Sebelum Daftar DPD RI, Ning Lia Ziarah ke Makam Ayahanda


Surabaya, Bhirawa
Bakal calon DPD RI, Lia Istifhama mendaftarkan diri ke KPU Jatim pada 9 Mei 2023. Putri almaghfurlah KH Masykur Hasyim tersebut menjelaskan, pemilihan tanggal tersebut adalah sesuai arahan dari sang Ibunda.

“Alhamdulillah, ibu saya sosok yang sangat penting dalam proses ini. Beliau saksi betapa perjuangan menapaki proses DPD RI, bukanlah hal mudah. Dan beliaulah yang memberikan arahan tanggal 9 ini, sesuai jumlah bintang NU. Ibu saya memang sangat peduli kepada semua putra putri dan cucunya.”

Doktoral UIN Sunan Ampel tersebut juga menerangkan bahwa proses politiknya tak lepas dari sosok yang menjadi panutan banyak orang, yaitu almarhum ayahandanya dan Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa.

“Dalam hidup, kita harus memiliki sosok yang menjadi cermin teladan kita, beliau berdua diantaranya. Beliau berdua, ayah saya dan bunda Khofifah, sosok yang sangat identik dengan symbol perjuangan. Bagaimana membangun kebaikan, itu harus diikuti kuatnya perjuangan. Karena tidak mudah menjadi sosok yang kapanpun dimanapun memikirkan bagaimana berbuat baik untuk orang lain,” tambahnya.

Pentingnya sosok ayahanda dalam kehidupannya, menjadi salah satu alasan kuat untuk memulai hari pendaftarannya sebagai calon DPD RI, dengan ziarah makam.

“Alhamdulillah, sebelum berangkat, kami telah ziarah makam ke ayahanda. Saya ziarah ke makam ayah, kakak kandung saya, kakek nenek dan kerabat lainnya, ditemani suami dan kakak saya, Gus Sahal,” katanya.

Aktivis perempuan tersebut tak menampik bahwa dalam dirinya mengalir ‘darah politik’ nahdliyin, dan tidak bisa lepas dari warisan sang ayah, almaghfurlah KH Masykur Hasyim.

“Ya! Bisa jadi (ada darah politik sang ayah). Karena, sesungguhnya, area pekerjaan saya itu pendidikan dan swasta. Tetapi, ghirah politik selalu muncul. Ini karena (melihat) seluruh kebijakan terutama dalam dunia politik,” jelasnya.

Ia memang, tak bisa melupakan sang ayah, yang dikenal sebagai politisi santri. Apalagi, jelasnya, dukungan sang ayah tak pernah surut.

“Kira-kira sebulan sebelum wafat, beliau berpesan agar saya meneruskan perjuangannya untuk umat. Alasannya sederhana, banyak jaringan pertemanan dan relawan yang tulus, ini harus bisa menjadi penopang perjuangan dalam kancah politik,” tambah keponakan Gubernur Khofifah tersebut.

Perempuan yang sebelumnya menjadi 22 Tokoh Muda NU versi Forum Jurnalis Nahdliyyin, menjelaskan rasa syukurnya bahwa proses politiknya mendapatkan doa restu keluarga besar.

“Alhamdulillah, doa dan kebaikan keluarga besar, baik keluarga dari saya maupun suami, menyertai proses ini. Doa inilah yang paling utama. Karena tanpa keluarga, proses apapun seseorang, tidak akan membawa berkah.

Ning Lia, memang, memiliki seabrek kesibukan. Di samping sibuk dalam jejaring perempuan muda NU (Nahdlatul Ulama), ia juga aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim sebagai wakil sekretaris, Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jawa Timur, dan juga pengurus PW Fatayat NU Jatim. [iib]

Tags: