Situbondo, Bhirawa
Hujan lebat yang terjadi kemarin malam, menyebabkan sebuah rumah di Dusun Krajan RT 1 RW 1 , Desa Wringinanom, Kecamatan Jatibanteng, hancur berantakan. Selain itu juga menghancurkan sebuh jembatan di Desa Curahsuri, Kecamatan Jatibanteng
Rumah dan toko milik Subhan mengalami kerusakan cukup parah, setelah diterjang air setinggi 6 meter, sekitar pukul 9 pagi kemarin. Akibatnya gedung bangunan rumah ini hanya tersisa separuh karena hancur diterjang banjir. Saat kejadian, Subhan dan istrinya Jama’ati sedang tertidur.
Pasutri ini terbangun setelah tiga kali mendengar suara keras mengguncang rumahnya. Khawatir roboh, keduanya bergegas menyelamatkan diri. “Meski tak sampai memakan korban jiwa, namun sebagian peralatan rumah tangga dan sebagian isi toko ikut hanyut terseret banjir,” ujar Subhan.
Sejumlah personel TNI dibantu warga setempat, pagi kemarin bergotong royong membantu menyelamatkan barang-barang berharga yang masih tersisa, maupun membongkar sisa gedung bangunan yang ambrol. Kepala Desa Wringinanom, Sahrudin mengatakan, rumah warganya yang tepat berada di bantaran sungai itu ambrol, setelah diterjang banjir selama tiga malam berturut-turut.
Menurut Sahrudin, karena korban tak memiliki tempat tinggal lagi, untuk sementara akan mengungsi ke salah satu rumah keluarganya. Selain itu, kata Sahrudin, di Desanya masih ada sekitar 10 rumah di bantaran sungai, kondisinya sangat mengkhatirkan. “Selain terendam banjir juga terancam ambrol jika sewaktu-waktu air sungai membesar,” ujar salah satu warga desa setempat.
Ditempat terpisah, sebuah jembatan sepanjang 20 meter lebih terputus di Desa Curahsuri, Kecamatan Jatibanteng. Jembatan ini merupakan satu-satunya akses bagi warga setempat. Ada sekitar 4 meter permukaan jembatan amblas, karena tiang penyangga jembatan terbawa arus sungai. Akibatnya. “Jembatan ini tidak bisa dilalui kendaraan lagi baik roda dua maupun roda empat. Ratusan kepala keluarga di Desa Curahsuri terancam terisolir. Mereka yang ingin bepergian harus memutar melewati Desa Lubawang, Kecamatan Banyuglugur,” tegas Toni salah satu pengguna jalan raya kemarin.
Disisi lain akses jalan raya Pantura di Dusun Pacaron, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, kini berangsur-angsur mulai bisa dilalui kendaraan. Sebelumnya, akses jalan ini lumpuh total selama kurang lebih 45 jam, karena tertutup material banjir bandang. Meski sudah bisa dilalui kendaraan, pengemudi dari arah Surabaya menuju Banyuwangi dan sebaliknya, tanpaknya masih harus bersabar, mengingat jalan yang dipenuhi sisa banjir belum sepenuhnya bisa dilalui.
Saat ini, petugas lalu lintas Polres Situbondo masih memberlakukan system buka tutup. “Ini untuk mempercepat proses evakuasi, ada empat alat berat sekaligus didatangkan ke lokasi,” papar Kasatlantas Polres Situbondo, AKP Endro Arbianto.
Ia mengatakan, saat ini petugas Binamarga sedang bekerja keras membersihkan tumpukan material banjir bandang dari badan jalan. Menurutnya, meski belum sepenuhnya bisa di evakuasi, namun separuh badan sudah bisa dilalui kendaraan dengan system buka tutup.
Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Pemkab Situbondo, Yoyok Mulyadi mengatakan, mengingat ketinggian lumpur rata-rata mencapai 70 cm. Ia mengaku membutuhkan waktu sekitar 3 hari untuk membersihkannya dari badan jalan.
Menurut Yoyok, saat ini ada lima titik akses jalan pantura jebol diterjang banjir bandang. “Sekitar 1 km ruas jalan ini dipenuhi material banjir berupa lumpur dan batu. Untuk membersihkannya material banjir, tidak hanya menggunakan eskavator melainkan satu unit motor graeder,” aku Yoyok. [awi]