Memilih Informasi Terpercaya

Oleh:
Frida Kusumastuti
Dosen Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Muhammadiyah Malang, Relawan MAFINDO

Tahun politik membuat agenda media massa akan penuh dengan berita pemilu. Begitu juga dengan media sosial, akan banyak konten-konten terkait dengan pemilu. Baik konten yang dibuat oleh akun pribadi, akun partisipan parpol, akun parpol, akun public figure politisi, maupun akun-akun pengamat politik. Bahkan media massa pun akan mempromosikan berita melalui cuplikan-cuplikan di akun sosial medianya. Pendek kata, media – baik media massa maupun media sosial akan over informasi politik terutama yang dikaitkan dengan pemilu. Kita yang memiliki perhatian dan ingin menunjukkan partisipasi politik, tidak perlu terlalu cemas melakukan tindakan consuming dan prosuming pada media digital, asal mau meningkatkan kompetensi literasi digital kita.

Setidaknya ada dua unsur yang perlu diperhatikan dalam menerima informasi dari media, yaitu (1) Memilih sumber informasi atau pihak yang membawa informasi, (2) Memperhatikan karakter informasi yang valid alias clear. Tulisan ini menguraikan bagaimana kita memahami dua unsur tersebut sebagai upaya kehati-hatian sebagai penerima berita (informasi).

Sumber dan Saluran Informasi
Masyarakat kebanyakan, menggunakan media – baik media massa maupun media sosial sebagai sumber informasi. Bahkan media-media tersebut juga digunakan sebagai saluran untuk mengirimkan informasi kepada pihak lain. Itulah mengapa lalu lintas informasi di media tersebut begitu ramai. Selalu ada setiap waktu. Tidak saja hitungan harian apalagi mingguan, namun juga setiap beberapa detik sudah ditimbun dengan berbagai macam informasi. Berapa jumlah berita setiap harinya jika diakumulasikan? Pastilah jutaan, hingga muncul istilah adanya “tsunami informasi.”

Nah, di antara tsunami informasi yang diunggah oleh berbagai media itu, ditambah dengan informasi yang diunggah oleh berbagai akun melalui berbagai platform sosial media, kita perlu memiliki cara mendeteksi media mana yang kredibel dan layak kita gunakan sebagai sumber informasi.

Media yang kredibel dan terpercaya bisa ditilik dari indikator-indikator yang sederhana. Pertama, jelas identitasnya. Kejelasan identitas menunjukkan media tersebut bertanggung jawab. Identitas yang perlu ditunjukkan meliputi nama perusahaan yang menaunginya. Jika perlu dicantumkan identitas perijinan yang sudah dikantonginya. Termasuk klaim jika sudah terverifikasi oleh Dewan Pers. Lalu mencantumkan alamat lokasi kantor, nomor email, nomor kontak yang bisa dihubungi, dan mencantumkan jajaran personel pengelola, dimulai dari penanggung jawab, pimpinan redaksi, redaksi dan para jurnalisnya atau pengelola konten. Identitas ini penting menjadi pertimbangan masyarakat karena menjadi salah satu jaminan jika ada sengketa atas informasi yang diunggah bisa langsung dikonfirmasi dan klarifikasi.

Kejelasan identitas yang menyangkut afiliasi perusahaan dan personal-personal yang terlibat, bisa sebagai acuan untuk menelusuri rekam jejak para pengelola sehingga masyarakat bisa mengevaluasi konteks kognisi sosial para pengelola terhadap suatu isu yang diunggah. Apabila sudah diketahui, kita pun bisa menyiapkan diri dengan pandangan (ideologi) media atau akun yang mungkin mempengaruhi framing berita atau informasi yang diunggah. Jika identitas ini disembunyikan, sebaiknya abaikan atau tinggalkan saja media tersebut sebagai sumber referensi kita. Identitas media dengan para personil pengelola, biasanya dicantumkan di fitur “about us” atau “tentang kami.” Ada juga yang meletakkan di bagian bawah website media.

Kedua, check recheck siapa yang dijadikan sumber informasi atau berita di media tersebut. Pertimbangkan, apakah sumber yang dikutip adalah sumber yang kompeten berbicara tentang isu yang diangkat? Apakah sumber yang dikutip adalah sumber yang relevan berada dalam peristiwa politik yang diangkat? Terkadang karena terjebak pada rutinitas kerja, sebuah media membuat keputusan menurunkan berita atau informasi yang bersumber dari siapa saja yang mudah dihubungi untuk membuat pernyataan atau untuk diwawancarai. Tidak lagi cukup waktu dan atau kemauan untuk mengejar sumber yang kompeten dan relevan. Kita bisa melihat bukti misalnya, berita atau informasi tentang proses pengesahan RUU menggunakan sumber dari orang yang tidak terlibat sama sekali dalam proses pengesahan RUU, bahkan bisa juga dari orang yang tidak paham tentang proses pengesahan RUU. Sumber seperti ini bisa “menyesatkan” pengetahuan yang akan diterima oleh masyarakat.

Ketiga, jika informasi yang kita ambil dari sosial media, maka perlu dilakukan tracking siapa pemilik akun?. Utamakan akun yang menggunakan nama asli dan ada foto diri. Setelah itu telusuri profilnya sehingga mengetahui latar belakang pemilik akun. Cermati rekam jejaknya.

Informasi yang Valid
Menilai berita bisa dari tiga unsur utama; bentuk berita, nara sumber berita, dan struktur naskah berita.

Pertama, Bentuk informasi. Cermati benar apakah informasi tersebut merupakan sebuah opini ataukah berita? Membedakan mana yang opini dan mana yang fakta sangat penting. Tidak jarang media sengaja mengaburkan keduanya. Bisa juga opini media sendiri menjadi pengantar yang menggiring persepsi tertentu. Kemampuan membedakan opini dan fakta sangat berkaitan dengan ketepatan respon kita terhadap informasi. Jika informasi itu berupa opini, maka terbuka untuk berbeda pendapat. Jika informasi itu berita sebuah peristiwa, maka sumber beritanya yang paling kredibel adalah yang berada di lokasi peristiwa atau yang mengalami langsung peristiwa tersebut.

Kedua, cermati benar apakah informasi itu orisinil milik media atau milik sebuah akun yang mengunggahnya? ataukah mereka hanya meneruskannya, mencomot, atau mengedit dari milik media atau akun lainnya? Jika tidak ada keterangan ataupun keterusterangan, sebaiknya abaikan saja media seperti ini.

Ketiga, indikator yang lebih rumit adalah terkait dengan ide utama sebuah unggahan informasi, karena terkait profesionalisme orang-orang yang mengelolanya. Dalam hal ini kita perlu meningkatkan keterampilan dalam cek fakta yaitu (1) menganalisis kelengkapan berita dengan rumus 5 W + 1 H (berita yang menyebutkan dengan jelas apa kejadiannya (What), di mana terjadinya (Where), kapan (When), siapa saja yang relevan dengan kejadian itu (who), dan bagaimana kejadiannya (How). Hilang satu unsur, kita perlu meragukan (skeptis) dan perlu melakukan verifikasi pada sumber lain. Misal, cek di media massa yang lainnya, apakah berita serupa ada di beberapa media? Jika tidak ada, maka sebaiknya kita ragukan kebenarannya. (2) menganalisis kemanfaatan berita atau informasi yang diunggah media bagi kehidupan yang lebih berkualitas. Bukan soal jumlah berita atau informasi yang kita dapatkan yang utama, namun soal kemanfaatan dan kebutuhan kita atas berita atau informasi itu. Semoga bermanfaat.

———— *** ————-

Rate this article!
Tags: