Guru Surabaya Tak Mau Pusing Soal Hasil UKG

Diane Safitri mengikuti UKG di SMAN 1 Surabaya dengan menggunakan kursi roda karena mengalami penyumbatan pembuluh darah di bagian tulang ekor. [adit hananta utama/bhirawa]

Diane Safitri mengikuti UKG di SMAN 1 Surabaya dengan menggunakan kursi roda karena mengalami penyumbatan pembuluh darah di bagian tulang ekor. [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Wacana tentang hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang akan mempengaruhi tunjangan sertifikasi tidak banyak mendapat perhatian peserta ujian. Bahkan sejumlah guru yang nilainya di bawah standar pun tak cemas jika tunjangan sertifikasinya akan dicabut jika dinyatakan tidak lulus.
Seperti diakui Diane Safitri, Guru TK Labschool Unesa yang mengikuti UKG di SMAN 1 Surabaya kemarin, Selasa (10/11). Datang dengan menggunakan kursi roda, Diane terlihat cukup optimis. Meski di akhir, dia paling terakhir menyelesaikan tugasnya menjawab 100 soal dan 20 pertanyaan survey UKG. “Kebetulan saya habis kecelakaan enamĀ  bulan lalu dan kaki saya patah,” kata Diane.
Meski sudah dikerjakan dengan serius, guru 52 tahun itu mengaku pasrah dengan hasil UKG yang telah didapatnya. Dari 100 soal yang dijawabnya, ada 55 soal yang diakuinya sudah benar. “Sudah bersyukur saja dengan hasil itu,” katanya. Dengan jumlah jawaban benar itu, nilai UKG Diane persis sesuai standar minimal UKG yang ditargetkan oleh Kemendikbud, yakni 55.
“Sudahlah soal nilai saya pasrah saja. Kalau ini ternyata berpengaruh terhadap sertifikasi saya, tidak masalah. Dapat tunjangan syukur, tidak dapat tunjangan pasti ada rezeki dari jalan yang lain,” ungkap dia.
Istri pensiunan pegawai Semen Gresik ini mengaku baru 2013 lalu mendapat tunjangan sejak dia mengajar mulai 1997. Dari seluruh jenis, soal pedagogi paling membuatnya kesulitan. Menurutnya, bacaan dalam soal pedagogi terlalu panjang dengan kata-kata yang sulit dicerna.
“Butuh waktu lama saya mengerjakan. Tapi ya untungnya bisa saya kerjakan semua, meski tidak benar semua,” ujar Diane. “Teman guru saya di sekolah ada yang dapat 63. Itu orangnya pintar. Kalau saya dapat 55, ya tentunya bersyukur sekali,” terang guru yang baru mendapatkan tunjangan sertifikasi pada tahun 2013.
Kepasrahan tidak hanya diungkapkan Diane, Kepala TK Pedjajaran yang enggan disebut namanya juga mengalami kesulitan yang sama saat mengerjakan soal. Nilai yang diperolehnya bahkan di bawah standar.
“Oh tidak masalah. Ini kan ukuran buat kita supaya bisa memperbaiki diri. Itu positif,” tutur dia.
Dari pengalamannya mengikuti UKG, dia sadar bahwa menjadi pendidik di taman kanak-kanak tidak semudah rutinitasnya selama ini. “Materinya bagus kalau diterapkan. Tapi kebetulan saya saja yang tidak belajar jadi nilainya kurang,” tutur dia lalu pergi.
Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh memastikan, hasil UKG tahun ini digunakan sebagai sarana pemetaan guru saja. Tidak akan berpengaruh terhadap tunjangan profesi pendidik. “Dari hasil UKG bisa diketahui guru-guru ini lemah di bidang apa. Nah, kelemahan itu akan diperbaiki oleh pemerintah,” pungkas dia. [tam]

Tags: