Harga Garam Pengaruhi Perhitungan Inflasi

Produksi garam yang berlangsung di kepulauan Madura.

Pemprov, Bhirawa
Kenaikan harga garam saat ini nampaknya berpengaruh pada perhitungan inflasi. Jika dilihat, secara rata-rata garam di Jatim mengalami kenaikan 18,38 persen. Jika dikelompokkan dalam sepuluh komoditas terbesar nampaknya garam muncul inflasi di Jember, dengan kenaikan harga secara rata-rata sekitar 51,9 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim, Teguh Pramono mengatakan, begitupula dengan faktor ikutan dari harga garam seperti harga ikan asin dan ikan pindang juga mengalami kenaikan.
“Kenaikan itu dikarenakan bahan baku berupa garam juga mengalami kenaikan. Sebenarnya di Kabupaten/Kota lainnya juga terjadi kenaikan harga garam. Namun harga garam tidak masuk dalam sepuluh besar pengaruh inflasi. Nampaknya juga harga garam di tingkat rumah tangga sebenarnya relatif stabil, namun di tingkat industri mungkin ada peningkatan,” katanya.
Dikatakannya, kurangnya produksi garam juga diperkirakan karena produksi masih menggunakan cara tradisional menggunakan sinar matahari, sedangkan selama ini anomali cuacuanya tidak memungkinkan sehingga cadangan garam tidak mencukupi. “Pemerintah juga sudah mengimpor garam,” katanya.
Dalam kesempatan ini masih terkait inflasi, Teguh juga memaparkan kalau pada Juli 2017 di Jatim mengalami inflasi sebesar 0,15 persen. Dari delapan kota yang menghitung inflasi ada enam kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi.
Inflasi yang tertinggi yaitu 0,30 persen terjadi di Kota Malang, sedangkan inflasi terendah di Kota Jember yaitu sebesar 0,07 persen. Dua kota yang mengalami deflasi yaitu Kota Kediri dan Kota Probolinggo yang masing-masing mencapai 0,11 persen dari 0,07 persen.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mencapai 0,40 persen, sedangkan kelompok terendah adalah kelompok bahan makanan yang deflasi sebesar 0,17 persen.
Komoditas utama yang memberikan andil terjadinya inflasi di Jatim pada Juli 2017 yaitu angkutan udata, telur ayam ras, dan bawang merah. Sedangkan komoditas yang memberikan andil deflasi adalah bawang putih, daging ayam ras, dan emas perhiasan.
“Kenaikan tarif angkutan udara yang disebabkan tingginya permintaan moda transportasi udara paska lebaran atau arus mudik dan akhir masa liburan mendorong terjadinya inflasi diĀ  kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan,” jelasnya.
Untuk laju inflasi tahun kalender Jatim di bulan Juli 2017 mencapai 3,12 persen. “Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun kalender Juli 2016 yang hanya sebesar 1,85 persen,” paparnya.
Sementara laju inflasi dari tahun ke tahun (year on year, red) Jatim di bulan Juli 2017 mencapai 4,02 persen. “Angka ini sedikit lebih tinggi juga dibandingkan Juli 2016 yang hanya sebesar 3,19 persen,” tandasnya. [rac]

Tags: