Sekdaprov Jatim Bantah Tudingan Data Covid-19 Tak Valid

Sekdaprov Jatim, Heru Tjahjono

Surabaya, Bhirawa
Pemprov Jatim membantah tudingan Pemkot Surabaya terkait validitas data pasien konfirmasi terpapar virus corona atau Covid-19 yang diupdate setiap harinya. Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono menyampaikan, data yang diupdate oleh tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim berasal dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota, termasuk Surabaya.
Untuk memastikan validitas data, aku Heru, pihaknya juga mencari dan menerima laporan dari masyarakat yang diolah oleh pakar yang digunakan, serta dibantu oleh BNPB, dan dinas-dinas terkait lainnya.
“Sekarang pandemi ini adalah tanggung jawab kita semua, pemerintah provinsi tidak akan mengeluarkan informasi yang tidak sesuai kondisi di lapangan. Berdosa,” tegas Heru ketika ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jatim, Kamis (18/6).
Walau begitu, Heru juga mengaku, tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim tidak mudah mengolah data yang masuk, sebab terkadang ada salah data domisili. Misalnya, seperti kasus sebelumnya, dimana ada pedagang di salah satu pasar yang tinggal di Sidoarjo namun ber-KTP Gresik. Mantan Bupati Tulungagung itu menyampaikan, bahwa pendataan itu berdasarkan dengan data yang tertera dalam KTP.
“Nah itu sudah diclearkan, gak mungkinlah (gak mungkin data salah), urusannya dengan orang mati. Dosa pak dosa, ngawur ae, berdosa,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam kesempatan berbeda, Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan telah melakukan tracing atau pelacakan confirm Covid-19 dilakukan oleh petugas Puskesmas di masing-masing wilayahnya. Hal itu untuk memastikan apakah benar data yang ia terima dari Gugus Tugas Provinsi Jatim tersebut valid dan faktual.
“Jadi pernah saya dapat angka 280 confirm dari provinsi, itu setelah kita teliti ternyata hanya 100. Setelah kita cek lihat (lapangan) ternyata (sisanya) itu bukan orang Surabaya. Sudah ditelusuri oleh Puskesmas orangnya tidak ada di tempat (alamat) itu,” kata Feny sapaan lekat Febria Rachmanita, Kamis (18/6). Selain itu, ia juga menyatakan, bahwa beberapa hari terakhir data confirm Covid-19 warga Surabaya yang diterimanya dari Gugus Tugas Provinsi Jatim setelah tracing ternyata tidak sesuai fakta di lapangan. Misalnya, pada 14 Juni 2020, data yang diterima sebanyak 180 kasus confirm warga Surabaya, namun setelah dicek di lapangan hanya 80 orang. Kemudian, pada 15 Juni 2020, data confirm yang diterima 280 orang, dan setelah dicek hanya 100. Lalu pada tanggal 16 Juni 2020, pihaknya menerima data 149 kasus terkonfirmasi warga Surabaya dan setelah dicek ternyata hanya ada 64 orang. “Kita lakukan pengecekan. Begitu kita dapat data dari provinsi, puskesmas akan mencari apakah benar orangnya ada di situ, apakah benar orang itu tinggal di situ, apakah benar alamat itu ada,” katanya.
Menurut dia, adanya perbedaan data antara Gugus Tugas Provinsi Jatim dan kota karena ada nama maupun alamat yang ganda. Bahkan, ada pula data yang setelah di-tracing ternyata orang itu sudah tidak tinggal domisili di Surabaya, meski masih menggunakan KTP Surabaya.
“Ada juga dia pakai alamat KTP saudaranya di Surabaya, padahal orangnya tinggalnya di luar kota. Dia ke sini (Surabaya) berobat pakai alamat kakaknya dan itu sering terjadi,” ungkap dia. Meski data confirm Covid-19 Gugus Tugas Provinsi Jatim dan Surabaya tidak sinkron, namun Feny menyatakan, bahwa pihaknya akan terus bekerja keras untuk menangani dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Kita kerja sesuai dengan tupoksi dan kita terus menangani Covid-19 dengan kerja keras. Tidak hanya Rumah Sakit, warga masyarakatnya pun membentuk Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo,” kata Feny.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya ini juga menjelaskan, sejak awal Mei menerima menerima bantuan alat rapid test, pihaknya telah melakukan rapid test 66.522. Sedangkan pemeriksaan swab hingga saat ini sudah mencapai sekitar 9304. “Jadi sudah sangat banyak, karena masyarakat Surabaya itu betul-betul dia sadar ingin memeriksakan diri, tidak perlu dipaksa-paksa. Untuk rapid dan swab mereka itu betul-betul antusias,” tegasnya. Namun demikian, pihaknya juga mempertanyakam data confirm Covid-19 dari Gugus Tugas Provinsi Jatim yang tidak sinkron dengan data Gugus Tugas Surabaya. Bahkan, ketidaksinkronan data ini persentasenya bisa mencapai di atas 50 persen.
Ia mencontohkan, seperti beberapa waktu lalu, pihaknya mendapat data dari Gugus Tugas Provinsi Jatim ada warga confirm Covid-19 di wilayah Sidosermo Surabaya. Namun, setelah dicek petugas Puskesmas di lapangan, ternyata sudah tiga bulan sebelumnya orang tersebut tak tinggal di alamat itu dan tinggal di luar Kota Surabaya. “Akhirnya kita protes dan dikembalikan ke daerahnya dan itu terjadi banyak. Akhirnya setelah kita argument ya diterima. Sehingga provinsi mengakui yang data kita akhirnya,” paparnya.
Nah, sebelum menyampaikan ke publik terkait update kasus Covid-19 di Surabaya, pihaknya melakukan verifikasi di lapangan untuk memastikan data itu valid dan faktual melalui petugas puskesmas setempat. Bahkan, untuk memastikan data itu, petugas puskesmas juga melakukan pengecekan di rumah sakit rujukan maupun non rujukan di Surabaya. [iib.tam]

Tags: