Ternyata Berfilsafat itu Senikmat Minum Kopi!

Judul: “Filsafat Sains dalam Konteks Interpretasi Filosofis untuk Pendidikan Tinggi Indonesia”.
Penulis: Prof. Hadi Nur, Ph.D
Tahun Terbit: Juli 2023
Tebal Buku: xiv+ 272 hlm
Ukuran: 16 cm x 23 cm
Penerbit: UMM Press
Peresensi: Dr. Husamah, S.Pd., M.Pd., Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Jika kita pergi ke toko buku, buku filsafat sering kali akan dilewatkan karena terasa berat untuk dibaca. Filsafat dan tentu saja bukunya, berat dan membosankan. Buku filsafat yang sebetulnya dapat memberikan penguatan filosofi yang bagus untuk kehidupan, terlebih untuk para pemula, malah menjadi suatu yang dijauhi. Selain itu, banyak pula buku filsafat yang digunakan untuk para mahasiswa, terkesan hanya kumpulan hasil copy paste, kumpulan sitasi, isinya cenderung sama, dan tidak ada hal yang baru (baca: menarik).

Hal inilah yang juga pernah disoroti L. A. Brandenburg (2014) dalam artikelnya “Why you need philosophy”. Menurutnya, banyak orang mengira filsafat itu membosankan dan rumit. Filsafat adalah tentang sekelompok orang tua yang sudah mati (kebanyakan seperti itu). Filsafat hanya mengeksplorasi gagasan-gagasan luhur dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Pada ujungnya, filsafat adalah buang-buang waktu dan tidak relevan dengan kehidupan.

Padahal, Bertrand Russell (1872-1970), filsuf Inggris, mengatakan bahwa orang yang tidak menghargai filsafat sebenarnya ia telah “melupakan perlunya menyediakan makanan yang sehat bagi pikiran”. Nilai yang dimiliki filosofi dalam hidup kita tidak terukur dan benar-benar salah satu hal terpenting dalam hidup. Jika lebih banyak orang menjelajahi filsafat (dan disiplin terkait), dunia mungkin akan menjadi tempat yang lebih damai dan bahagia. Pendeknya, filsafat adalah bagaimana hidup dengan akal sehat. Suatu yang mulai redup bahkan langka di era media sosial ini.

Permasalahan itulah barangkali yang menjadi latar belakang lahirnya buku “asyik” berjudul “Filsafat Sains dalam Konteks Interpretasi Filosofis untuk Pendidikan Tinggi Indonesia” ini. Prof. Hadi Nur, Ph.D, seorang profesor Profesor dalam bidang Kimia Material di Universitas Negeri Malang (UM), Adjunct Professor di Universiti Teknologi Malaysia (UTM), dan Guest Professor di Osaka University, membawa semangat baru akan pentingnya filsafat dan kampanye akal sehat dengan cara mudah, renyah, dan “manusiawi”.

Buku filsafat yang banyak mengisi rak-rak di toko buku dan perpustakaan saat ini “kurang mengaitkan realitas dengan teori filsafat, sehingga kesan yang diberikan lebih terkesan mengawang-awang dan kurang relevan dengan situasi aktual di Indonesia. Hal ini memicu keinginan saya untuk menciptakan pendekatan dalam mengajarkan Filsafat Sains, yang lebih efektif dan menarik bagi mahasiswa” (hal. vi).

Buku ini disajikan dengan bahasa sederhana, penuh contoh, lekat dengan keseharian, dan tidak bertele-tele. Pendekatan interpretasi filosofis yang digunakan dalam buku ini bertujuan menjembatani filsafat sains dengan topik-topik praktis dan kontemporer yang relevan dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan, riset, dan masyarakat di Indonesia. Ini merupakan metode praktis untuk memberikan penjelasan atau analisis terhadap fenomena atau konsep secara komprehensif, dengan menggunakan konsep-konsep filosofis

sebagai alat pemahaman. Buku ini menggali konsep-konsep utama dalam filsafat sains, seperti epistemologi, metafisika, dan ontologi, melalui lensa pendekatan interpretasi filosofis yang sangat mudah dicerna, sambil pembaca “menyeruput kopi”.

Dengan membaca buku ini, kita akan diperkenalkan kepada pemikiran para filsuf terkemuka, seperti Immanuel Kant, Karl Popper, dan Thomas Kuhn, serta topik-topik yang

relevan dengan filsafat sains, termasuk riset, pendidikan, dan kehidupan. Sebanyak 32 topik kontekstual terkait filsafat sains akan merangsang kita untuk berdiskusi dan menata kembali pikiran sehat agar bisa “memperbaiki praktek ilmiah yang salah kaprah”.

Sebagai contoh, kita dapat membaca topik “filsafat tanpa bingung” (hal. 203-208). Apa dan siapa yang akan kita bayangkan ketika Prof. Hadi Nur menuliskan paragraf ini? “Saya sering menyaksikan seorang yang dianggap sebagai filsuf membingungkan para pendengarnya dengan kata-kata yang sulit dimengerti. Terpesona oleh retorika pembicaraannya, meskipun topik yang dibahas sebenarnya sederhana, ia kerap menyampaikan ideidenya secara tidak langsung dan tidak terstruktur. Ironisnya, filsuf ini suka menyebut orang lain bodoh, padahal para pendengar sering merasa bingung akibat permainan kata-katanya yang sarat retorika.”

Silahkan anda menjawa sendiri dalam pikirannya, sambil senyum-senyum. Namun ada baiknya, kita kemudian merenungi saran dari penulis, sebagai berikut. “Keberhasilan berkomunikasi serta mempengaruhi pemikiran orang lain lebih bermakna daripada hanya menunjukkan kecerdasan melalui kata-kata yang sulit dimengerti. Akhirnya, kebenaran sejati mungkin ditemukan dalam hubungan yang saling menghargai, di mana komunikasi yang efektif dan empati menjadi kunci dalam menyampaikan ide dan gagasan dengan sukses” (hal. 204).

Bayangkan betapa nikmatnya membaca 32 topik dalam buku ini yang disajikan dengan Bahasa sederhana dan lebih menarik lagi ditambah ilustrasi gambar/kartun. Pendek kata, dengan membaca buku ini (sebagaimana misi yang ditegaskan Prof. Hadi Nur, Ph.D di halaman 228) akan membantu menghargai keanekaragaman pemikiran dan pendekatan dalam ilmu pengetahuan. Hal ini menciptakan lingkungan yang inklusif dan toleran bagi

para peneliti dan ilmuwan, yang pada akhirnya akan memperkuat komunitas ilmiah di negara ini.

Saya pun sependapat dengan penulis bahwa pemahaman filsafat sains yang benar juga dapat membantu para pembuat kebijakan di Indonesia merumuskan strategi dan kebijakan yang

efektif dalam mendorong kemajuan sains dan teknologi. Kebijakan yang didasarkan pada pemahaman yang baik tentang berbagai aliran pemikiran dalam filsafat sains akan lebih mampu mendukung penelitian yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat.

Oleh karena itu, segera miliki dan koleksi buku ini. Selamat berfilsafat yang ternyata mudah dan mengasyikkan bahwa senikmat minum kopi! Wallaahu a’lam bisshowab.

———– *** ————

Tags: