Islam. Bahkan keberkahannya pun dinikmati oleh ummat agama lain. Ramadhan adalah bulan yang suci dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat berbagai keutamaan sebagaimana telah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i). Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do’a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini.” (HR. Ath Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya).

Bulan Ramadhan sebagai bulan penuh rahmat, tentu saat yang tepat bagi orang Islam terutama orang beriman untuk bermuhasabah. Mengevaluasi apa saja atau bahkan dosa apa saja yang telah kita lakukan dan amal sholih apa saja yang telah kita lakukan. Pun tingkah pola kita di dunia maya termasuk di dalamnya media sosial, yang terkadang tanpa sadar ikut menyebarkan berita hoax atau bahkan menyampaikan ujaran kebencian/kenyinyiran kita pada seseorang.

Akhlak muslim tentu melarang kita melakukan hal-hal tersebut. Sungguh miris sebenarnya melihat tingkah pola kita, bahkan sekitar 2 (dua) bulan lalu Pebruari 2021 Microsoft dalam laporan terbaru Digital Civility Index (IDC) mengumumkan tingkat kesopanan pengguna internet Indonesia sepanjang tahun 2020 menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara alias paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Bahkan warganet Indonesia malah menunjukkan ketidaksopanannya dengan menyerang habis-habisan Akun Microsoft dan media yang memberitakan tentang hal tersebut, hingga akun Microsoft memonaktifkan kolom komentar karena “serangan” komentar warganet Indonesia. Meski alasan warganet Indonesia membela diri, namun justru menambah citra buruk ketidaksopanan warganet Indonesia. Sungguh sangat miris saat kita sebagai bangsa timur yang sangat terkenal atas kesopanannya, namun gelar itu tersemat kepada warganet Indonesia.

Dengan semangat Ramadhan yang merupakan madrasah bagi semua orang yang beriman dalam mengendalikan hawa nafsu, umat Islam sebagai warganet terbesar di Indonesia harus memulai untuk kembali ke budaya Indonesia yang sopan dan berakhlak karimah. Karena bulan Ramadhan adalah saat yang tepat untuk Kembali ke akhlak yang dicontohkan Rasulullah SAW kepada kita.

Bagaimana Rasulullah tetap bersikap baik kepada seorang Yahudi yang setiap hari memakinya, namun Rasulullah tetap berbuat baik dengan menyuapkan roti yang telah dikunyahnya sehingga si nenek tak kesulitan menelan. Tentu semua dari kita masih ingat jika Rasulullah dijuluki Al Amin karena sangat bisa dipercaya dan tidak pernah berbohong. Itu hanya sebagian saja dari sikap Rasulullah yang tetap relevan dilaksanakan di zaman sekarang. Tentu teladan bagi kita semua yang mudah sekali mencaci orang bahkan di beranda mereka sendiri atau mungkin jika kita ingat betapa jujurnya Rasulullah bisa membuat kita malu untuk menyebar hoax atau membagikan berita yang belum jelas kebenarannya. Bahkan dalam Al Qur’an Allah SWT memberikan panduan kepada kita di surat Al Hujurat ayat 49 “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. Menyebarkan berita hoax, tentu akan merugikan orang lain dan jika orang yang merasa dirugikan mengadukan kepada yang berwajib pasti UU ITE akan menanti.

Tingkat keberhasilan Ramadhan seseorang adalah menuju ketakwaan, ketakwaan tak mungkin terjadi jika kita masih belum bisa menjaga lisan (meski pada kenyataannya jika di dunia maya adalah tulisan). Sebuah hadist dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah ` bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (H.R. Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47). Mungkin kita heran dengan warganet yang berkomentar julid bin nyinyir di kolom komentar akun media sosial orang lain. Normalnya jika kita tidak menyukai seseorang, tak perlu mengikuti akun orang lain. Sebagai umat terbesar di Indonesia, kita selayaknya menjadi teladan bagi umat agama lain. Karena al Qur’an mengajarkan kepada kita bagaimana harus berkata, ada 7 cara berkata yakni : 1. Qaulan Ma’rifan (perkataan yang baik), perkataan yang baik sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat; 2. Qaulan Sadidan (Perkataan yang tegas dan benar) perkataan yang benar, tegas, jujur, lurus, to the point, tidak berbelit-belit dan tidak bertele-tele. Yakni suatu pembicaraan, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa); 3. Qaulan Layyinan (Perkataan yang lemah lembut) penyampaian pesan yang lemah lembut dengan suara yang enak didengar, lunak, tidak memvonis, memanggilnya dengan panggilan yang disukai, penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati; 4.Qaulan Maisuran (Perkataan Yang mudah) berkata dengan mudah atau gampang. Yakni mudah dicerna dan mudah dimengerti oleh orang lain: 5. Qaulan Balighan(Perkataan yang membekas pada jiwa) perkataan yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit; 6. Qaulan Kariman (Perkataan yang mulia) perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertata krama; 7. Qaulan Tsaqilan (Perkataan penuh makna) perkataan yang berbobot dan penuh makna, memiliki nilai yang dalam, memerlukan perenungan untuk memahaminya, dan bertahan lama.

Panduan berkata atau berkomentar telah ada di dalam pegangan kita yakni Al Qur’an yang tentu dibaca setiap saat di bulan Ramadhan. Seyogyanya bacaan kita membekas dan kita bersegera menerapkannya dalam berinteraksi dengan yang lain, baik dunia nyata maupun dunia maya terutama media sosial. jangan kita biarkan Madrasah yang bernama Ramadhan berlalu begitu saja tanpa ada bekasnya.

Sudah saatnya warganet Indonesia menjadi warganet yang santun dengan bahasa yang menyejukkan dan tidak menimbulkan sakit hati orang lain. Bukan berarti kita tidak mengenal secara langsung orang lain membuat kita memperlakukan orang lain dengan seenaknya. Sehingga di momen Idul Fitri, maaf yang kita ucapkan keluar dari hati dengan tulus dan menutup cerita tentang kenyinyiran di dunia maya.

———– *** ———–

Rate this article!
Ramadan dan Media Sosial,5 / 5 ( 1votes )
Tags: