Sekolah PTM Fleksibel

foto ilustrasi

Penularan cepat varian Omicron, bagai berpacu sekaligus adu “sakti” dengan sekolah PTM (Pembelajaran Tatap Muka). Pemerintah mengimbau masyarakat menunda perjalanan internasional, kecuali sangat mendesak, dan sangat penting. Tak terkecuali, perjalanan ibadah umroh ke tanah suci, juga ditunda sementara. Tetapi sekolah PTM tetap berlanjut, kecuali ditemukan satu kasus baru CoViD-19. Maka pemerintah perlu men-tracking (dan tracing) siswa yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri.

Pemerintah juga perlu mengimbau seluruh pos pemeriksaan antigen, memasukkan riwayat tracking perjalanan luar negeri. Begitu pula seluruh rumah sakit, dan fasilitas kesehatan (Faskes) lain, patut menanyakan riwayat perjalanan luar negeri. Terutama sebelum diberikan layanan tindakan kesehatan, termasuk sebelum tes PCR, dan sebelum suntik vaksin dosis booster. Berdasar penjejakan Satgas Penanganan CoViD-19, mayoritas (90%) terjangkit Omicron berasal dari perjalanan internasional.

Varian Omicron, pertama kali terdeteksi pada 16 Desember 2021, pada petugas kebersihan yang bekerja di RSDC Wisma Atlet, Jakarta. Kini sudah dilaporkan terdapat di tujuh kota, tersebar di propinsi (Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Sumatera Utara). Termasuk 3 orang sekeluarga desa Banjararum, warga Singosari, Malang. Serta warga Surabaya yang terpapar Omicron, setelah libur panjang Nataru di Bali.

Selain di Singosari, Malang, Omicron juga terdeteksi di Madiun. Ironisnya, seluruhnya terpapar karena transmisi lokal, karena tidak memiliki Riwayat perjalanan internasional. Varian Omicron terdeteksi setelah dilakukan tes Whole Genome Sequencing (WGS). Namun secara khsusus pada setiap “pintu masuk” kedatangan internasional ke Indonesia (di bandara dan pelabuhan laut) telah disiagakan mesin PCR berteknologi baru.

Konon mesin baru PCR (polymerase chain reaction) bisa mendeteksi Omicron dalam waktu 4 – 6 jam. Sedang metode tes WGS membutuhkan waktu selama 3 – 5 hari. Mesin PCR teknologi baru menggunakan metode S-gene target failure (SGTF), Sedangkan sebanyak 15 mesin WGS disebar di seluruh daerah potensi penyebaran Omicron. Terutama di kawasan perbatasan negara.

Maka mitigasi siswa masuk sekolah dalam PTM tidak cukup hanya dengan berbekal ukur suhu tubuh, dan ke-taat-an protokol kesehatan (Prokes). Karena bisa jadi peserta didik mengikuti perjalanan ke luar negeri, bersama keluarga dan kerabat. Di Amerika Serikat (AS) banyak anak terpapar CoViD-19 Omicron, terutama setelah libur Nataru. Paling rentan Omicron, adalah yang belum divaksinasi. Namun tidak ditemukan pada anak usia di bawah 5 tahun (Balita).

Walau secara umum Omicron pada anak tidak menunjukkan gejala sakit parah. Serta bisa cepat disembuhkan. Tetapi diperlukan pencegahan lebih seksama, menghindarkan peserta didik dari penularan. Karena sekolah PTM tidak dapat ditunda lagi untuk menghindari ke-tertinggal-an kompetensi akademik dengan negara lain. Seluruh jenjang sekolah (Pendidikan Usia Dini hingga Pendidikan Tinggi) telah terbiasa dengan persyaratan PTM. Guru, dan murid juga telah divaksin.

Sebagian sekolah di Jakarta, di Jawa Barat, dan Banten, terpaksa menghentikan PTM selama 5 hari, karena ditemukan satu kasus CoViD-19. Namun Satgas Penanganan CoViD-19 telah meyakinkan “keamanan” sesuai data penyebaran nasional. Beberapa Suasana area lingkungan sekolah menjadi pertimbangan utama. Sekolah PTM akan ditutup sementara manakala area lingkungan sekolah terjadi peningkatan penularan CoViD-19.

Tetapi sekolah PTM lebih diutamakan, dan tetap fleksibel. Sesuai SKB yang ditandatangani 4 Menteri. Yakni, “Berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah, terdapat kebutuhan pembelajaran tatap muka dari peserta didik yang mengalami kendala dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh.” Sekolah PTM tetap dilaksanakan dengan ekstra hati-hati. Juga dengan supervisi Satgas CoViD-19 daerah.

——— 000 ———

Rate this article!
Sekolah PTM Fleksibel,5 / 5 ( 1votes )
Tags: