Literasi Mahasiswa, sebagai Kemajuan Kebudayaan di Era Society 5.0

Oleh :
M Raisa Haqqiquddin R
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya

Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai keanekaragaman dalam agama, budaya, suku, ras, adat istiadat dan Bahasa. Semua itu menggambarkan jati diri bangsa Indonesia. Namun, di era society 5.0 gejala pemudaran budaya lokal atau dekulturisasi dalam berbagai bentuk sudah menunjukkan kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Hal ini dibuktikan dengan lunturnya sikap gotong toyong dan peduli sesama di lingkungan sekitar (Alamsyah, 2021)

Arus globalisasi dan perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan massif. dapat mempercepat masuk dan berkembangnya budaya luar negeri (asing) ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh akibat budaya asing tersebut banyak yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia sehingga dapat merusak tatanan ketahanan nasional, karena dapat mempercepat dekulturisasi yang memiliki pandangan bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan kita. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan dengan arus kebudayaan yang datang dari barat yang begitu massif dan semakin gencar memwarnai sistem sociocultural masyarakat Indonesia (Irmania et al., 2021). Diperparah lagi dengan kecenderungan Sebagian generasi muda bangsa yang berkiblat kepada kebudayaan tersebut. Keadaan seperti ini mulai nampak semakin kongkret Ketika kita mencoba mengamati fenomena yang ada seperti maraknya kasus penggunaan narkoba, pergaulan bebas dan sebagainya.

Di tengah kondisi pengaruh hegemoni global tersebut, lembaga pendidikan seperti kehilangan ruang gerak melihat fenomena yang terjadi di era sekarang. Tak hanya itu fenomena

tersebut juga membuat semakin menipisnya pemahaman mahasiswa terhadap tradisi yang ada di masyarakat serta sejarah lokal yang pernah terjadi. Sudah banyak klaim budaya yang ada di tanah air oleh bangsa asing, seperti halnya pengklaiman sepihak oleh negara Malaysia akan budaya Reog Ponorogo (Emilia Putri et al., 2019) . Hal ini terjadi karena generasi muda di era society 5.0 telah lupa dan lalai akan budayanya sendiri. Oleh karena itu sudah saatnya kita sebagai generasi muda untuk mengupayakan bagaimana cara agar keanekaragaman yang ada di tanah air, bisa kita jaga dan kita lestarikan bersama.

Penanaman nilai-nilai kearifan lokal pada mahasiswa tentu akan berhasil jika mahasiwa mampu menjaga serta memahami wawasan-wawasan kearifan lokal itu sendiri. Mahasiswa yang kurang mampu dalam memahami akan pentingnya kearifan lokal, cenderung kurang sensitif terhadap kemajemukan budaya setempat. Tak hanya itu, ada beberapa hambatan lain yang biasanya muncul sehingga akan membuat mahasiswa mengalami culture lag. Akibatnya, mereka kurang mampu dalam bergaul dilingkungan masyarakat dan kurang mampu dalam menjaga dan mengembangkan keanekaragaman yang ada di tanah air. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya literasi budaya yang dilakukan oleh mahasiswa (Jalaludin, 2021). Solusi yang paling tepat adalah dengan memudahkan akses informasi terhadap literasi kebudayaan mengenai kearifan lokal baik dari sosial media maupun dari media cetak. Selain itu upaya untuk meningkatkan literasi kebudayaan di era society 5.0 juga bisa dilakukan dengan cara berkolaborasi antara pihak universitas dengan mahasiswa, hal ini dapat dilakukan dengan memudahkan para mahasiswa untuk memperoleh informasi secara akurat, efesien dan optimal dari media cetak dan media elektronik yang ada di fasilitas perpustakaan. Universitas dapat melakukannya dengan menyediakan buku buku rujukan, kaset, hingga ruangan khusus yang didesain secara unik dengan konsep kebudayaan tanah air. Tak hanya itu universitas juga dapat menugaskan mahasiswa untuk berpartisipasi aktif sebagai peserta dan berkontribusi aktif dalam lokakarya tentang karifan lokal. Solusi yang terakhir adalah universitas turut andil dalam menanakan sikap cinta tanah air disertai komitmen untuk melestarikan serta menjaga nilai-nilai budaya dan adat istiadat masyarakat setempat ditengah arus hegemoni teknologi informasi di era society 5.0 yang semakin menjadi-jadi.

Dengan literasi budaya yang berbasis local wisdom (kearifan lokal) pada mahasiswa maka kita bisa optimis akan keanekaragaman di tanah air dapat dijaga dan di lestarikan sehingga mampu memberikan makna bagi kehidupan bangsa manusia di Indonesia. Artinya, literasi budaya dikemudian hari akan mampu menjadi spirit yang dapat mewarnai dinamika masyarakat Indonesia

dikemudian hari. Literasi budaya atau literasi kebudayaan nasional harus mampu membentuk mahasiswa yang mempunyai karakter serta berintegritas tinggi sehingga di era society 5.0 dapat melahirkan mahasiswa- ahasiswa yang hebat bermartabat sesuai dengan tantangan kebudayaan di era 5.0.

———– *** ————-

Tags: