Kemandirian Pangan Berbasis Rayonisasi

Oleh DR. Ir. Abdul Hamid, MP
Koordinator Peneliti BRIDA Jatim (Badan Riset dan Inovasi Daerah Jawa Timur)

Indonesia memperoleh keberkahan dari Tuhan, salah satunya, berupa tanah yang subur, baik untuk sektor pertanian maupun perkebunan. Juga ditunjang iklim tropis. Komodititas apa saja yang ditanam di Indonesia hampir semuanya bisa tumbuh baik.

Dengan keberkahan seperti itu Indonesia bisa memenuhi kebutuhan sendiri di sektor pangan atau kebutuhan pokok lainnya seperti tanaman semusim, tanaman perkebunan termasuk hortikultura.

Begitu pula di Jawa Timur. Di provinsi ini, sebagai contoh, hasil panen padi tidak saja mampu memenuhi kebutuhan penduduknya yang berjumlah lebih kurang 41 juta jiwa, namun juga mengalami surplus beras. Tahun 2022 surplus beras di Jawa Timur mencapai 3,2 juta ton beras.

Warga Jawa Timur sebanyak 41 jiwa. Per jiwa membutuhkan 0,6 kuintal beras per tahun. Berarti per tahun warga Jawa Timur mengkonsumsi 2,4 juta ton beras. Dari luasan panen 1,7 juta hektar pada panen tahun 2022, menghasilkan 9,7 juta gabah kering giling (GKG), dari jumlah itu 55 sd 60% menjadi beras atau 5,6 juta ton beras.

Ini berarti, dari 5,6 juta ton beras hasil panen, yang dikonsumsi penduduk Jawa Timur sendiri hanya 2,4 juta ton pertahun, berarti ada kelebihan 3,2 juta ton beras pada tahun 2022.

Moda Transportasi
Sektor pertanian tidak terlepas dari moda transportasi untuk mengangkut hasil pertanian dari satu daerah ke daerah lain. Mobilisasi hasil pertanian antar daerah turut menyumbang kepadatan arus lalu lintas, dampak lingkungan (polusi) dan beberapa kerugian lainnya

Saat ini di Jawa Timur jumlah kendaraan hampir 20 juta unit. Dari jumlah itu 1,9 juta unit kendaraan roda 4 dan 18 juta unit roda 2. 10 tahun terakhir kenaikan jumlah kendaraan dari 12 juta tahun 2012 dan sekarang mendekati 20 unit.

Selain menyumbang kepadatan lalu lintas, yang tidak kalah urgennya adalah aliran energi yang tinggi berupa pemborosan bahan bakar minyak (BBM), efek karbondioksida atau polusi tadi, juga keselamatan di jalan raya akan semakin meningkat.

Sebagai ilustrasi, bila dari Sedati Sidoarjo ke tengah kota Surabaya (Kantor Gubernur) menggunakan roda 4, pada saat jam padat, misalnya pada saat bulan Ramadhan kira-kira pukul 08.00 pagi aktifitas anak sekolah, ASN, TNI Polri, swasta dan lain-lain hampir bersamaan waktu berangkat kerja maka dibutuhkan BBM 8,4 liter (PP). Sedangkan pada saat normal hanya 4,5 liter saja. Ini berarti terjadi pemborosan bahan bakar yang terbuang karena kemacetan.

Ketergantungan pada moda transportasi ini tentu berpengaruh pada harga komoditi yang dijual karena dikurangi cost untuk BBM, perawatan kendaraan, sopir, kernet dan biaya-biaya lain.

Sistem Rayonisasi
Kembali ke pokok permasalahan diatas, kita tahu bahwa Jawa Timur dibagi dalam lima Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil), yaitu Bakorwil Madiun (Bakorwil I), Bojonegoro (Bakorwil II), Malang (Bakorwil III), Pamekasan (Bakorwil IV) dan Jember (Bakorwil V).

Masing-masing bakorwil di Jawa Timur mempunyai potensi sektor pertanian, tentunya dengan tingkat kesuburannya ber-beda-beda. Selain sektor pertanian beberapa bakorwil juga kaya dengan potensi hasil perkebunan, perikanan dan peternakan.

Guna mengurangi ketergantungan pada moda transportasi untuk mengangkut hasil pertanian, sudah saatnya diberlakukan sistem pertanian pangan berbasis rayon atau bakorwil. Pertanian berbasis rayon ini dapat diterjemahkan hasil pertanian dari daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya masing-masing.

Keuntungan yang didapat dari sistem rayon ini: (1) harga hasil pertanian atau peternakan lebih murah karena biaya angkut berkurang; (2) menghemat bahan bakar fosil khususnya solar.

Secara teknis sistem rayon ini dapat digambarkan, misalnya untuk kebutuhan beras di Bakorwil 5. Di wilayah ini misalnya jumlah penduduknya 5 juta jiwa (sekadar contoh), di mana per jiwa mengkonsumsi 0,6 kuintal beras per tahun. Berarti di Bakorwil V per tahun dibutuhkan 300.000 ton beras. Untuk memenuhi kebutuhan pokoknya pada rayon tersebut.

Setidaknya, dengan kebutuhan beras 300.000 ton per tahun tersebut, diperlukan keluasan lahan sekitar 30.000 hektar lahan (Tentu juga dilihat dari ketersesuaian lahan, suhu, kelembaban, curah hujan dan jenis tanahnya) di Bakorwil 5. Ini dengan perhitungan per hektar menghasilkan 10 ton beras per hektar dua kali panen per tahun.

Setelah dihitung baru disiapkan lahan seluas 30.000 hektar di wilayah Bakorwil 5 untuk ditanami padi, ini sebagai contoh kasar saja. Bila mana mau dilaksanakan secara sungguh-sungguh sebagai program Jawa Timur, maka perlu diperlu dilakukan perhitungan yang lebih cermat.

Lalu bagaimana untuk kebutuhan beras di wilayah yang tandus seperti Bakorwil Pamekasan? Kebutuhan beras di bakorwil ini bisa disuplay dari Bakorwil terdekat, yaitu Bakorwil Malang.

Melalui sistem berbasis rayon ini mengurangi lalu lalang kendaraan angkut hasil pertanian dari dan akan ke satu wilayah.

Pangan berbasis rayon ini tidak hanya untuk padi atau beras namun 7 kebutuhan pokok lain atau hasil hortikultura.

Sebagai contoh telur. Selama ini telur di Sidoarjo disuplay dari wilayah Blitar. Andaikata basis rayon ini jalan, telur di wilayah Sidoarjo bisa dipenuhi dari Sidoarjo sendiri. Pemkab Sidoarjo mendorong warganya atau investor untuk berinvestasi di ternak ayam petelor. Dihitung dulu berapa tingkat kebutuhan telor di Sidoarjo, lalu dimulai usaha ayam petelur.

Dengan adanya kemandirian industri ayam petelor maka keuntungan yang didapat masyarakat Sidoarjo: (1) harga telor menjadi murah karena tidak menggunakan armada angkut jarak jauh untuk distribusi; (2) mengurangi kepadatan lalu lintas.

Bagi daerah yang lahan pertaniannya terbatas karena terpakai untuk industri dan perumahan, bisa mendorong sektor pangan yang lain, misalnya penggemukan ayam atau petelor, budidaya ikan darat, dan lain sebagainya.

Selain mengurangi mobilisasi kendaraan angkut, sektor pangan berbasis rayon ini juga memudahkan harga untuk petani atau peternak. Petani dan peternak merasa aman karena tidak ada komoditi sejenis yang masuk di wilayahnya. Semoga bermanfaat.

———- *** ———–

Tags: