Gelar Istighotsah di Kota Malang, Bentuk Protes Warga Menolak Kemaksiatan

Gelar Istighotsah Warga RW Kelurahan Tlogomas Kota Malang menolak tempat prostitusi.

Kota Malang, Bhirawa.
Warga RW 8 Kelurahan Tlogomas, Lowokwaru Kota Malang, melakukan protes dengan melakukan istighotsah, di jalan. Gelaran istighosah ini di lingkungannya yang diduga dijadikan tempat prostitusi danmenyalahi ketentuan penyelenggaraan bangunan.

Minggu (21/5) pagi, warga melakukan protes dengan menggelar istighotsah bersama. Istighotsah tersebut digelar di jalan tepat di depan dua hotel yang diduga ada praktek prostitusi tersebut.

Bentuk protes tersebut juga ditegaskan pada beberapa banner yang dipasang di beberapa titik. Salah satunya bertuliskan bahwa istighotsah adalah aksi damai untuk menolak praktik prostitusi.

“Istighotsah ini bagian dari menandai dan mendukung pemerintah yang menginginkan hari ini hotel tersebut ditutup dan tidak kembali beroperasi,”kata Ketua RW 8 Kelurahan Tlogomas Agung Winarno. Karena menurut dia, ada bukti-bukti yang real, hotel ini sudah melanggar ketentuan yang berlaku.

Istighotsah tersebut, lanjut Agung bagian dari dukungan warga terhadap pemerintah terkait penutupan hotel.

Meskipun, kata dia saat ini, sebenarnya sudah ada kesepakatan antara warga dan pemilik hotel untuk menutup sementara.

“Kegiatan ini, bagian dari support warga, jangan sampai kita dan Pemerintah lengah, ,” jelas Agung.

Pihaknya menilai bahwa dalam penutupan dua hotel tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang masih menyampaikan argumen soal perizinan. Sedangkan perizinannya ada pada kewenangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.

“Kami sudah bersurat ke Provinsi (Jawa Timur) kemarin, tetapi ini bentuk suara dari bawah yang tidak lagi menghendaki dua hotel itu beroperasi. Semoga ini bisa didengar,” tukas Agung.

Sebagai informasi, istighotsah tersebut diikuti oleh seluruh warga RW 8, beberapa ulama dan tokoh masyarakat setempat serta kalangan pemuda. Pelaksanaannya juga terlihat dilakukan penjagaan oleh sejumlah aparat. Yakni TNI, Polri dan juga Satpol PP.

Warga minta dua hotel di Komplek Griya Cempaka bisa ditutup permanen. Dua hotel tersebut yakni Smart Hotel dan RedDoorz.

“Warga itu kan hanya mendapat sampahnya saja, mereka (pemilik hotel) dapat profit, keuntungan. Yang diperoleh masyarakat hanya dampak sosialnya, sampah sosialnya saja yang diperoleh,”tambah Agung Winarno, Minggu

Warga pun meminta agar hotel tersebut tidak kembali beroperasi, alias ditutup permanen.Hal tersebut berkaitan dengan konstruksi bangunan. Dimana ada beberapa bagian bangunan yang berdiri di atas saluran air atau drainase.

Untuk itu, warga pun tak ingin hotel itu beroperasi. Sekalipun dua hotel tersebut disulap menjadi hotel berbasis syariah.

“Kalau pun hotel syariah, mau parkir dimana, kemudian tempat parkir RedDoorz itu adalah (di atas) sungai (drainase),” imbuh Agung.

Selain soal lahan parkir di atas drainase, warga juga mengeluh soal tidak adanya pengelolaan sampah. Terlebih jumlah kamar di keseluruhan bangunan dengan 3 lantai itu lebih dari 50 kamar.

“Kamarnya banyak, tidak ada pengelolaan sampah, jadi dari segi apapun, tidak layak lah dipakai hotel baik syariah. Kos-kosan saja sebenarnya harus dipenuhi (pengelolaan sampah),” tukas Agung. [mut.gat]

Tags: