Isu Bias Gender Dalam Lagu ”Lyodra – Sang Dewi”

Oleh :
Rani Ochta Permatasari dan Dziyaaul Hubbi Arsyad
Kedua penulis adalah mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya

Konstruksi dalam sistem kehidupan membawa manusia pada sebuah realita yang tak dapat ditentang. Sebuah klasifikasi sejak zaman nenek moyang bagi kaum laki-laki dan perempuan, menjadi satu konstruksi yang terus berkembang hingga abad ke-21 kini.

Perbedaan tersebut kemudian mendukung lahirnya sistem bias gender dalam bermasyarakat. Bias gender adalah kecenderungan atau prasangka terhadap jenis kelamin tertentu yang mengakibatkan ketidakadilan gender. Sebuah sistem ketidakadilan dalam memandang salah satu gender baik laki-laki maupun perempuan yang kemudian dikaitkan dengan konsepsi tertentu. Bias gender berkembang menjadi sebuah konstruksi kuat yang terus didistribusikan bahkan melalui perantara industri musik dan dunia hiburan.

Salah satu penyanyi kebanggaan Indonesia, Lyodra Ginting, pada lagunya yang berjudul “Sang Dewi”, tak dapat dipungkiri membawa sebuah isu bias gender yang cukup kuat dan kentara. Lagu ini merupakan hasil kolaborasi Lyodra Ginting dan Andi Rianto, seorang musisi dan komposer Indonesia. Dimana lagu ini ternyata merupakan lagu hasil remake dari lagu yang pernah dibawakan oleh Titi DJ, salah satu Diva Pop Indonesia.

Isu bias gender dalam lagu Lyodra (Sang Dewi) merepresentasikan wanita sebagai kaum yang selalu butuh dan bergantung pada pria untuk dapat menjadi bahagia dan melengkapi hidupnya. Representasi bias gender dalam lagu ini disampaikan secara tekstual melalui bait lirik lagu hampir secara keseluruhan, dari baris pertama hingga akhir.

Lagu Sang Dewi ini memiliki makna mendalam tentang seorang wanita yang begitu mendamba pujaan hatinya. Tak peduli seberapa banyak kekurangan pasangan, sang wanita percaya bahwa kekasihnya itu adalah sosok yang luar biasa. Hal tersebut lantaran rasa cinta yang dimiliki melebih apapun. Cinta mengalahkan segalanya. Lagu Sang Dewi menceritakan tentang usaha untuk bangkit kembali, setelah merasa terpuruk oleh trauma kisah cinta di masa lalu.

Lewat lirik lagu Sang Dewi, Lyodra seperti menekankan bahwa tidak semua orang akan membuka hati dan mencoba untuk berhubungan lagi dengan orang baru. Karena, adakalanya seseorang masih terbayang-bayang akan masa lalunya, sehingga sulit untuk membuka hati lagi. Melalui Channel YouTube resmi milik Lyodra, dia menjelaskan bahwa trauma yang dialami tidak hanya disebabkan oleh pasangan, melainkan karena hidup memanglah keras.

Dilansir dari sumber LyricFind, berikut lirik lagu Lyodra
”Sang Dewi”
Walaupun jiwaku pernah terluka
Hingga nyaris bunuh diri
Wanita mana yang sanggup hidup sendiri
Di dunia ini
Walaupun t’lah kututup mata hati
Begitupun telingaku
Namun bila di kala cinta memanggilmu
Dengarlah ini
Walaupun dirimu tak bersayap
Ku akan percaya
Kau mampu terbang bawa diriku
Tanpa takut dan ragu
Walaupun mulutku pernah bersumpah
Sudi lagi jatuh cinta
Wanita seperti diriku pun ternyata
Mudah menyerah
Walaupun kau bukan titisan dewa
Ku takkan kecewa
Karena kau jadikanku sang dewi
Dalam taman surgawi
Ho
Ho
Ho
Walaupun dirimu tak bersayap
Ku akan percaya
Kau mampu terbang bawa diriku
Tanpa takut dan ragu
Walaupun kau bukan titisan dewa
Ku takkan kecewa
Karena kau jadikanku sang dewi
Dalam taman surgawi

Adapun beberapa pesan atau isu bias gender yang terepresentasikan dalam bait-bait lagu tersebut ialah :
(1). Wanita cenderung dependen dalam hidupnya
Wanita digambarkan tidak mampu menjadi independen dan membutuhkan sosok pria. Wanita merasa kuat menjalani hidupnya jika berdampingan dengan sosok laki – laki yang ia cintai. Hal itu tertulis pada lirik, “Wanita mana yang sanggup hidup sendiri di dunia ini”. Wanita juga cenderung menaruh kebahagiaan dirinya pada seorang laki-laki.

(2) Wanita itu dibutakan oleh cinta
Pada lirik “Meskipun kau bukan titisan Dewa” juga menyampaikan pesan tersirat bahwa wanita dapat menerima pria meskipun ia tidak sempurna ketika telah dibutakan oleh cinta. Wanita juga akan menerima pria dengan apa adanya dengan segala kekurangannya, yang terpenting pria itu bersanding bersamanya. Disini bisa terlihat seakan – akan pria tak perlu sempurna jika ingin bersama wanitanya.

(3) Wanita itu mudah rapuh
Wanita juga digambarkan sebagai sosok yang mudah rapuh secara psikis pada lirik “Walaupun jiwaku pernah terluka, hingga nyaris bunuh diri”. Terlihat jelas pada lirik ini wanita digambarkan menjadi sosok yang lemah dalam menghadapi masalah yang ada. Sehingga ia sampai berfikir ingin mengakhiri hidupnya pada saat jiwanya terluka.

(4) Wanita tidak bisa menjadi seorang yang independen
Adapun pada lirik “Walaupun mulutku pernah bersumpah tak sudi lagi jatuh cinta, Wanita seperti dirikupun ternyata, mudah menyerah” menunjukkan bahwa meskipun seorang wanita telah berusaha untuk menjadi independen, pada akhirnya tetap kalah ketika dibutakan oleh cinta terhadap pria. Wanita menjadi sosok yang tidak tangguh dan cenderung mudah pasrah saat usahanya menjadi sia-sia. Wanita dilagu ini digambarkan kurang bersemangat dan kurang optimis terhadap masalah – masalah yang ada.

(5) Wanita itu selalu butuh pria
Pada lirik “Karena kau jadikanku sang dewi, dalam taman surgawi” menggambarkan bahwa wanita membutuhkan sosok pria agar mampu menjadi bahagia dengan representasi sosok dewi yang bahagia dengan hidup yang sempurna dan taman surgawi yang indah dan megah yang hanya akan dapat dimiliki Ketika wanita telah dilengkapi oleh pria yang dicintai.

(6) Wanita selalu percaya pada pria
Pada lirik “Walaupun dirimu tak bersayap Ku akan percaya Kau mampu terbang bawa diriku Tanpa takut dan ragu” menjelaskan bahwa bagaimanapun sosok pria yang wanita cintai ia akan percaya seutuhnya hingga ia tidak takut dan tidak ragu saat bersama pria tersebut. Pada lirik ini juga tersirat bahwa wanita mau melakukan apapun dan tanpa rasa takut ketika bersama pria yang dia cintai.

Dengan ini, nyatanya lagu dengan isu bias gender terhadap wanita tak hanya muncul dari lagu-lagu milik musisi pria, akan tetapi dapat juga terepresentasikan secara kuat pada lagu-lagu musisi wanita, salah satunya pada lagu populer “Sang Dewi” yang dinyanyikan oleh Lyodra Ginting. Adanya isu bias gender dalam lagu-lagu bahkan yang dipopulerkan oleh musisi wanita ini juga menandakan masih kentalnya budaya bias gender di masyarakat, utamanya dalam industri musik. Menjadi sebuah pertanyaan besar yang berujung pada ironi, ketika sebuah isu ketidakadilan gender bagi wanita, nyatanya justru secara masif dapat tersiar dan populer melalui salah seorang musisi wanita kebanggaan Indonesia yang juga mendulang banyak prestasi dalam karirnya.

Hal ini turut menjadi salah satu penyebab bias gender terus dapat melanggengkan diri dalam sistem dan kehidupan masyarakat. Namun tak dapat dipungkiri, industri media dan musik tentu telah memiliki sistem tersendiri di dalamnya, yang tanpa disadari memang terkadang justru isu semacam bias gender amat lekat membersamai. Maka dari itu, sebagai penikmat industri, kita wajib bijak dalam bersikap dan memiliki wawasan keilmuan yang luas sebagai tameng di tengah derasnya agenda masif industri. [*]

Tags: