Rangsang Kreatifitas Anak, 1.500 Buku Ditulis dalam 90 Menit

1.500 siswa SMPN 19 memperingati bulan bahasa dan sastra dengan menulis buku serentak dalam waktu 90 menit. [ adit hananta utama/bhirawa]

1.500 siswa SMPN 19 memperingati bulan bahasa dan sastra dengan menulis buku serentak dalam waktu 90 menit. [ adit hananta utama/bhirawa]

(SMPN 19 Surabaya Memperingati Bulan Bahasa dan Sastra)
Surabaya, Bhirawa.
Budaya literasi di sekolah kini tidak lagi dimaknai sebatas membaca buku. Karena mereka, anak-anak usia belasan yang kini duduk di jenjang SMP telah mampu mengekspresikan budaya literasi itu dengan menulis sebuah buku. Hal itu tampak ketika 1.500 siswa SMPN 19 Surabaya ketika memperingati bulan bahasa dan sastra yang jatuh tiap bulan Oktober.
Di tangan Hendra Marciano, sebuah buku berjudul My Family rampung dibuatnya selama 90 menit. Untuk menambah kepercayaan diri akan karyanya, dia menambah tulisan dalam cover dengan kata-kata ‘best seller’.
“Dalam buku ini saya menceritakan tentang sebuah keluarga yang harmonis. Ibu yang penyayang, dan ayah yang mencintai anak-anaknya,” tutur siswa kelas VIII SMPN 19 Surabaya itu, Jumat (28/10).
Ainur Rahmatulah Fauzi juga menceritakan pengalamannya sebagai penulis 90 menit. Buku yang dibuatnya berisikan cerita tentang anak kos. Tulisan itu terinspirasi dari komik yang sering dibacanya. “Intinya tentang lika-liku anak kos. Cerita saya tidak serius, bahkan ada humornya,” kata siswa kelas VII ini.
Ainur mengakui bahwa karyanya belum sempurna. Sebab, waktu 90 menit dianggap terlalu sedikit untuk sebuah buku. “Bisa disempurnakan tulisannya. Tapi waktu nulis buku tadi yang lama itu bikin sampul bukunya. Apalagi harus gambar sendiri,” ujar remaja yang hobi membaca ini.
Kepala SMPN 19 Shahibur Rachman menjelaskan, peringatan semacam ini dibuat untuk meningkatkan pola pikir dan ide dengan membuat buku. Dengan cara ini, dia berharap setiap anak memiliki motivasi bahwa menulis itu mudah.
“Sebelum diminta membuat buku, kami beri persiapan terlebih dahulu. Memahamkan mereka bagaimana sebauh main mapping buku itu,” tuturnya.
Dia menjelaskan tentang persiapan yang dilakukan. Pertama siswa diminta membaca sunyi dan mempresentasikan hasil membaca. Kegiatan itu dilakukan selama 45 menit. Kemudian siswa diberi waktu istirahat 25 menit.
“Menulis buku dimulai pukul 09.00 sampai 10.30. Siswa juga didampingi wali kelas selama proses menulis,” jelasnya. Setelah waktu habis, lanjut dia, siswa diminta membawa hasil karyanya ke lapangan sekolah untuk dipamerkan.
Karya tersebut, lanjut Rachman, juga akan disampaikan kepada orang tua wali murid saat penerimaan rapor. “Para siswa yang akan membacanya sendiri sekaligus bercerita tentang pengalamannya selama di sekolah ke orangtua,” pungkas rachman. [tam]

Tags: