Stop Ancaman Impor Daging Ayam

foto ilustrasi

Indonesia harus bersiap menghadapi gempuran impor pangan. Salah satunya adalah daging ayam. Terlebih, Indonesia memiliki kewajiban untuk memenuhi tuntutan setelah kalah gugatan dari Brasil di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sehingga mau tidak mau Indonesia akan terancam oleh gempuran daging ayam impor murah. Sontak, ancaman impor daging ayam itupun, kini menjadi perhatian publik, terutama oleh peternak kecil atau mandiri. Pasalnya, mereka rentan tertekan akibat persaingan dengan perusahaan besar yang menguasai pasar-pasar tradisional.

Saat ini harga ayam peternak berada di kisaran Rp 21.000-Rp 22.000 kilogram (kg), di mana modal peternak sekitar Rp 19.500 per kg. Harga seperti itu sebenarnya masih wajar, namun menjadi bermasalah karena ada disparitas yang cukup lebar pada harga ayam di konsumen akhir dengan harga daging ayam per kilogram berkisar antara Rp30 ribu hingga Rp44 ribu. Kenaikan ini dipicu oleh mahalnya harga bibit anak ayam atau Day Old Chicken (DOC), yang diikuti dengan pakan ternak yang selangit, (Kontan, 27/4/2021).

Memang Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kebutuhan akan ayam setiap tahunnya meningkat. Realitas tersebut, tentu harus diimbangi dengan peningkatan produksi. Namun masalahnya kenaikan ongkos produksi membuat harga ayam domestik melambung tinggi bahkan bisa lebih mahal dari negara lain. Terlebih, pada momen yang berlangsung saat ini, harga ayam di tingkat peternak mengalami kenaikan sekitar 10%-20% akibat lonjakan permintaan.

Kenyataan yang demikian, tentu bisa mengundang kekhawatiran tersendiri bagi peternak kecil atas ancaman impor daging ayam, yang selebihnya bisa berpotensi mempengaruhi kondisi pasar perunggasan di dalam negeri. Padahal, impor daging ayam pun bukan menjadi jaminan bagi turunnya harga daging ayam di dalam negeri. Malah, impor tersebut bisa mendatangkan efek domino yang negatif secara jangka panjang dan impor membuat peluang usaha di sektor perunggasan dalam negeri semakin menyempit. Untuk itu, efisiensi dari semua pelaku usaha perlu dilakukan guna mengantisipasi ancaman impor daging ayam.

Harun Rasyid
Dosen FPP Universitas Muhmammadiyah Malang

Rate this article!
Tags: