Pemkab Probolinggo Siap Sharing soal TPA Regional Terpadu

Tim saat survei TPA regional terpadu.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Pemkab Probolinggo, Bhirawa
Rencana pembangunan tempat pemrosesan akhir (TPA) Regional Terpadu di Kabupaten Probolinggo, belum ada kepastian. Pengajuan anggaran melalui APBN, belum ada jawaban. Pemkab menyatakan, siap sharing untuk membangunnya. Salah satunya dalam menyiapkan lahan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi, Kamis (29/4) mengatakan, lahan di Desa Purut, Kecamatan Lumbang, siap dibebaskan dan dibangun TPA Regional. Namun, sejauh ini belum ada pihak ketiga yang tertarik untuk berinvestasi membangun TPA.

Opsi kedua, mengajukan pembangunan TPA Regional, ini ke pemerintah pusat, juga belum ada kepastian. Karenanya, Pemkab Probolinggo masih menunggu perkembangannya. “Belum ada kabar dan informasi lebih lanjut soal pembangunan TPA Regional di Lumbang,” ujarnya.

Joko mengaku sangat mendukung dan berharap pembangunan TPA regional terealisasi. Bahkan, Pemkab siap jika memang harus menggunakan dana sharing dari daerah dan pusat. “Seandainya harus sharing Kabupaten Probolinggo, menyiapkan lahan dan pembangunannya melalui APBN, kami siap,” ungkapnya.

Pembangunan TPA regional memang butuh anggaran cukup besar. Diperkirakan mencapai Rp 200 miliar. Anggaran ini termasuk pembebasan lahan dan pembangunannya. Sedangkan, APBD Kabupaten Probolinggo dipastikan tidak mampu membiayainya. Karenanya, Pemprov Jatim menyepakati untuk dikembalikan ke pemerintah pusat.

Diketahui, Pemkab Probolinggo mengajukan anggaran sekitar Rp 200 miliar kepada pemerintah pusat, untuk pembangunan TPA regional. Dalam pengajuannya, TPA ini bakal dibangun di atas lahan 30 hektare di Desa Purut, Kecamatan Lumbang. Namun, sejauh ini belum jelas kapan direalisasikan.

Kabupaten Probolinggo hanya memiliki satu tempat pemrosesan akhir (TPA) yang ada di Desa Seboro, Kecamatan Krejengan, Kabupaten setempat. Sesuai masterplan, TPA Seboro tersebut diperkirakan tahun 2024 bakal overload. Kondisi itu, harus segera diatasi dengan menyiapkan TPA di tempat lain, katanya.

Joko, sapaan akrabnya mengatakan, awal rencana pembangunan TPA di Kabupaten Probolinggo ada dua titik. Namun, beberapa tahun lalu, TPA yang terealisasi dibangun hanya satu titik. Yakni TPA Seboro, Krejengan. “Sesuai masterplan, TPA Seboro itu akan overload tahun 2024. Sekarang sudah tahun 2021. Jadi, memang perlu diantisipasi dan siapkan. Khawatirnya, tahun 2024 sampah di TPA Seboro benar-benar overload,” ujarnya.

Jumlah sampah yang diangkut tiap harinya dan masuk ke TPA Seboro dikatakan Joko, cukup tinggi. Diperkirakan tiap harinya sekitar 45 ton sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) ke TPA Seboro. Hingga triwulan awal tahun ini, hampir 5.000 ton yang masuk ke TPA Seboro. “Produksi sampah memang naik sekitar 2 ton tiap harinya. Salah satu dampaknya musim hujan, yang bikin tambah produksi sampah,” terangnya.

Ditanya soal kapasitas TPA Seboro? Joko mengungkapkan, dalam masterplan tidak sebutkan kapasitas sampah yang bisa ditampung TPA Seboro. Hanya saja, TPA dengan luas lahan sekitar 5 hektar itu, dalam masterplan diperkirakan overload tahun 2024. “Untuk saat ini sebagian sudah terpakai untuk sampah,” paparnya.

Pasokan sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Seboro, Krejengan, Kabupaten Probolinggo, seakan tak terbendung. Setiap hari rata-rata sampah yang diangkut mencapai sekitar 50 ton. Dari jumlah itu, didominasi sampah rumah tangga.

Kabid Pengelolaan Sampah DLH Kabupaten Probolinggo Zaenal Ansori mengatakan, tingginya pasokan sampah tidak terlepas dari banyaknya produksi sampah harian. Terutama sampah rumah tangga. Terhitung, lebih dari 60 persen sampah yang diangkut ke TPA merupakan sampah rumahan. “Didominasi sampah rumahan,” ujarnya.

Ia menyebutkan, meningkatnya produksi sampah tidak terlepas dari adanya pandemi Covid-19. Adanya pandemi, warga mulai banyak yang berbelanja secara online. “Sebelumnya warga kalau berbelanja bawa wadah sendiri. Sekarang sudah banyak yang belanja online dan pastinya itu dibungkus. Kemasan itu yang nantinya jadi sampah. Selain itu, sampah seperti popok dan sampah lainnya juga banyak,” tandasnya.

Faktor lainnya yang membuat produksi sampah meningkat adalah hujan. Akibat hujan, kondisi sampah yang basah membuat timbangannya menjadi lebih berat. “Jadi tidak heran kalau sampah semakin banyak dan berat. Ditambah lagi ada yang membuang sampah hasil rabas pohon ke TPS,” kilahnya.

Meski begitu, Zaenal mengatakan, kapasitas TPA Seboro masih cukup untuk menampung sampah sepanjang tahun ini. Pihaknya juga terus melakukan pemanfaatan sampah, baik yang organik maupun anorganik. “Insyaallah sampai akhir tahun 2022 masih cukup. Karena sampahnya terus kami proses. Ada yang kami jadikan ecobrick dan ada juga yang kami jadikan pupuk kompos,” tambahnya.[wap]

Tags: