Informasi Berlebihan Timbulkan Kepanikan Global Corona

Suko Widodo.

Surabaya, Bhirawa
Perhatian dunia sedang tertuju pada satu persoalan global, yakni pandemik virus corona yang berpusat di provinsi Hubei, China. Masalah ini tidak sekadar masalah kesehatan, sebab dampak yang terjadi justru meluas hingga ke persoalan ekonomi. Hal tersebut tidak lepas kaitannya dengan prilaku over communicate yang disebar melalui media massa maupun sosial.
Hal tersebut diungkapkan pakar komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Dr Suko Widodo. Menurutnya, prilaku over communicate ini telah berdampak pada kepanikan global. Salah satu buktinya adalah kebijakan travel ban yang akan diterapkan pemerintah Indonesia terhadap barang-barang impor dari China. “Mengapa ini (Corona) sangat kuat pengaruhnya terhadap kepanikan global? Padahal secara kuantitas masih jauh dibandingkan dampak virus ebola maupun flu babi,” tutur Suko Widodo saat dikonfirmasi kemarin, Rabu (5/6).
Suko Widodo mencontohkan, vurus H1N1 dan ebola. Seperti diketahui, virus H1N1 yang terjadi pada 762 juta kasus di 214 negara. Virus yang juga dikenal dengan flu babi tersebut bahkan memakan korban hingga lebih dari 284 ribu jiwa meninggal dunia. Selain itu, virus ebola yang menyerang 33.578 kasus dan membunuh lebih dari 13 ribu jiwa. Sementara virus corona, diketahui baru menginfeksi lebih dari 24.500 orang dengan jumlah korban meninggal sebanyak 492 jiwa. “Kedua virus itu, ebola maupun flu babi mampu dikelola dengan baik sehingga dampaknya tidak terlalu menimbulkan kepanikan global,” ungkap Suko Widodo.
Suko menegaskan, tidak ada informasi yang gratis. Maksudnya, setiap informasi yang dikeluarkan selalu memiliki maksud dan tujuan serta fedd back. Karena itu, Suko menilai ada pola komunikasi yang sengaja didesain untuk membesar-besarkan virus corona ini. “Dampaknya cukup besar terhadap perdagangan. Tidak bisa disalahkan kalau kita menduga ini adalah bagian dari strategi perang dagang dengan memanfaatkan pandemik virus corona,” tutur Suko Widodo yang juga Ketua Pusat Informasi dan Humas Unair.
Untuk mengurangi kepanikan global, Suko Widodo berpendapat, tidak semua informasi harus dipublikasi. Apalagi dengan sangat telanjang media membeberkan ancaman virus corona yang justru akan menimbulkan kepanikan. “Jangan ada kesimpangsiuran Informasi. Pemerintah Indonesia segera melakukan antisipasi dengan cepat dan melibatkan kalangan universitas, para ahli kesehatan, ahli virus yang memiliki kredibilitas sebagai sumber infornasi,” ungkap dia.
Unair bersama Kemenkes Bantu Atasi Corona
Di sisi lain, untuk merespon kegaduhan masyarakat terkait menyebarnya virus corona beberapa waktu terakhir, Unair telah menggelar rapat sejumlah pihak.
Unair yang memiliki Lembaga Penyakit Tropik (LPT) atau Institute of Tropical Diseases dapat melakukan diagnosis terhadap Virus Corona. Koordinator Penanganan Corona Universitas Airlangga Prof. Soetjipto dr., M.S., Ph.D. menegaskan, pada prinsipnya Unair siap membantu pemerintah, dalam mendeteksi seseorang yang terindikasi corona.
“Unair memiliki sarana prasarana berupa LPT dan memiliki Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi,” tutur Prof Tjip.
Prof Tjip menambahkan, melalui kerjasama dengan Kobe University, LPT Unair dapat melakukan akses ke GISAID di Jerman. Dengan mengakses Genome Coronavirus, LPT Unair dapat mendapatkan primer yang spesifik untuk mendeteksi Coronavirus 2019 dengan akurasi 99 persen.
“Teknik yang digunakan untuk memeriksa sudah sering kita lakukan, yaitu teknik PCR (polymerase chain reaction), teknik untuk mengamplifikasi atau menggandakan suatu frakmen DNA dari mikroorganisme yang ingin kita periksa. Kuncinya memiliki primer yang spesifik,” ujar Prof Tjip.
Institusi di Indonesia saat ini yang memiliki nomer spesifik yaitu Balitbangkes dan LPT Unair. Prof Tjip menegaskan, pada prinsipnya semua yang hadir siap untuk mem-backup diagnosis dan perawatan. Diagnostik melalui LPT, dan perawatan melalui RSUA-RS Dr Soetomo.
“Kami akan mengirim surat ke Litbangkes, menyatakan kesiapan Unair dalam membantu Litbangkes dalam mengantisipasi Virus Corona,” pungkas Prof Tjip. [tam]

Tags: