Orangtua Sadar Mutu Pilih Sekolah Unggul

Foto: ilustrasi

Mayoritas SD Unggulan Sudah Tutup Pendaftaran Siswa Baru

Surabaya, Bhirawa
Kesadaran orangtua untuk menyekolahan putra-putrinya di sekolah yang unggul membuat, sekolah-sekolah yang dianggap unggulan kebanjiran siswa. Terbukti, meski tahun ajaran baru 2018/2019 masih lama akan dimulai, beberapa Sekolah Dasar (SD) unggulan sudah menutup pendaftaran siswa baru.
“Sadar mutu menjadi alasan orangtua untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah swasta yang memiliki ‘identitas’ (unggul,red),” kata Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi saat dikonfirmasi Bhirawa kemarin.
Menurut Martadi, para orangtua yang terdidik cenderung mementingkan kualitas pendidikan putra-putrinya. Lebih lanjut menurut Martadi, para orangtua memiliki kesadaran bahwa pendidikan adalah investasi.
Peraih Satya Lencana Pengabdian 15 tahun ini juga mengungkapkan, jika sekolah bermutu menurut orangtua adalah yang mempunyai bekal nilai-nilai religius yang kokoh, dan sekolah tersebut yang mampu membekali siswanya untuk hidup di era abad 21.
Menurut Martadi, sekolah harus mempunyai differensiasi unggulan yang harus ditawarkan orangtua murid. Sehingga sekolah mampu memberikan ruang untuk peningkatan keterampilan life skill siswanya.
“Di sinilah lembaga atau sekolah harus cerdik,” pungkasnya.
Manager Humas Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Hamdiyatur Rohmah mengakui bahwa SAIM sudah menutup pendaftaran penerimaan siswa baru terhitung tiga hari setelah proses pendaftaran di buka, yaitu tepatnya tanggal 21 Desember 2017. Kuota yang dibutuhkan adalah sekitar 84 kursi, dengan asumsi perkelasnya 28 siswa. Melonjaknya jumlah pendaftar dinilai dari suksesnya hasil sistem pembelajaran yang ditawarkan oleh SD SAIM.
Menurut Hamdiyatur Rohmah sistem penerimaan siswa baru tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Jika di tahun lalu mereka membuka untuk umum pendaftaran siswa, maka tahun ini mereka mengutamakan lingkungan siswa yang sebelumnya juga pernah bersekolah di SAIM.
Disinggung mengenai proses seleksi, mantan tenaga pendidik SAIM ini juga menuturkan jika pihaknya melakukan seleksi kemampuan motorik (keseimbangan tubuh), bidang kognitif analisis (analisa logika), dan psiko test (House tree of person). Proses seleksi tidak hanya berhenti di pihak siswanya, melainkan orangtua murid nya juga mendapatkan psiko test yang kemudian dilanjutkan dalam tahap diskusi. Tujuan ini, tambah Hamdiyatur di maksudkan untuk mencari tahu apakah orangtua calon wali murid mau bekerja sama dengan pihak sekolahnya ataupun tidak sesuai dengan visi misi sekolah.
Berbeda dengan SD SAIM, SD Muhammadiyah IV Surabaya (Mudipat) melakukan maping atau pemetaan siswa untuk proses seleksi. Proses pemetaan sendiri berdasar pada standardisasi yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah. Di antaranya, meliputi pelatihan motorik kasar dan halus calon siswa, interview, test membaca kata sederhana dan berhitung sederhana. Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan kelas heterogen.
“Dalam satu kelas terdapat siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda,” ungkap Kepala Sekolah SD Mudipat Edy Susanto.
Menurutnya, jika satu kelas memiliki kemampuan kecerdasan yang sama, maka hal tersebut tidak baik untuk siswa dalam berkembang, sehingga pemetaan tersebut perlu dilakukan untuk menentukan kesiapan calon siswa didiknya. Lebih lanjut dia menuturkan, jika pihak sekolahnya juga sudah menutup pendaftaran siswa baru pada bulan desember yang lalu. Namun proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) masih terus berlangsung hingga saat ini.
“Kuota kita hanya 238, dengan asumsi 34 perkelas, namun hingga saat ini yang mendaftar sudah banyak,” pungkasnya. [ina]

Tags: