Pemkab Sidoarjo Tekan Kematian Bayi Hingga 42 Persen

10-foto kesehatan-Ach-1Sidoarjo, Bhirawa
Dalam menindaklanjuti program pemerintah tentang MDGs (Millennium Development Goals) 2015, khususnya dalam program penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angkat Kematian Bayi (AKB). Kab Sidoarjo telah berhasil menurunkan secara signifikan.
Dalam dua tahun terakhir, untuk AKB tahun 2013 mencapai 313 bayi atau sebesar 8,77 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan sampai Bulan September 2014 tercatat sebesar 180 bayi  atau  25,316 per 100 ribu kelahiran hidup. Sekitar 42% lebih Kab Sidoarjo berhasil menurunkan AKB.
Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Kesehatan Kab  Sidoarjo, dr Ika Harnasti bersama Direktur RSUD, dr Atok Irawan usai mendampingi Bupati Sidoarjo Saiful Ilah SH M.Hum melepas acara jalan sehat HUT Kesehatan ke 50, di Alun-alun Sidoarjo, Minggu (9/11) kemarin.
Menurut Ika, dalam menjalankan program pemerintah kabupaten tak hanya dilakukan Dinas Kesehatan saja. Tetapi juga didukung SKPD yang lain, termasuk pada penanganan AKI dan AKB. ”Selain SKPD juga didukung pula penguatannya oleh seluruh Puskesmas yang ada di Sidoarjo ini,” katanya.
Kebijakan penguatan Puskesmas dan Pustu (Puskesmas Pembantu) yang juga dilakukan penekanan AKI dan AKB. Pada 2013 AKI Sidoarjo adalah sebanyak 26 ibu atau 72,82 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2014 (data sampai dengan September  2014) menurun sebanyak 21 ibu  atau 25,316  per 1000 kelahiran hidup.
Selanjutnya, untuk AKB tahun 2013 mencapai 313 bayi atau  sebesar 8,77 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan sampai Bulan September 2014 tercatat sebesar 180 bayi  atau  25,316 per 100 ribu  kelahiran hidup. ”Kelahiran hidup Kab Sidoarjo tahun 2013 seluruhnya berjumlah 25.316 bayi. Jadi angka AKI dan AKB di Sidoarjo sudah diatas rata-rata nasional,” jelas dr Ika.
Hingga kini, pihak program Dinkes Sidoarjo masih difokuskan pada peningkatan sarana dan prasarana terhadap 26 Puskesmas dan 57 Pustu. Sementara, untuk Puskesmas Medaeng dan Tulangan juga telah diadakan peningkatan pelayanan dari layanan rawat jalan menjadi rawat inap.
Jadi kalau pemerintah sudah melakukan persiapan sarana dan prasarana, diharapkan masyarakat harus lebih tahu mengenai kebutuhan kesehatan. Selain itu juga harus mengenal bagaimana atau cara-cara penyelesaian permasalahan keseahtan. Utamanya kesehatan lingkungan. Karena masih banyak ditemui, terutama di desa-desa penggiran masih ada cara buang air besar sembarangan. ”Sehingga untuk mencapai masyarakat sejahtera, adil dan mandiri bisa tercapai,” pungkas dr Ika. [ach]

Keterangan Foto : Bupati Saiful Ilah ditengah-tengah para penggiat kesehatan saat mengikuti HUT Kesehatan ke 50. [achmad suprayogi/bhirawa]

Tags: