Guru SD Ngaglik Kota Batu Presentator Terbaik AFC

Guru SDN Ngaglik 0, Helmina Maulidiyah menggunakan Pendekatan Masalah dalam metode pembelajarannya dan menjadi presentator terbaik di konferensi tingkat Asia yang dilaksanakan di Jepang.

Guru SDN Ngaglik 0, Helmina Maulidiyah menggunakan Pendekatan Masalah dalam metode pembelajarannya dan menjadi presentator terbaik di konferensi tingkat Asia yang dilaksanakan di Jepang.

Kota Batu, Bhirawa
Dengan menggunakan Pendekatan Masalah, SDN Ngaglik 01 berhasil menggerakkan siswanya untuk berpartisipasi aktif menyelesaikan masalah lingkungan. Dengan melakukan daur ulang sampah plastik, sekolah ini mampu meringankan tugas Pemkot dalam menyelesaikan masalah sampah.
Bahkan salah satu guru SDN Ngalik 01 menjadi The Best Presentation atau presentator terbaik bidang pendidikan lingkungan dalam Asia Future Conference (AFC) yang diselenggarakan di Kitakyushu, Jepang.
Adalah Helmina Maulidiyah, guru kelas 5 SDN Ngaglik 1, Kota Batu yang mampu membuat para akademisi dari 20 negara di seluruh Asia terkagum atas presentasi yang disampaikan dalam AFC. Helmina memaparkan metode pembelajaran tematik menggunakan alat bantu sampah.
“Dari 75 Warga Negara Indonesia yang ikut konferensi ini, hanya saya yang guru SD, semuanya dosen dan mahasiswa,” ujar Helminah, kemarin (19/10).
Konferensi yang dilaksanakan awal bulan Oktober lalu ini dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Helminah untuk menyumbangkan pemikirannya untuk masa depan Asia. Metode pembelajaran yang dipaparkan Helminah di depan peserta konferensi sebenarnya sudah dilakukannya sejak tahun 2014.
Saat itu, ia mengajak sharing dengan para siswanya mengenai permasalahan lingkungan yang terjadi di sekolah mereka. Iapun memberikan mendorong para siswanya melakukan investigasi lingkungan untuk menemukan apa yang menjadi masalah di lingkungan mereka.
Ternyata dalam investigasi tersebut para siswa menyimpulkan permasalahan yang ada di sekolah mereka adalah sampah. Investigasi para siswa kebanyakan jenis sampah yang ada adalah plastik. Kemudian Helminah mengarahkan para siswa ini untuk memanfaatkan sampah ini untuk di daur ulang, menjadi sebuah tas, mainan robot-robotan hingga tempat tisu atau pot cantik.
“Daur ulang seperti ini sebenarnya sudah membumi di Indonesia sejak lama, hanya cara penyampaiannya yang kadang kurang mengena,” tambah Helminah.
Dengan metode pembelajaran yang dilakukannya ini, Helminah tidak hanya bisa menanamkan kesadaran kepada anak agar selalu menjaga kebersihan dan lingkungan hidup. Tapi juga mengajarkan hidup bersahaja dengan memanfaatkan barang yang ada.
Diketahui, dalam AFC 2016 ini tema yang diusung adalah Environment and Coexistence. Kemudian Temas ini dibagi menjadi 18 sub tema untuk mendorong keberagaman pendekatan dalam analisis dan perumusan perspektif inklusif terhadap isu global.
Diantaranya adalah natural environment, social environment, coexistence, human rights, peace, diversity, sustainability, globalization, communication, media, equity, health, happiness, thoughts, education, history, communication, dan innovation. [nas]

Tags: