Dua Tokoh Nasional Terima Penghargaan Soetandyo Award 2021

Prof Nasarudin terima penghargaan Soetandyo Award 2021 atas perhatian besarnya terhadap HAM dan kesetaraan gender.

Surabaya, Bhirawa
Dua tokoh nasional berpengaruh di Indonesia mendapatkan penghargaan Soetandyo Award 2021 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair), Selasa (14/12). Keduanya adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Dr H Nasaruddin Umar MA dan psikolog Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid.
Penganugerahan tahunan FISIP Unair bertujuan untuk pemberian penghargaan terhadap dedikasi Prof Soetandyo dalam mengembangkan ilmu – ilmu sosial dan Hah Asasi Manusia (HAM). Soetandyo Award juga mendorong lahirnya tokoh – tokoh muda yang memiliki concern dan kemampuan mengembangkan spirit Soetandyo di bidang ilmu sosial dan HAM.
Dekan FISIP Unair, Prof Bagong Suyanto mengungkapkan, Prof Soetandyo adalah pendiri FISIP Unair yang memiliki semangat multikulturalisme yang luar biasa. Untuk itu, FISIP menggagas anugerah Soetandyo Award yang sudah berlangsung sejak tujuh tahun lalu.
“Waktu mendirikan FISIP, prinsipnya Prof Soetandyo masing-masing departemen tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Masing masing departemen bisa belajar ilmu lain, saling menyapa, dan menjadi seorang yang generalis. Makanya ada tokoh – tokoh yang dipilih dan diapresiasi untuk mendapat Soetandyo Award,” ujar Prof Bagong.
Perwakilan Tim Dewan Juri, Gitadi Tegas Supramudyo, menyampaikan ada berbagai tahapan penilaian sebelum akhirnya ditentukan dua nama sebagai penerima award. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, hak asasi, dan egaliter adalah beberapa semangat yang diusung dalam pemberian award itu.
“Ketika kami berdialog dengan Prof Nasar, beliau menyampaikan kalau ada kandidat yang lebih bagus dari saya, monggo silahkan. Nah, kesederhaan dan kerendahatian beliau ini yang menjadi salah satu poin yang akhirnya menentukan. Termasuk dengan Mbak Alissa Wahid,” ucap Gitadi.
Sementara itu, kesederhanaan, kerendahan hati, serta perhatian besar terhadap HAM dan kesetaraan gender menjadi nilai yang membawa Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasarudin dianugerahi penghargaan tersebut. Wakil Menteri Agama 2011-2014 itupun memandang Soetandyo Award sebagai amanah. Pihaknya siap award tersebut dicabut apabila dikemudian hari melakukan kesalahan.
“Saya bukan manusia sempurna. Saya anak di desa terpencil yang bahkan kalau ke kecamatan harus melewati gunung dan danau di Sulawesi sana. Saya tak punya apa-apa selain membawa prinsip hadits Nabi dan Alquran yang mengajarkan rasa cinta pada makhluk hidup,” ucap sosok yang pernah mengenyam pendidikan di enam universitas luar negeri mulai dari Leiden University Belanda, George Town University AS, hingga Paris University Prancis itu.
Kesederhanaan, kerendahan hati, serta perhatian besar terhadap HAM dan kesetaraan gender menjadi nilai yang membawa Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasarudin dianugerahi penghargaan itu. Wakil Menteri Agama 2011-2014 itupun memandang Soetandyo Award sebagai amanah dan siap award tersebut dicabut darinya apabila ia melakukan kesalahan di masa depan.
“Saya bukan manusia sempurna. Saya anak seorang desa terpencil yang bahkan kalau ke kecamatan harus melewati gunung dan danau di Sulawesi sana. Saya tak punya apa-apa selain membawa prinsip hadits Nabi dan Alquran yang mengajarkan rasa cinta pada makhluk hidup,” ucap sosok yang pernah mengenyam pendidikan di enam universitas luar negeri mulai dari Leiden University Belanda, George Town University AS, hingga Paris University Prancis itu.
Prof Nasarudin menyebut hadits dan Alquran membuatnya lebih memahami hakikat manusia dan makhluk hidup. Hal itulah yang mengilhami disertasinya yang berjudul ‘Perspektif Gender dalam Islam’. Menurutnya, Islam adalah agama yang mengajarkan persaudaraan antar anak cucu Adam, terlepas apapun gender, latar belakang, maupun agama mereka.
“Penghargaan HAM dan penghormatan terhadap agama lain begitu tinggi di Islam. Saya juga mengembangkan pikiran baru untuk berbagi kesetaraan tidak hanya berhenti pada mikrokosmos, tapi juga makrokosmos,” kata Guru Besar Bidang Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Untuk itulah, Pendiri Organisasi Masyarakat Dialog antar Umat Beragama tersebut meyakini penghormatan makhluk hidup tidak hanya terbatas pada manusia, akan tetapi juga hewan, alam, dan tumbuhan. Maka melalui prinsip tersebut, Prof Nasarudin mengembalikan uang penghargaan Soetandyo Award kepada Unair.
“Izinkan saya, penghargaan dalam bentuk uang akan saya kembalikan ke Unair untuk menghidupkan taman – taman di sekitar kampus kita,” serunya di akhir pidato penghargaan itu.
Itikad baik tersebut pun menggambarkan alasan penganugerahan Prof Nasarudin yang terpilih karena membela kaum minoritas terhadap akses dan agama, penghargaan sesama dan upaya penjagaan harmoni lintas agama. [ina]

Tags: