Pekerjakan Ratusan Masyarakat Pinggiran, Raup Omzet Ratusan Juta per Bulan

Pria jebolan School of Business  Malang itu menandaskan dalam sehari ia kini mampu memproduksi 60 ribu tusuk sate dengan sistem manual dan hanya menggunakan tenaga kerja secara manual pula.  Artinya, urai Fery, usaha yang ia rintis tidak menggunakan teknologi mesin yang canggih seperti pabrik pada umumnya. “Sempat saya memakai mesin dalam pembuatan tusuk sate dari bambu, tapi kayaknya suaranya membuat bising lingkungan sekitar. Akhirnya saya kembali lagi memakai tenaga manual, karena dengan sistem manual ini kami bisa menambah jumlah masyarakat dalam pekerjaan pembuatan tusuk sate ini,” terang Fery.
Sementara itu, salah satu karyawan UD Slamet, mengakui untuk jenis bambu yang ia pergunakan dalam pembuatan tusuk sate bukanlah bambu kebanyakan yang tumbuh di ladang atau lahan milik masyarakat umum, melainkan ada bambu jenis khusus bernama bambu duri yang diproduksi oleh suplier asal Desa Bayeman Kecamatan Arjasa dan Desa Kandang Kecamatan kapongan. “Jadi kalau bukan bambu jenis duri kurang bagus kalau dibuat tusuk sate berkualitas ekspor. Barang ini juga harus dijamin higienis,” ujar wanita paro baya tersebut.
Ia menambahkan, setiap satu truk bambu  akan habis dibuat tusuk sate dalam waktu satu hingga dua hari. Untuk teknis pembuatannya, lanjutnya, setelah bambu datang lalu dipotong-potong dibuat tusuk sate dan selanjutnya dimasukkan oven tatkala cuaca dingin. Di saat ada terik panas matahari, ungkapnya, maka tusuk sate itu cukup dijemur di lapangan kawasan pabrik. “Tiap karyawan kami beri gaji secara borongan. Kalau lebih dari target, nanti kami beri bonus pada saat Hari Raya. Alhamdulillah baru saja kami mengajak seluruh karyawan untuk melakukan ziarah ke Walisongo,” ujar wanita kepercayaan Fery itu.
Sementara itu tokoh masyarakat setempat, Mida, mengaku ikut bangga memiliki pemuda sekelas Fery yang bisa mengangkat potensi desa serta mampu mempekerjakan ratusan masyarakat pinggiran sehingga memiliki pendapatan yang tetap. Mida juga mengaku senang, karena sosok Fery merupakan fenomenal di kalangan masyarakat di Kota Santri Situbondo saat ini. “Sebagai bekas gurunya, saya ikut bangga dan senang bisa memiliki anak didik menjadi pengusaha berkaliber internasional. Tidak disangka dia bisa menjadi pengekspor tusuk sate hingga ke Singapura dan India,” pungkas Mida. [sawawi]

Tags: